Sebaliknya, orang she Ciu itu sengaja melaporkan ayahku ke atasan sehingga ayah dipecat dan menderita sengsara
Orang she Ciu itu penyebab kesengsaraan keluarga ayah, sebaliknya, kesengsaraan keluarga orang tuamu bukan disebabkan oleh ayah yang selalu bersikap baik kepada keluarga orang tuamu
" Cin Han masih tersenyum, akan tetapi senyumnya agak pahit kini dia dapat melihat jelas apa yang terjadi dalam pikiran gadis itu
"Nona, setiap macam peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini, pasti ada penyebabnya
Dan kita selalu mencari penyebabnya kepada orang luar yang kita jadikan kambing hitam, kemudian kita menjadi dendam dan ingin menyakiti atau membunuh yang menjadi penyebab dari akibat yang terjadi itu
Kita merasa enggan untuk mencari kesalahan diri sendiri yang menjadi sebab
Contohnya aku sendiri
Tadinya aku menganggap bahwa orang tuaku selalu benar dan kesalahannya pasti terletak kepada orang lain, dalam hal urusanku, pada ayahmu dan Phang Lok
Akan tetapi setelah aku mendengar akan peristiwa yang sebenarnya terjadi, baru terbuka mataku dan aku sadar bahwa setiap perbuatan akan menimbulkan akibat yang akan menimpa diri sendiri, sesuai dengan perbuatan itu
Setiap peristiwa menjadi sebab dari akibat yang lain lagi
Kalau kita digerakkan oleh dendam dan melakukan pembalasan dendam, maka berarti kita telah menciptakan suatu sebab lain yang kelak, cepat atau lambat, pasti akan menimbulkan suatu akibat lain pula
" "Akan tetapi ayahku tidak berdosa
" "Yakin benarkah nona akan hal itu? Adakah manusia yang tidak berdosa di dunia ini? Bahkan dalam urusan orang tuaku sekalipun, apakah ayahmu juga tidak mempunyai kesalahan apapun, tidak menjadi satu di antara sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya bencana dalam keluarga orang tuaku ? Nona, bukan aku menuduh, akan tetapi kalau benar ayahmu itu bersih dan tidak bersalah, mungkinkah pihak atasan dapat memecatnya tanpa kesalahan? Andaikata nona berhasil melampiaskan dendam dan membunuh Ciu Taijin, apakah urusannya akan habis sampai di situ saja? Tentu ada anggauta keluarganya yang berbalik mendendam kepadamu, dan hidupmu takkan aman lagi, selamanya akan dikejar-kejar orang yang memusuhimu
" "Maksudmu hukum karma
?" "Ya, hukum karma yang akan menjadi lingkaran setan yang selalu mencengkeram dan menguasai kehidupan kita
Hanya kita sendirilah yang akan mampu mematahkan rantai ikatan itu, dengan membuang segala macam dendam, dengan membersihkan batin kita dari simpanan perasaan benci dan menghabiskan segala urusan yang terjadi pada saat itu juga, tanpa memperpanjang dab menyimpannya di dalam hati kita
" Gadis itu termenung, lalu menarik napas panjang
"Akan tetapi, aku
akan selalu penasaran
" "Penasaran timbul karena memang dalam hati kita terdapat api dendam yang selalu membara, yang seperti nafsu lain, membutuhkan pelampiasan dalam bentuk perbuatan
Terus terang saja, nona, aku di waktu kecil pernah hidup di dalam kuil di mana puteri Ciu Taijin dan putera Kim Ciangkun, dua orang muda yang kini bertunangan itu, menjadi murid Siauw-lim-pai
Dan aku sudah banyak mendengar tentang Ciu Taijin dari para hwesio di kuil itu
Menurut apa yang kudengar, Ciu Taijin adalah seorang pembesar yang baik dan jujur, yang menentang para pembesar lain yang korup
Kalau dia bukan seorang pembesar yang baik, sudah pasti para hwesio di kuil Siauw lim itu tidak akan mau menerima puterinya menjadi murid
Bukan aku bermaksud menyalahkan ayahmu dan membenarkan Ciu Taijin, akan tetapi hanya untuk menyadarkan bahwa sedikit banyak, ayahmu sendirilah yang menjadi sebab dari peristiwa pemecatan itu
Seperti juga orang tuaku menjadi penyebab dari malapetaka yang menimpa keluarga kami
" Sejenak Kim Eng memandang wajah pemuda itu, kemudian ia menarik napas panjang lagi, merasa betapa semangat dendamnya seperti udara membocor dari sebuah balon yang berlubang
Semangatnya menjadi kempis
"Aih, Cin Han, engkau membuat aku menjadi bimbang terhadap diri sendiri
" "Memang kita harus selalu bimbang terhadap diri sendiri, nona, dan selalu mengamati diri sendiri dengan waspada karena hanya pengamatan terhadap diri sendirilah yang mendatangkan kesadaran
Kita akan melihat betapa setiap perbuatan kita dilandasi nafsu, oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau seluruh kehidupan kita dicengkeram oleh hukum karma
" Balon dendam dalam batin Kim Eng itu kini benar benar mengempis yang membuat gadis itu merasa lemas seperti kehilangan kekuatan dan pegangan
Ia menatap wajah pemuda itu sampai beberapa lamanya, kemudian bertanya, "Cin Han, mengapa kau lakukan semua ini?"
Cin Han juga menatap wajah yang cantik itu
"Melakukan apa, nona?" "Engkau pernah menganggap, ayahku sebagai musuh besar yang mencelakai keluarga orang tuamu, akan tetapi sekarang engkau dengan mati-matian berusaha mencegah aku melakukan pembunuhan, bahkan engkau selama sebulan selalu menjaga agar aku jangan melakukan usaha itu, kemudian engkau juga nembantu aku dan suheng meloloskan diri dari kepungan pasukan
Mengapa engkau melakukan semua ini untuk aku, Cin Han?" Cin Han menatap wajah itu dan melihat betapa sepasang mata yang indah itu mengamatinya penuh selidik
Diapun menunduk
Tak mungkin dia menipu diri sendiri, tidak mungkin dia membohongi Kim Eng
Dia mencinta gadis ini
"Karena
semenjak pertemuan kita di Bin-juan itu, ketika engkau menolongku dari penodongan dua orang penjahat, kemudian di malam harinya engkau pula yang menolongku ketika dua orang penjahat itu muncul
Ah, bukan, bahkan semenjak kita berdua masih kanak-kanak, di dalam taman bunga itu ketika aku memanjat dan memetikkan dua buah jeruk untukmu, kemudian engkau menyuruh aku menangkap kupu-kupu akan tetapi kutolak, semenjak itu aku
aku sudah jatuh cinta padamu, nona
" "Ahh
" Kim Eng menutupi muka dengan kedua tangannya, merasa terharu sekali akan tetapi juga girang karena ia sendiri sejak bertanding melawan pemuda itu di rumahnya, membela ayahnya, telah merasa kagum bukan main terhadap pemuda ini, kagum dan juga terharu dan suka sekali melihat betapa pemuda itu telah sadar dan tidak lagi mendendam kepada ayahnya
Kiranya pemuda yung dikaguminya itu kini menyatakan cinta kepadanya dengan terus terang, dengan lembut, bahkan menyatakan cinta sejak mereka masih kanak- kanak, menggugah kembali kenangan lama yang manis ketika mereka masih kanak-kanak! Melihat Kim Eng menutupi mukanya dengan kedua tangannya, Cin Han berkata dengan suara mengandung penuh penyesalan
"Maafkan aku, nona
Sesungguhnya, tidak pantas bagi seorang seperti aku untuk menyatakan perasaan hatiku kepada seorang gadis sepertimu, akan tetapi aku harus menyatakannya dengan jujur
Sekali lagi maafkan aku kalau aku menyinggung perasaanmu
Selamat tinggal!" Berkata demikian, dengan jantung seperti ditusuk rusanya, Cin Han meloncat pergi
"Cin Han
!"
Hanya batinnya saja yang memanggil akan tetapi tidak ada suara keluar dari mulutnya ketika Kim Eng menurunkan kedua tangannya dan mencari-cari dengan matanya, namun tidak lagi nampak bayangan pemuda itu
Ia bangkit berdiri dengan bingung, lalu menjatuhkan diri lagi di atas batu dan sekali ini ketika ia menutupi mukanya, dari sela-sela jari tangannya mengalir keluar air matanya
Sekali ini ia benar-benar menangis tanpa diketahuinya benar mengapa ia menangis, mengapa ia merasa terharu, merasa kehilangan dan merasa sedih
Cin Han berlari cepat meninggalkan Kim Eng
Hatinya seperti diremas rasanya, karena hatinya tidak ingin dia meninggalkan gadis itu, tidak ingin berjauhan lagi
Namun dia harus pergi, dia harus menjauhkan diri
Tidak pantas seorang laki-laki yatim piatu dan miskin seperti dia mendekati seorang gadis seperti Kim Eng! Rasa iba diri membuat pemuda ini lari dengan muka pucat dan hanya dengan kekuatan batin saja dia mampu menahan mengucurnya air mata
Tiba-tiba nampak berkelebat bayangan orang dan tahu-tahu Tan Sun telah menghadang di depannya
Muka pemuda yang tinggi hesar itu nampak merah dan pandang matanya penuh kemarahan
"Engkau bersiaplah untuk mengadu nyawa denganku!" bentak Tan Sun dengan marah dan mengambil sikap hendak menyerang
"Eh, eh
nanti dulu, sobat Apa maksudmu menantangku?" tanya Cin Han dengan kaget dan heran
"Hemm, kau sudah berani menyinggung hati sumoi dengan pernyataan cintamu
Engkau menghinanya !" Berkata demikian, Tan Sun sudah mencabut pedangnya dan langsung menyerang dengan dahsyatnya! Cin Han mengelak cepat dan beberapa kali dia berseru agar Tan Sun menghentikan serangannya dan bicara, akan tetapi Tan Sun tidak memperdulikannya, bahkan menyerang semakin nekat
Tentu saja Cin Han harus membela diri dengan elakan-elakan cepat, lalu mulai menangkis dan balas menyerang karena bagaimanapun juga, serangan Tan Sun semakin berbahaya saja
Dia merasa serba salah
Kalau dia menghendaki, dengan tingkatnya yang lebih tinggi, dia akan mampu merobohkan lawan, akan tetapi harus menggunakan serangan yang kuat dan hal ini membahayakan lawan
Dia tidak ingin mencelakai lawan
Tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan terdengar suara nyaring ketika pedang di tangan Tan Sun tertangkis oleh pedang lain yang dipegang oleh Kim Eng! Gadis ini telah menangkis serangan suhengnya dan jelas nampak bahwa ia masih menangis
Tentu saja Tan Sun terkejut bukan main dan cepat meloncat ke belakang
"Suheng
jangan
jangan kau serang dia
!" Kim Eng berkata dengan isak tertahan
"Sumoi ! Aku membelamu
Bukankah dia telah menghinamu dan membuatmu menangis? Dia telah berani menyatakan cintanya kepadamu
" "Tidak ! Dia tidak menghina
" "Sumoi
apa artinya ini?" "Aku
aku menangis karena terharu, karena bahagia
" "Sumoi! Jadi kau
kau juga cinta padanya ?" Kim Eng tidak menjawab, hanya mengangguk dan menutupi mukanya dengan kedua tangan
Menangis! "Nona Kim Eng
!" Cin Han melangkah malu dan memegang tangan gadis itu
"Benarkah itu? Benarkah? Mungkinkah
?" "Sumoi, engkau cinta padanya ? Dan aku
" "Maaf, suheng
" Kini Kim Eng menurunkan kedua tangan dari depan mukanya dan dibiarkannya saja Cin Han memegang lengannya
Ia memandang suhengnya
"Aku tahu bahwa sejak dulu engkau mencintaku, subeng
Akan tetapi maafkan aku, aku sayang dan suka kepadamu sebagai suheng, sebagai sahabat, tidak pernah sebagai seorang wanita terhadap pria
" "Dan kepada dia ini?" "Kami telah saling mencinta sejak masih kanak-kanak, suheng
maafkan aku
" Wajah yang merah dari Tan Sun kini berubah pucat dan sejenak dia memandang kepada Kim Eng dan Cin Hari
Kemudian, dengan suara lirih, dia lalu mengangkat kedua tangan di depan dada
"Kalau begitu kionghi (selamat), saudara Bu Cin Han
Engkau telah mendapatkan seorang calon jodoh yang tiada keduanya di dunia ini
Selamat tinggal, sumoi, semoga engkau berbahagia !" Tanpa menoleh lagi Tan Sun lalu meloncat dan lari pergi meninggalkan tempat itu
"Nona
tidak mimpikah aku
?" Kedua lengannya merangkul pundak
Kim Eng balas merangkul dan menyusupkan mukanya di dada pemuda itu
"Masihkah engkau harus bertanya lagi dan masihkah engkau harus merendahkan diri dan menyebut nona kepadaku