Suling Naga Chapter 79

NIC

"Bi Lan, pertemuan ini merupakan jodoh dan agaknya sudah diatur oleh Tuhan. Pertemuan ini mengguncangkan hatiku, Bi Lan, karena terus terang saja, sejak pertemuan kita itu, siang macam aku selalu teringat kepadamu, makan tak lezat tidur tak nyenyak, kalau tidur selalu penuh dengan mimpi tentang dirimu. Aku cinta padamu, Bi Lan, sungguh mati, belum pernah aku jatuh cinta kepada wanita seperti kepada dirimu...."

"Tutup mulutmu!"

Bentak Bi Lan dan iapun menendang kursi yang menghalang di depannya lalu melompat keluar dari ruangan itu, mengambil keputusan untuk pergi saja meninggalkan manusia berbahaya dan jahat ini. Akan tetapi, ketika dara ini tiba di luar pintu rumah itu, di luar telah menanti belasan orang berpakaian seragam merah dengan senjata di tangan, yaitu anak buah perkumpulan Ang-i Mo-pang! Dan Bhok Gun juga mengejar dari luar sehingga kini Bi Lan telah terkurung di pekarangan depan rumah itu. Orang-orang Ang-i Mo-pang itu menyalakan obor dan keadaan menjadi terang sekali. Dengan matanya Bi Lan menaksir bahwa pengepungnya tidak kurang dari dua puluh orang, semuanya bersenjata lengkap! Dengan marah ia membalikkan tubuhnya.

"Bhok Gun, kau mau apa? Jangan ganggu aku kalau engkau tidak mau cari penyakit!"

Bhok Gun tersenyum.

"Nona manis, kalau marah menjadi semakin cantik! Terus terang kuajak engkau untuk bekerja sama, menjadi isteriku tercinta dan sama-sama mencari kemuliaan di kota raja, akan tetapi engkau menolak. Nah, sekarang kau serahkan pedang pusakamu itu kepadaku...."

"Bhok Gun manusia laknat! Sekali ini kau akan mampus di tanganku!"

Bentak Bi Lan yang sudah siap hendak menyerang. Akan tetapi para anak buah Ang-i Mo-pang sudah menerjang bersama sambil mengepungnya sehingga terpaksa Bi Lan menghadapi penyerangan mereka. Dengan gerakan amat lincah, Bi Lan mengelak sambil berloncatan ke sana-sini dari sambaran senjata golok, ruyung, tombak dan lain-lain yang datang bagaikan hujan.

Karena marah sekali kepada Bhok Gun, Bi Lan bukan hanya mengelak saja melainkan terus membalas. dengan serangan kedua tangannya. Akibatnya hebat. Para pengeroyok itu seperti dilanda badai dan empat orang sudah jatuh tersungkur. Dalam kemarahannya, Bi Lan tidak berlaku sungkan lagi, begitu membalas serangan ia telah memainkan Ilmu Silat Ban-tok Ciang-hoat (Ilmu Silat Selaksa Racun) yang amat ganas. Ilmu ini dipelajarinya dari nenek Wan Ceng. Tenaga sin-kang yang mendorong serangannya amat ganas dan mengandung hawa beracun sehingga para anggauta Ang-i Mo-pang yang terpelanting itu roboh dengan mata mendelik dan bagian yang terkena pukulan menjadi hijau menghitam! Melihat ini, Bhok Gun segera berteriak,

"Kalian semua mundur, kepung saja, jangan ikut menyerang!"

Dia tahu bahwa anak buahnya itu sama sekali bukan lawan Bi Lan dan kalau dibiarkan maju, mungkin mereka semua akan tewas di tangan Bi Lan.

Mendengar seruan ini, para anggauta Ang-i Mo-pang yang memang sudah gentar menghadapi gadis itu, cepat menahan senjata mereka dan berlompatan mundur, mengepung pekarangan itu dengan senjata di tangan, akan tetapi tidak ada yang berani mencoba untuk menyerang Bi Lan. Gadis ini berdiri tegak di tengah kepungan, sepasang matanya saja yang bergerak ke kanan kiri sedangkan seluruh tubuhnya diam tak bergerak seperti patung, namun setiap jalur urat syarafnya menegang dan dalam keadaan siap siaga. Melihat gadis ini berdiri dengan kedua tangan telanjang, sama sekali tidak memegang senjata dan juga tidak nampak adanya pedang pusaka mengerikan yang amat diinginkannya itu, Bhok Gun memandung heran. Dia merasa yakin benar bahwa Bi Lan tidak membawa pedang itu, tidak berada di pinggang, punggung, juga tidak berada di dalam buntalan pakaian itu.

"Bi Lan sumoi, di mana pedangmu itu? Keluarkan pedangmu dan lawanlah aku!"

Katanya menantang, tentu saja dengan maksud agar nona itu mengeluarkan pedang pusaka yang pernah membuatnya terkejut dan gentar itu.

"Manusia jahanam tanpa senjatapun aku masih sanggup mengirimmu ke neraka!"

Bi Lan membentak sambil terus menyerang dengan dahsyatnya. Gadis ini tetap mempergunakan Ilmu Ban-tok Ciang-hoat yang amat dahsyat itu. Melihat gerakan tangan yang mendatangkan hawa yang panas ini, Bhok Gun yang lihai cepat melompat kesamping dan dia sudah mencabut sehelai sapu tangan berwarna merah, lalu mengebutkan saputangan itu ke arah muka lawan. Debu berwarna merah halus menyambar ke arah muka Bi Lan. Akan tetapi Bi Lan hanya meniup pergi debu itu dan membiarkan sebagian kecil mengenai mukanya.

Dan kembali Bhok Gun terperanjat. Jelas bahwa ada debu yang mengenai muka gadis itu dan tentu telah tersedot, namun gadis itu sama sekali tidak terpengaruh! Padahal, debu pembius yang berada di saputangannya itu amat keras dan ampuh, sedikit saja tersedot, orang akan jatuh pingsan. Dia tidak tahu bahwa Bi Lan adalah cucu murid Ban-tok Mo-li dan biarpun dara ini hanya setengah tahun mempelajari ilmu dari nenek Wan Ceng, ia sudah memperoleh ilmu tentang racun dan cara untuk menjaga diri dari serangan racun. Karena terkejut dan heran, hampir saja Bhok Gun menjadi korban tamparan tangan kiri Bi Lan yang menyambar ganas. Tangan itu menyambar dengan amat cepatnya dan hanya dengan melempar diri ke kiri saja Bhok Gun dapat menghindarkan diri, akan tetapi ketika tangan yang mengandung hawa pukulan panas itu lewat,

Dia terkejut dan maklum bahwa tangan itu mengandung hawa pukulan beracun! Guru pemuda ini juga seorang ahli racun maka tahulah dia akan bahayanya tangan beracun dari Bi Lan itu dan diam-diam diapun terheran-heran mengapa gadis ini dapat memiliki ilmu aneh dan ganas itu, padahal dia tahu benar bahwa Bi-kwi tidak memiliki ilmu semacam itu. Teringatlah dia akan cerita Bi-kwi bahwa Bi Lan pernah digembleng selama beberapa bulan oleh Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir dan isterinya yang juga amat lihai. Dari mereka itukah gadis ini mempelajari ilmu pukulan beracun? Bi Lan juga merasa lega karena ia tidak melihat munculnya Bi-kwi, sucinya yang lihai itu. Kalau sucinya muncul dan ia dikeroyok dua, rasanya sukar baginya untuk dapat menyelamatkan diri, apa lagi tanpa adanya Ban-tok-kiam di tangannya.

Akan tetapi, sucinya tidak juga muncul maka jalan terbaik adalah cepat-cepat merobohkan dulu Bhok Gun. Kalau tidak dikeroyok, ia tidak gentar menghadapi Bhok Gun maupun sucinya. Maka iapun cepat menyerang dengan pukulan-pukulan gencar dan untuk mendesak lawan, ia mengubah gerakannya dan kini ia mainkan Sam Kwi Cap-sha-kun yang lebih ganas lagi itu! Ia tahu bahwa pada dasarnya, mereka berdua memiliki sumber ilmu silat yang sama dan untuk mengeluarkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya dari sucinya atau Sam Kwi, tidak akan banyak gunanya menghadapi Bhok Gun. Akan tetapi Sam Kwi Cap-sha-kun adalah ilmu ciptaan baru dari Sam Kwi dan kiranya sucinya juga masih merahasiakan ilmu ini terhadap siapapun.

Dugaannya benar karena Bhok Gun terkejut bukan main menghadapi desakannya dan pemuda itu terserempet tamparan pada pundaknya, membuat dia terhuyung ke belakang. Tangan kiri Bhok Gun bergerak dan sinar-sinar kecil menyambar ke depan. Bi Lan memiliki penglihatan tajam sekali dan ia pun dapat bergerak lincah. Begitu ada sinar menyambar, ia sudah dengan cepatnya meloncat ke kiri, tangan kanannya menyampok dan runtuhlah tiga batang paku hitam yang beracun! Kalau ia tidak cepat mengelak dan menyampok, paku-paku itu dapat mendatangkan bahaya maut! Biarpun senjata rahasianya dapat dihindarkan lawan, akan tetapi setidaknya serangan gelap itu dapat memberi kesempatan kepada Bhok Gun untuk memperbaiki posisinya yang tadi terhuyung oleh serangan Bi Lan. Dia lalu berteriak ke arah rumah ke dua,

"Para ciangkun harap suka keluar dan membantu kami menghadapi musuh!"

Terdengar teriakan jawaban dari rumah kedua itu, daun pintunya terbuka dan lima sosok bayangan orang berloncatan keluar dari rumah itu. Kiranya mereka adalah lima orang laki-laki bertubuh gagah yang memakai pakaian perwira kerajaan dan begitu mereka mengepung dan menggerakkan pedang mereka menyerang, Bi Lan terkejut karena ia memperoleh kenyataan bahwa lima orang ini memiliki ilmu pedang yang kuat dan cepat, sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan para anggauta Ang-i Mo-pang. Maka iapun mempercepat gerakannya, menubruk ke samping dan dengan sebuah tendangan dan sambaran tangan,

Ia berhasil merobohkan seorang anggauta Ang-i Mo-pang dan merampas pedangnya. Dengan pedang ini ia lalu menghadapi pengeroyokan lima orang perwira dan Bhok Gun! Gadis ini memang hebat sekali. Semangatnya besar, memiliki keberanian dan ketenangan sehingga biarpun dikeroyok enam orang yang lihai, tetap saja ia dapat mengamuk seperti seekor naga betina. Pedangnya berubah menjadi sinar ketika ia mainkan Ilmu Pedang Ban-tok Kiam-sut. Terdengar suara nyaring berdencingan ketika pedangnya itu menangkis serangan para pengeroyoknya dan lewat tiga puluh jurus, pedangnya berhasil melukai dua orang perwira, akan tetapi pada saat itu, pedang di tangan Bhok Gun yang datang dengan amat kuatnya telah berhasil mematahkan pedang rampasan di tangan Bi Lan.

"Krakkk....!"

Pedang itu patah menjadi dua dan pada saat itu, dua orang perwira datang menyerang dengan pedang mereka.

"Haiiiittt!"

Bi Lan mengeluarkan suara melengking nyaring dan tubuhnya menyambar ke depan seperti terbang, dengan tubuh direndahkan seperti menyeruduk ke depan. Itulah satu di antara jurus Ilmu Silat Sin-liong Ciang-hoat (Ilmu Silat Naga Sakti) yang dipelajarinya dari Koa Kok Cu! Dan kembali dua orang perwira rebah dan pedang mereka terlempar jauh, tidak tahan mereka menghadapi jurus dari Sin-liong Ciang-hoat yang aneh dan hebat itu. Akan tetapi, dari samping Bhok Gun sudah menggunakkan kakinya pada saat Bi Lan melancarkan serangan tadi.

"Desss....!"

Pinggang Bi Lan terkena tendangan sehingga tubuhnya terpelanting dan terguling-guling! Sementara itu, empat orang perwira yang roboh, sudah bangkit kembali dan Bi Lan terkepung kembali ketika ia akhirnya dapat pula meloncat bangun. Pinggangnya terasa nyeri dan kepalanya agak pening. Kembali dara itu berdiri tegak dan tak bergerak seperti patung, melirik ke kanan kiri, ke arah enam orang yang kembali sudah mengepungnya dengan wajah beringas karena mereka kini menjadi marah sekali. Lima orang perwira itu adalah utusan rahasia dari pembesar Hou Seng di kota raja, yang diutus oleh pembesar itu yang sudah berhubungan dengan guru Bhok Gun untuk mengundang Bhok Gun dan para anggauta Ang-i Mo-pang untuk memperkuat kedudukan guru itu menjadi kaki tangan dan orang kepercayaan Hou Seng!

Kini bukan hanya lima orang perwira dan Bhok Gun yang mengepung di sebelah dalam, akan tetapi di bagian luarpun belasan orang anak buah Ang-i Mo-pang sudah mulai bergerak lagi atas perintah Bhok Gun, bahkan di antara mereka ada yang sudah mengambil senjata berupa jaring-jaring lebar yang dipegang oleh tiga orang. Melihat ini, Bi Lan maklum bahwa ia terancam bahaya, apa lagi tendangan Bhok Gun masih terasa bekasnya, pinggangnya masih nyeri dan membuat sebelah kakinya tidak dapat bergerak selincah kaki yang lain. Akan tetapi, ia mengambil keputusan nekat untuk membela diri sampai titik darah terakhir dan tidak akan sudi menyerah! Pada saat itu, ketika Bi Lan berada dalam keadaan terancam dan gawat, muncullah seorang pemuda perkasa. Pemuda ini muncul sambil membentak,

"Sekumpulan laki-laki mengeroyok seorang wanita muda, sungguh memalukan sekali. Hanya laki-laki berwatak pengecut saja yang sudi melakukan hal seperti ini!"

Bhok Gun terkejut dan cepat memandang.

Juga Bi Lan mengerling ke arah orang yang baru muncul itu dan jantungnya berdebar ketika ia mengenal pemuda tinggi besar itu. Pemuda itu bukan lain adalah pemuda perkasa yang pernah mengagumkan hatinya ketika pemuda itu menolong keluarga sepasang mempelai dari Phoa Wan-gwe dan para tukang pukulnya. Dan kini pemuda perkasa itu tiba-tiba saja muncul untuk menolongnya! Beberapa orang anak buah Ang-i Mo-pang sudah menerjang maju untuk merobohkan pemuda yang dianggap lancang itu. Akan tetapi, segera terdengar teriakan-teriakan kaget ketika pemuda itu dengan mudahnya menendangi dan menangkapi orang-orang itu dan melempar-lemparkan mereka seperti orang melemparkan kayu bakar saja.

"Keparat, berani kau mencampuri urusan kami?"

Bhok Gun marah sekali dan menerjang ke arah pemuda itu, menggunakan tangan kanan memukul ke arah kepala. Serangannya ini selain cepat, juga kuat sekali karena dalam kemarahannya Bhok Gun sudah mengerahkan tenaga yang besar. Pemuda itu mengenal serangan ampuh, maka diapun memasang kuda-kuda dan mengangkat lengan kanan menangkis.

"Dukkk....!"

Dua tenaga besar bertemu dan akibatnya amat mengejutkan hati Bhok Gun karena dia terdorong dan terlempar ke belakang oleh tenaga yang amat dahsyat!

Tentu saja dia tidak tahu bahwa lawannya itu telah mewarisi tenaga raksasa dari ayah kandungnya, yaitu Cu Kang Bu yang berjuluk Ban-kin-sian (Dewa Bertenaga Selaksa Kati). Pemuda itu adalah Cu Kun Tek, jago muda dari Lembah Naga Siluman itu. Sebetulnya, kalau diukur ilmu silat di antara mereka, tingkat Bhok Gun masih lebih tinggi dari pada tingkat yang dikuasai Kun Tek. Akan tetapi, tadi Bhok Gun mengadu tenaga dan akibatnya dia kalah kuat sehingga dia merasa gentar, mengira bahwa pemuda tinggi besar ini memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi dari pada tingkat-nya. Melihat pemuda tinggi besar itu sudah bertanding melawan Bhok Gun, Bi Lan mempergunakan kesempatan baik ini untuk bergerak menyerang para pengepungnya, yaitu lima orang perwira tadi. Lima orang yang pernah merasakan kehebatan tangan Bi Lan, menjadi gentar dan menjauhkan diri.

"Nona, mari kita pergi!"

Kun Tek berseru nyaring sambil merobohkan dua orang pengepung dengan tendangan-tendangannya. Kegagahan Kun Tek tidak saja membuat gentar hati Bhok Gun, akan tetapi juga para pengepung menjadi ketakutan.

Baru menghadapi nona itu saja mereka tadi merasa kewalahan untuk mengalahkannya, apa lagi sekarang muncul seorang pemuda tinggi besar yang demikian gagah perkasa. Karena merasa gentar, mereka tidak banyak bergerak untuk menghalangi ketika Bi Lan dan Kun Tek berlompatan keluar dari pekarangan itu. Bhok Gun serdiri tidak melakukan pengejaran. Pertama adalah karena dia sendiri meragukan apakah dia akan dapat menang menghadapi Bi Lan dan pemuda tinggi besar itu walaupun dia dibantu oleh para perwira dah anggauta Ang-i Mo-pang, dan ke dua karena dia tidak melihat pedang pusaka di tangan Bi Lan, diapun tidak terlalu bernafsu untuk melakukan pengejaran. Dia memang jatuh hati kepada Bi Lan yang dianggapnya amat manis menggiurkan.

Terutama sekali karena gadis itu tidak mau menyerah dan tidak semudah wanita lain untuk ditundukkan, maka justeru sikap inilah yang menambah daya tarik pada diri Bi Lan baginya. Andaikata Bi Lan mau, agaknya dia akan suka mempunyai seorang kawan hidup tetap, seorang isteri, seperti gadis itu. Wanita-wanita seperti Bi-kwi hanyalah menjadi teman bermain-main dan mencari kepuasan nafsu belaka, bukan untuk menjadi isteri dan ibu anak-anaknya. Akan tetapi Bi Lan menolaknya, bahkan nampak benci kepadanya. Sementara itu, Bi Lan terus melarikan diri bersama pemuda tinggi besar itu. Tidak tahu siapa di antara mereka yang memilih jalan, karena keduanya hanya menurutkan jalan kecil yang menuju ke utara itu saja. Akan tetapi setelah mereka merasa yakin bahwa pihak musuh tidak melakukan pengejaran,

Terpaksa mereka mengurangi kecepatan lari mereka dan hanya melanjutkan dengan jalan kaki biasa karena cuaca malam itu cukup gelap. Hanya bintang-bintang saja di langit yang menurunkan sinar penerangan remang-remang. Keduanya tidak banyak cakap dan melanjutkan perjalanan sampai akhirnya Bi Lan berhenti. Pemuda itupun ikut berhenti. Mereka berada di sebuah jalan kecil yang membelah persawahan yang luas. Sunyi sekali di situ. Tidak nampak dusun di sekitar tempat itu. Kalau ada, tentu nampak lampu-lampu penerangan rumah-rumah mereka. Sunyi sepi dan tidak ada sedikitpun angin sehingga batang-batang gandum di kanan kiri jalan itu tidak-ada yang bergerak. Tidak ada apapun yang bergerak kecuali berkelap-kelipnya laksaan bintang di langit dan suara yang terdengar hanya jengkerik dan bunyi katak yang saling bersahutan.

"Engkau siapakah?"

Bi Lan bertanya, merasa agak tidak enak karena sejak tadi pemuda itu diam saja membisu, padahal ia tahu benar bahwa pemuda itu tidak gagu.

"Namaku Cu Kun Tek,"

Jawab Kun Tek sambil menatap wajah yang biarpun hanya nampak remang-remang namun tetap saja mudah dilihat kecantikannya. Garis-garis dan lengkung lekuk wajah itu jelas membayangkan kemanisan dan sepasang mata yang jeli itu masih nampak memantulkan sinar bintang-bintang yang redup. Jawaban yang singkat inipun membuat Bi Lan mengerutkan alisnya. Sikap pemuda yang pendiam ini seolah-olah menunjukkan rasa tidak suka kepadanya. Sama sekali tidak ramah. Kalau begitu, kalau memang tidak menyukainya, kenapa tadi menolongnya?

"Kenapa kau membantuku?"

Pertanyaan dalam hati itu keluar melalui mulutnya, seperti orang menuntut.

"Engkau seorang gadis muda, dikeroyok banyak pria, tentu saja aku membantumu."

Jawaban inipun singkat saja. Suasana menjadi kaku dan Bi Lan ingin meninggalkan pemuda itu, Akan tetapi bagaimana bagaimanapun juga, pemuda itu mendatangkan rasa kagum di hatinya dan sudah menolongnya, rasanya tidak pantas kalau ia pergi begitu saja tanpa memperkenalkan diri. Akan tetapi pemuda itu tidak bertanya, agaknya tidak ingin mengenalnya!

"Apa kau tidak tanya namaku?"

Barulah pemuda itu kelihatan bergerak seperti orang gelisah atau orang yang merasa canggung dan malu-malu.

"Eh, siapakah namamu? Engkau masih begini muda akan tetapi ilmu silatmu sudah begitu hebat, sanggup menghadapi pengeroyokan banyak orang lihai."

"Namaku Can Bi Lan. Eh, kau ini sombong amat, menyebutku gadis yang masih muda sekali. Apakah engkau ini sudah kakek-kakek? Kukira aku lebih tua darimu!"

Kata Bi Lan yang merasa mendongkol juga mendengar kata-kata pemuda itu.

"Tidak mungkin!"

Posting Komentar