Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 68

CSI

Lekas Umong berteriak, "Cepat lepaskan tuan putri, ada urusan apa boleh dirundingkan secara baik baik."

"Untuk melepas dia gampang saja. Terlebih dulu kalian juga harus melepas kawanku itu."

Umong menjadi mencak-mencak gelisah, katanya, "Untuk hal ini aku tidak berani ambil putusan sendiri."

"Baik, kalau kau tidak berani ambil putusan, terpaksa kutinggal pergi."

Sekonyong-konyong didengarnya seorang menjengek dingin, "Mau pergi masa begitu gampang?"

"Suhu!" teriak Umong kegirangan, "tepat kedatanganmu."

"Koksu lekas tolong aku," In-tiong-yan juga pura-pura berteriak.

Tahu yang dihadapi ini adalah Liong-siang Hoatong Koksu Mongol Hek-swan hong tertawa lebar malah, serunya, "Bukan saja aku harus pergi, malah konon Koksu menyapaikan diri menyediakan kuda tunggangan dan antar pula aku sejauh sepuluh li baru akan kulepas tuan putrimu ini untuk bertukar dengan sahabatku itu."

"O, jadi kau hendak menukar tuan putri kami dengan Hong thian lui bocah gendeng itu, perhitunganmu sungguh sangat muluk!'' Hek-swan hong berkata tawar, "Kalau diperinci hitung dagang ini kami masih kena kerugian malah. Mau tukar atau tidak terserah pada kamu."

"Baik, aku setuju akan jual beli ini, tapi jadi tidak saling tukar, harus ditentukan dulu oleh kepandaianmu."

Bicara sampai ?kepandaianmu' mendadak Liong siang Hoatong mengayun tangan. Semula Hek swan hong menyangka orang menyambitkan senjata rahasia menyerang dirinya, maka ia berteriak, "Baik, kau berani melukai tuan puterimu!" tidak duga bukan senjata rahasia yang menyerang tiba sebaliknya adalah segulung tenaga dalam hebat yang dilancarkan dengan pukulan Bik-khong ciang jarak jauh, sungguh lihay dan aneh sekali gelombang pukulan yang menerpa datang ini seolah-olah sebilah pisau tajam, luar biasa secara kekerasan mengiris langsung di antara In tiong yan dan Hek swan hong, kekuatan pukulan yang dahsyat itu sedikitpun tidak melukai In tiong yan, sebaliknya Hek-swan hong merasa seperti diiris sembilu pergelangan tangannya, tanpa kuasa tangannya kesakitan dan melepas cengkeramannya, kontan In tiong yan meluruk jatuh ditanah.

Keruan bukan kepalang kejut In tiong-yan, dasar cerdik tiba tiba timbul akal cerdiknya, lekas ia mengerahkan hawa murni untuk melukai badan sendiri, kontan mulutnya terpentang terus menyemburkan darah segar.

Begitu melancarkan pukulan yang lihay ini Liong siang Hoatong lantas menerjang maju hendak meringkus Hek swan hong, serta melihat semburan darah In tiong yan itu seketika ia terkejut dan gugup ketakutan, menolong orang lebih penting, tersipu-sipu ia memburu maju memayang bangun In tiong yan dengan sebelah telapak tangannya ia tekan jalan darah penting dipunggungnya terus mengerahkan hawa murni membantu pengobatan luka lukanya.

Dalam pada itu, Umong dan Cohaptoh sudah menyerbu bersama, kontan Hek swan hong sambut mereka dengan dua kali pukulan berat, betapa lihay dan hebat permainan ilmu pukulannya, tahu tahu pundak Cohaptoh kesakitan kena digenjot. Tapi kepandaian Cohaptohpun tidak lemah, lekas ia lancarkan kepandaian gulatnya, begitu mendakkan pundak terus menekuk pinggang, ia cengkeram Hek swan hong terus hendak dibantingnya ketanah. Tapi tenaganya tiba-tiba mandek ditengah jalan tak mampu dikerahkan lebih lanjut. Sekali tendang Hek swan hong menendangnya terjungkal jungkir balik. Kiranya pukulan Hek swan hong tadi sekaligus melancarkan Hun kin joh-kut hoat, itulah ia gunakan cara serangan lawan untuk merobohkan lawan pula. Ilmu gulat Cohaptoh yang lihay itu memang mengandung cara permainan Hun-kun joh-kut yang lihay, namun dibanding kemampuan Hek swan hong masih terpaut jauh sekali.

Dilain pihak begitu adu pukulan dengan Hek swan hong, tubuh Umong tergetar mundur tiga langkah, tapi Ginkang Hek swan-hong jauh lebih tinggi sekali putar tubuh ia mencelat naik melompati tembok terus menghilang dibalik tembok, Umong tidak sempat mengejarnya.

Dengan muka merah malu, Umong putar balik memberi lapor, "Tecu tidak becus, bocah keparat itu berhasil lari."

Pelan pelan Liong siang Hoatong berkata, "Hong-thian-lui masih berada ditangan kita, kerugian yang kita derita tidak terlalu besar."

"Bagaimana luka luka tuan putri....?" tanya Umong kuatir.

"Tidak menjadi soal. Tapi luka tuan putri ini rada janggal dan mengherankan," demikian ujar Ling siang Hoatong curiga.

In-tiong yan pura-pura tidak mengerti, tanyanya, "Koksu, bagaimana cara lukaku ini, kenapa mengherankan ?"

Liong-siang Hoatong menjelaskan, "Liong-siangkang yang kugunakan tadi aku percaya kulancarkan secara tepat dan persis benar, tidak mungkin melukai kau. Bila bocah keparat itu yang turun tangan, dihitung waktunya juga tidak sempat lagi."

"Lalu cara bagaimana aku bisa terluka?"

Liong siang Hoatong geleng-geleng kepala, ujarnya, "Aku sendiri juga heran, tuan putri, cara bagaimana kau terluka semestinya kau sendiri yang coba kau ceritakan perasaanmu tadi ?"

"Diwaktu kau melancarkan Bik khong ciang, mendadak aku rasakan punggungku kesakitan luar biasa, tahu-tahu sudah terbanting ditanah, Koksu, seumpama kau yang melukai aku tanpa sengaja, akupun tidak akan salahkan kau. Tapi bila menurut uraianmu tadi, kemungkinan besar Hek-swan honglah yang turun tangan secara keji. Koksu, mungkin kau terlalu ringan menilai musuh, kepandaian Hek swan-hong bahwasanya jauh lebih tinggi dari penilaianmu semula."

"Suhu," Umong menimbrung bicara, "Kepandaian Hek swan hong bocah itu memang hebat sekali, konon kabarnya diatas karang kepala harimau berturut-turut ia berhasil mengalahkan puluhan jago jago kelas tinggi utusan kerajaan Kim." Karena dia kecundang oleh Hek-swan-hong demi menutupi malunya, sengaja ia katakan kepandaian Hek-swan-hong berkelebihan.

Diam-diam Liong-siang Hoatong juga berpikir, "Bagaimana taraf kepandaian Hek-swan-hong aku dapat merabanya. Tapi bila aku mengukuhi pendapatku bahwa Hek swan hong tidak mungkin dapat melukai Tuan putri bukankah aku sendiri yang harus menanggung dosa melukai Tuan putri ?" harus maklum, meski samar-samar ia curiga, terpikir olehnya bahwa In-tiong yan mungkin melukai dirinya sendiri, tapi siapa yang mau percaya akan keterangan ini, terpaksa ia tekan perasaan curiganya ini didalam sanubarinya.

O^~^~^O

Dalam pada itu, setelah berhasil lolos dari Lou keh ceng, sungguh hati Hek swan-hong sangat menyesal, pikirannya, "Tak nyana kepandaian silat Koksu Mongol ini ternyata begitu lihay. Perbuatanku yang gegabah ini berarti menggebuk rumput mengejutkan ular. Untung In tiong-yan cukup cerdik dan cekatan, semoga tidak membuatnya cidera dan mengalami kesulitan." Menurut anggapannya setelah adanya peristiwa malam ini, untuk menyelundup masuk ke Lou-kee ceng tentu berpuluh kali lebih sulit. Pikir punya pikir, akhirnya ia berkeputusan untuk memberi laporan kepada Guru Hong thian-lui lebih dulu. Tidak diketahui olehnya bahwa Guru Hong-thian-lui saat mana tengah dalam perjalanan kemari.

Tengah ia berjalan kedepan dengan pikiran kusut, kebetulan sebelum ia keluar dari hutan, lapat-lapat didalam hutan pohon siong lebih dalam sana terdengar percakapan dua orang. Salah seorang terdengar berkata, "Betina itu adalah putri Lu Tang-wan ? Apa kau kenal dia? Tidak salah lihat ?" suara seorang yang lain menyahut, "Dalam perayaan ulang tahun Lu Tang wan yang keenam puluh tempo hari aku juga salah seorang tamu undangannya, jelas aku pernah melihat putrinya itu, masa bisa salah ?"

Temannya itu tertawa, katanya, "Kalau benar begitu, putri Lu Tang-wan benar2 sedang diburu sakit rindu kepada Hong-thian-lui bocah gendeng itu. Kalau tidak, tidak mungkin ia memburu datang ke Yo-ka-thong."

Temannya yang lain menyahut, "Benar, maka segera aku lari balik untuk memberi laporan. Mo samko, cara bagaimana Cengcu suruh kau menghadapi betina ayu itu ?"

Orang yang dipanggil Mo samko itu berkata, "Cengcu berkata : Lu Tang-wan merupakan tetangga dekat kami jangan kau terlalu mempersulit dia. Suruh kita jangan menyebut kebesaran nama Lou-keh ceng cukup kalau menggertaknya lari saja. Tapi entah siapakah pemuda yang seperjalanan dengan dia itu. Beliau suruh kami menyelidiki sejelasnya baru turun tangan."

Laki laki itu berkata, "Pemuda itu cukup ganteng, bicara logat daerah lain. Putri Lu Tang-wan itu memanggilnya Cin Toako, entahlah sanak kadang yang mana dari keluarga Lu itu ?"

Mo samko berkata, "Sanak famili Lu Tang-wan kebanyakan kutahu, tapi tiada yang she Cin. Heran, seharusnya genduk ini datang bersama Piaukonya Khu Tay-seng, kenapa ganti bocah she Cin ini ?"

"Iya. Konon kabarnya istri Lu Tang wan sudah merestui perjodohan putrinya dengan Khu Tay seng itu, kenapa dia rela membiarkan putrinya ikut pemuda lain melakukan perjalanan jauh ?"

"Genduk itu aleman dan nakal. Mungkin kepergiannya ini mengelabui ibunya. Tapi, kami tidak usah harus segala tetek bengeknya ini." demikian ujar Ma-samko itu.

Laki-laki yang lain lantas tertawa, kaTanya, "Tidak bisa kau berkata begitu. Bila benar Khu Tay-seng sendiri yang datang, tentu kita tidak bisa main kekerasan terhadap mereka."

Posting Komentar