“Nah, kau telah merampas pedang dan melukai pundakku! Mudah saja bagiku bukan?”
Sambil berkata demikian, ia memaksa gadis itu menerima pedang dan kantung uang, dan berbisik, “Jangan lupa kalau tidak ada jalan keluar, datanglah ke gedung orang tuaku!” Kemudian, ia mendorong tubuh Hwe Lan supaya gadis ini berlari keluar, lalu ia berteriak-teriak keras,
“Aduh, celaka! Tawanan terlepas.....Tangkap !”
Hwe Lan maklum akan maksud pemuda itu yang benar-benar telah menolongnya secara luar biasa sekali. Dengan hati terharu, ia lalu berlari keluar melalui lorong kecil di dalam rumah penjara itu. Ia mendengar suara orang berlari dari depan dan lima orang penjaga telah mencegatnya dengan senjata di tangan. Ia teringat akan pesan pemuda itu yang melarangnya membunuh para penjaga. Maka ketika mereka menyerbu, ia lalu memutar pedangnya dan beberapa kali gerakan saja senjata di tangan para penjaga itu telah terlepas semua! Hwe Lan mengayun kaki menendang roboh penjaga yang terdekat, lalu berlari cepat keluar. Beberapa orang penjaga datang lagi menyerbu, akan tetapi dengan mudah ia membuat mereka jatuh tunggang langgang tanpa mendatangkan luka parah, dan akhirnya ia tiba di luar penjara! Suara teriakan para penjaga menggema dari rumah penjara itu.
“Pemberontak wanita telah lepas! Tangkap! Kejar!” Dan para penjaga itu dengan hati takut, akan tetapi khawatir kalau akan mendapat hukuman berat karena terlepasnya tawanan itu, segera mengejar keluar.
Dan pada saat itu, Gui Kok Houw dan beberapa orang Kim-i-wi datang untuk melakukan ronda malam di rumah penjara itu! Melihat Hwe Lan telah berdiri di depan rumah penjara dengan pedang di tangan, mereka cepat menyerbu, dikepalai oleh Gui Kok Houw yang telah mengeluarkan senjatanya yang lihai, yakni tiga bola yang diikat rantai baja itu.
Hwe Lan berlaku gesit. Ketika melihat datangnya tiga bola itu menyambar ke arah tiga bagian tubuhnya, ia cepat mengelak ke samping dan sambil membabatkan pedangnya ke arah pinggang Gui-ciangkun, kakinya diangkat menendang seorang perwira Kim-i-wi yang segera menjerit dan roboh. Dua orang perwira lain bersama Gui Kok Houw mengeroyok dengan hebatnya, akan tetapi sambil memutar-mutar pedangnya, Hwe Lan mengamuk dan mencari kesempatan untuk melarikan diri. Ia maklum bahwa kalau ia lebih lama melayani mereka, tentu akan datang pula perwira-perwira lain dan kalau Wai Ong Koksu ikut datang maka ia takkan dapat melarikan diri lagi. Sayang sekali bahwa ia tidak mempunyai thi-lian-ci lagi karena senjata-senjatanya telah dirampas. Akan tetapi, tiba-tiba, ia teringat akan kantung pemberian Cong Hwi tadi, maka cepat ia meroboh kantung yang telah digantungkan di pinggang itu dan mengeluarkan beberapa potong uang perak. Ia juga pernah mempelajari cara menyambit dengan chi-piauw (senjata rahasia uang logam), maka ketika ia menggerakkan tangan kirinya, tiga sinar putih dari uang perak itu menyambar ke arah Gui Kok Houw. Perwira ini terkejut sekali dan cepat melompat untuk menghindarkan senjata rahasia yang hebat dan cepat sekali menyambarnya itu, dan saat ini dipergunakan oleh Hwe Lan untuk melompat ke atas genteng dan berlari cepat.
Pada saat itu, Souw Cong Hwi berlari keluar dari rumah penjara dan berteriak-teriak, “Tangkap penjahat itu!” Pemuda ini dengan pundak berlumuran darah lalu menggerakkan tangannya dan tiga batang hiang-leng-piauw (senjata rahasia pakai kerincingan) yang mengeluarkan suara berisik melayang ke arah bayangan Hwe Lan di atas genteng. Gadis ini diam-diam memuji kecerdikan dan juga kepandaian pemuda ini dan cepat ia mengelak, lalu melanjutkan larinya. Gui Kok Houw berseru keras,
“Bangsat perempuan hendak lari ke mana?” Lalu ia mengejar, diikuti oleh beberapa orang perwira dan juga oleh Souw Cong Hwi! Dengan ringan Gui-ciangkun mengejar ke atas genteng dan berlari cepat sekali. Ketika melihat empat orang perwira ikut mengejar, ia berkata,
“Seorang di antara kalian turun dan memberi tahu kepada seluruh penjaga kota agar supaya menjaga keras. Jangan sampai penjahat itu kabur keluar kota!”
Seorang perwira lalu melompat turun lagi untuk melakukan perintah ini dan yang lain-lain melanjutkan pengejaran mereka. Biarpun Hwe Lan memiliki ilmu lari cepat yang cukup tinggi, akan tetapi oleh karena bangunan-bangunan di kota raja tinggi-tinggi dan juga ia belum kenal jalan, maka para pengejarnya tidak tertinggal jauh. Untung baginya bahwa malam itu agak gelap, hanya diterangi oleh bintang-bintang, maka tidak mudah juga bagi para pengejarnya untuk menangkapnya.
Pada saat itu, Hwe Lan melihat bayangan-bayangan hitam dari depan, disusul pula oleh bayangan para perwira Kim-i-wi dari kanan yang juga telah diberitahu dan mulai ikut mengejarnya! Ia merasa terkejut sekali dan maklum bahwa sukar baginya untuk meloloskan diri dari kota raja, maka teringatlah ia akan pesan Cong Hwi tadi untuk bersembunyi di gedung Pangeran Souw Bun Ong.
Hwe Lan adalah seorang gadis yang cerdik, maka melihat betapa musuh di atas genteng makin banyak dan dirinya telah terkurung, ia lalu melompat turun dan berlari cepat sambil bersembunyi di antara bangunan- bangunan rumah! Ia sengaja berlari di tempat-tempat yang gelap dan karena penuh dengan bayangan rumah- rumah, maka di bawah ia merasa lebih aman.
Memang tindakan ini tepat sekali. Para pengejarnya di atas genteng yang tiba-tiba kehilangan bayangannya, menjadi bingung. Gui Kok Houw menyumpah-nyumpah dan membagi-bagi perintah mencari ke sana ke mari, menyuruh para penjaga memperkuat penjagaan di pintu-pintu gerbang kota untuk mencegah gadis itu melarikan diri keluar kota. Akan tetapi pada saat itu, Hwe Lan telah berada di ujung utara kota dan berhasil menemukan bangunan besar yang bertembok merah. Ia lalu melihat ke kanan kiri dan ternyata para pengejarnya tidak ada yang mencari di bagian ini. Dengan gesit ia melompat ke atas pagar tembok dan langsung masuk ke dalam taman bangunan besar itu, terus menuju ke pintu belakang gedung.
Sesosok bayangan orang muncul dari pintu dan menegurnya,
“Apakah kau Nona Yap?” tanya bayangan itu yang muncul dan berdiri di bawah lampu penerangan yang dipasang di atas pintu belakang.
Hwe Lan melihat seorang laki-laki setengah tua yang bersikap agung dan wajahnya menunjukkan kehalusan budi. Wajah ini melenyapkan keraguannya dan ia dapat menduga bahwa orang ini tentulah Pangeran Souw Bun Ong, ayah pemuda baik hati yang telah menolongnya, maka ia lalu menjura dengan hormat.
“Benar, Taijin. Aku adalah Yap Hwe Lan yang bernasib buruk dan hanya akan mengganggumu saja.”
“Ah, Nona, masuklah cepat!” kata pangeran itu yang telah sengaja menanti di situ, sesuai dengan petunjuk puteranya. Ketika Hwe Lan berjalan masuk melalui pintu itu, Pangeran Souw diam-diam mengagumi kecantikan gadis ini yang benar-benar luar biasa.
Tanpa diketahui oleh para pelayan yang telah tidur dan yang memang dilarang keluar pada waktu malam itu, Souw Bun Ong lalu mengajak Hwe Lan masuk ke ruangan dalam dan menemui isterinya. Nyonya Souw juga merasa kagum dan suka melihat Hwe Lan yang kecantikannya tidak kalah oleh puteri-puteri dari istana kaisar ini, dan segera mengajak gadis ini masuk ke dalam kamarnya.
Melihat keramahan dan kebaikan hati suami isteri bangsawan ini, Hwe Lan menjadi amat terharu dan tak dapat dicegah lagi ia lalu maju menjatuhkan diri berlutut. Souw-hujin (Nyonya Souw) memeluknya dan mengangkatnya bangun.
“Anak yang malang,” katanya perlahan, “biarlah untuk sementara kau tingga di dalam gedung ini dan anggap kami seperti orang tua sendiri.”
“Nona, sungguhpun kami belum tahu betul siapa adanya kau, akan tetapi kami telah mendengar dari Cong Hwi tentang pengalamanmu. Kau tak perlu merasa khawatir setelah berada di dalam gedung ini, karena takkan ada orang yang dapat mencarimu ke sini.”
Tiga orang itu lalu berunding dan bercakap-cakap. Menurut pendapat mereka, agar jangan sampai menarik perhatian lain orang dan agar supaya persembunyian Hwe Lan sempurna, maka gadis akan menyamar sebagai orang pelayan dalam yang melayani Souw-hujin. Hwe Lan mengambil keputusan untuk bersembunyi di tempat aman ini sampai keadaan tenang kembali.
“Kurasa para perwira akan menjadi penasaran dan akan menjaga seluruh kota mencari-carimu sampai dapat. Dalam satu dua bulan ini, tak mungkin bagimu keluar dari gedung ini tanpa menimbulkan kecurigaan. Aku akan berdaya upaya agar bisa mendapatkan jalan bagimu keluar dari kota tanpa ketahuan,” kata Pangeran Souw Bun Ong.
“Sebetulnya, mengapa pula harus pergi keluar kota?” kata isterinya sambil memandang wajah Hwe Lan yang manis. “Apa salahnya kalau Nona Yap tinggal di sini seterusnya?”
Hwe Lan benar-benar merasa terharu mendengar ucapan-ucapan kedua suami isteri yang amat memperhatikan nasibnya ini. Tak pernah disangkanya bahwa di kota raja ia akan bertemu dengan pemuda sebaik Cong Hwi dan bangsawan-bangsawan semulia Pangeran Souw dan isterinya ini. teringat akan pengorbanan Cong Hwi yang melukai pundaknya sendiri, ia menjadi amat terharu dan tiba-tiba ia menjadi khawatir sekali akan keselamatan pemuda itu, maka ia lalu berkata,
“Taijin, harap Taijin suka menengok keadaan puteramu, aku khawatir kalau-kalau terjadi hal yang kurang baik dengan dia.” Ia lalu menceritakan betapa untuk menolongnya, Souw Cong Hwi telah datang melepaskannya dari kurungan dan melukai pundaknya sendiri. Pangeran Souw menggeleng-gelengkan kepala. “Memang puteraku yang hanya seorang itu aneh sekali. Sebetulnya, dengan jalan halus mungkin aku pun akan dapat menolongmu, akan tetapi ia berkeras hati dan mengambil jalan menurut caranya sendiri. Dia benar-benar seorang petualang yang suka membikin onar!”
Mari kita melihat pengalaman Souw Cong Hwi, putera pangeran yang begitu berjumpa telah jatuh hati kepada Hwe Lan sedemikian rupa sehingga tak segan-segan untuk berkorban guna menolong gadis itu. Sebagaimana diceritakan di depan, pemuda itu melukai pundaknya sendiri dengan pedang, kemudian sambil berteriak-teriak ia mengejar pula keluar, pura-pura ikut mengejar Hwe Lan, bahkan di depan Gui Kok Hwa, ia telah menyambit Hwe Lan dengan senjata rahasianya, yakni hiang-leng-piauw.
Gui Kok Houw merasa heran dan terkejut melihat munculnya pemuda itu di situ, dan timbullah kecurigaan besar di dalam hatinya. Akan tetapi ia tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya dan melakukan penyelidikan. Yang terpenting pada saat itu ialah mengejar dan menangkap kembali tawanan yang melarikan diri itu. Ia memang semenjak ditangkapnya Hwe Lan, telah merasa curiga terhadap pemuda itu dan ia menganggap pemuda itu merupakan seorang penghalang besar bagi maksudnya yang jahat terhadap Hwe Lan. Ia telah tergila-gila terhadap kecantikan gadis tawanan itu dan kedatangannya di malam buta ini pun bukan sekedar hendak mencari kesempatan untuk mengganggu Hwe Lan, gadis jelita yang membuatnya tak dapat tidur nyenyak dalam beberapa malam ini.
Setelah ternyata bahwa gadis itu lenyap tak dapat tertangkap, barulah ia kembali ke rumah penjara untuk melakukan penyelidikan. Dan ia merasa makin heran melihat Souw Cong Hwi telah berada di situ pula, sedang bercerita dan didengarkan oleh beberapa orang perwira bahkan Wai Ong Koksu juga telah berada di situ pula!
“Souw-kongcu!” datang-datang Gui Kok Houw menegur dengan suara keras. “Apa perlunya kau malam-malam datang ke tempat penjara ini?”
Souw Cong Hwi memandang dan sedikit pun tidak merasa takut.