Pusaka Pulau Es Chapter 67

NIC

"Dan apa maumu sekarang, Keng Han?"

"Aku minta kepadamu agar engkau suka ikut dengan aku ke Khitan untuk menemui ibuku. Sudah terlalu lama engkau meninggalkan ibuku yang hidup merana karena selalu teringat kepadamu dan engkau tidak mempedulikannya sama sekali!"

"Bodoh kau. Kalau aku menjadi kaisar tentu ia akan segera kuboyong ke sini!"

Bentak Tao Seng.

"Aku tidak menghendaki engkau menjadi kaisar dengan cara yang curang itu. Aku minta engkau sekarang juga. Ikut denganku ke khitan menemui ibu!"

"Kalau aku tidak mau?"

"Akan kupaksa dan kuseret kau!"

Keng Han juga mem-bentak marah. Tiba-tiba Gulam Sang melompat ke depan Keng Han dengan dada terangkai dan sikap menantang.

"Enak saja engkau bicara, Keng Han! Hendak memaksa ayahku begitu saja? Kalau masih ada aku, jangan harap akan bisa melakukan itu!"

Keng Han tercengang.

"Ayahmu....?"

"Ya, aku adalah anak angkat Pangeran Tao Seng, dan sebagai anak aku setia dan berbakti kepadanya, akan membelanya dengan nyawaku. Sebaliknya engkau ini seorang anak yang tidak berbakti, bahkan durhaka hendak memaksa ayahnya sendiri seperti itu!"

"Minggir! Ini bukan urusanmu!"

Bentak Keng Han dan dia pun sudah mendorong ke arah pundak Gulam Sang dengan tangan kanannya. Dorongan itu mengandung hawa panas dan kuat sekali sehingga Gulam Sang cepat mengelak karena dia sudah mengenal kehebatan tenaga pemuda itu. Sambil mengelak dia pun membalas sambil mencabut pedangnya. Hebat dan dahsyat sekali serangan Gulam Sang dengan pedangnya itu, disabetkan untuk menebas pinggang Keng Han. Keng Han mengelak mundur dan karena dia pun maklum akan kelihaian Gulam Sang, dia lalu mencabut pedang bengkoknya, lalu menangkis ketika pedang Gulam Sang menyambar lagi ke arah lehernya.

"Trang.... trang....!"

Dua kali pedang Gulam Sang bertemu dengan pedang bengkok dan yang kedua kalinya tangan Gulam Sang tergetar hebat Gulam Sang merasa penasaran dan mengamuk.

Akan tetapi Keng Han mengimbanginya dengan gerakan cepat sehingga mereka bertempur dengan seru dan hebatnya di tempat itu. Pangeran Tao Seng sudah bangkit dan mundur mepet dinding. Demikian pula Liong Siok Hwa mundur dan gentar menyaksikan pertandingan yang amat hebat itu. Pertandingan itu memang hebat sekali. Gulam Sang adalah seorang murid dari Dalai Lama yang selain mempelajari ilmu silat tinggi juga telah memiliki tenaga sakti yang ampuh, diperkuat pula oleh ilmu sihirnya. Akan tetapi, berhadapan dengan Keng Han, dia tidak dapat mempergunakan ilmu sihirnya. Orang yang sudah memiliki tenaga sinkang sekuat Keng Han, tidak dapat dipengaruhi sihir lagi. Maka Gulam Sang hanya mengandalkan ilmu pedangnya yang cepat dan aneh gerakannya.

"Heiiiiittttt....!"

Pedang Gulam Sang menyambar dari atas ke bawah, membacok ke arah kepala Keng Han.

"Hemmm....!"

Keng Han mengelak ke kiri sambil menorehkan pedang bengkoknya ke arah lengan lawan yang memegang pedang. Namun Gulam Sang sudah menarik lengannya, kemudian tubuhnya merendah dan pedangnya membabat ke arah kedua kaki Keng Han.

"Hiaaaaattt....!"

Gulam Sang berteriak dengan pengaruh sihir,

"Robohlah engkau!"

Keng Han merasa jantungnya tergetar akan tetapi tidak terpengaruh oleh teriakan itu. Dia meloncat tinggi ke udara untuk menghindarkan kedua kakinya yang dibabat pedang, lalu berjungkir balik dan menukik dengan kepala ke bawah, pedangnya menikam dari atas ke arah ubun-ubun kepala Gulam Sang.

"Wuttttt.... tranggg....!"

Bunga api berpijar ketika pedang bertemu dan sekali ini Gulam Sang agak terhuyung, akan tetapi Keng Han juga harus berjungkir balik untuk mematahkan tenaga dorongan pedang dari bawah yang menangkisnya. Keduanya sudah berhadapan lagi dan saling menyerang dengan dahsyatnya. Akan tetapi, kini Keng Han mulai memainkan ilmunya yang hebat yaitu Hong-In Bun-hoat. Pedang bengkoknya membuat coretan-coretan di udara seperti orang menulis huruf, akan tetapi akibatnya, permainan pedang Gulam Sang menjadi kacau.

Dia dikacaukan oleh gerakan pedang di tangan Keng Han. Dan setiap serangannya selalu dapat ditangkis lawan, bahkan lawan membalas kontan dengan cepat dan dengan gerakan sambung menyambung yang aneh sekali sehingga tak lama kemudian Gulam Sang sudah terdesak hebat oleh Keng Han. Dia kini hanya mampu menangkis dan mengelak dengan repot sekali oleh permainan pedang lawan. Pada saat itu, Pangeran Tao Seng memberi isyarat dan muncullah tiga orang datuk yang sejak tadi sudah mengintai dan menunggu isyarat dari sang pangeran. Swat-hai Lo-kwi, Tung-hai Lo-mo dan Lam-hai Koai-jin sudah berada di situ. Lam-hai Koai-jin yang masih memandang rendah Keng Han, sudah menerjang dengan senjata ruyungnya.

"Tranggg....!"

Pedang Keng Han dan ruyung bertemu dan akibatnya, keduanya mundur dua langkah. Baru kini Keng Han melihat adanya tiga orang kakek itu di situ. Melihat Swat-hai Lo-kwi dan Tung-hai Lo-mo barulah dia tahu benar akan kekuatan persekutuan itu. Ternyata ayahnya itu telah mempergunakan orang-orang dari golongan sesat untuk membantunya. Dan dia maklum bahwa kalau dia harus menghadapi empat orang ini sekaligus, tidak mungkin dia akan menang. Mereka terlampau kuat dan paling bisa dia melawan dua orang di antara mereka. Pikiran Keng Han bekerja cepat dan tiba-tiba tubuhnya sudah berkelebat dan meloncat ke dekat ayahnya.

"Jangan mendekat!"

Bentaknya dan dia sudah menempelkan pedang bengkoknya pada leher Pangeran Tao Seng sedangkan tangan kirinya memegang lengan pangeran itu.

"Biarkan kami keluar. Awas, siapa bergerak, dia akan kubunuh lebih dulu!"

Dia teringat akan perbuatan Cu In ketika hendak membebaskan diri dari pengeroyokan Toat-beng Kiam-sian Lo Cit dan anak buah Kwi-kiam-pang, yaitu dengan menyandera puteri Lo Cit. Kini dia meniru perbuatan Cu In itu dengan menyandera Pangeran Tao Seng! Ayahnya sendiri. Memang dalam keadaan terdesak, apalagi menghadapi pengeroyokan yang curang, dia boleh saja menggunakan kecurangan sebagai taktik untuk menyelamatkan diri. Kini, dia menangkap ayahnya sendiri bukan saja untuk membebaskan diri dari pengeroyokan, melainkan karena dia memang hendak menangkap ayahnya dan memaksanya pergi ke Khitan bersamanya untuk menghadap ibunya! Benar saja. Tiga orang datuk itu tak berani bergerak ketika melihat Keng Han menyandera sang pangeran. Dan Keng Han yang menodong Pangeran Tao Seng menyeret ayahnya itu menuju ke pintu.

"Sam-wi Locianpwe (ketiga orang tua gagah), mari kita serang dia! Dia tidak akan membunuh ayahnya sendiri!"

Tiba-tiba Gulam Sang berteriak dan menyerangnya dengan pedang. Keng Han terkejut sekali. Tak disangkanya Gulam Sang sedemikian cerdiknya. Memang, bagaimanapun dia tidak mau membunuh ayahnya dan tadi hanya untuk menggertak saja. Tung-hai Lo-mo sudah mengayun dayung bajanya. Swat-hai Lo-kwi juga menggerakkan pedangnya dan Lam-hai Koai-jin menggerakkan ruyungnya menye-rang kepada Keng Han. Terpaksa Keng Han memutar pedangnya untuk menangkis dan melepaskan pegangannya pada lengan ayahnya. Merasa dirinya dilepas Pangeran Tao Seng lalu meloncat menjauh-kan diri. Kini Keng Han sudah dikeroyok oleh empat orang yang amat lihai sehingga dia mulai terdesak hebat.

"Jangan bunuh dia! Tangkap saja, jangan sekali-kali bunuh dia!"

Teriak Pangeran Tao Seng. Dia masih mengharapkan puteranya itu berubah pikirannya dan mau membantunya. Bagaimanapun, Keng Han adalah putera kandungnya dan ternyata ilmu kepandaiannya melebihi Gulam Sang! Empat orang itu mendengar seruan ini dan mereka pun membatasi serangan mereka.

Biarpun demikian, tetap saja Keng Han terkepung ketat sekali oleh empat orang itu dan setelah dia dapat membela diri sampai hampir seratus jurus, ruyung di tangan Lam-hai Koai-jin mengenai punggungnya, membuat dia terhuyung. Ruyung di tangan Lam-hai Koai-jin menyerang terus dengan dorongan ke arah dada. Keng Han mengelak, akan tetapi dayung baja di tangan Tung-hai Lo-mo menghantam dari belakang mengenai pahanya dan Keng Han roboh terpelanting. Sebelum dia dapat meloncat bangun, pedang Gulam Sang sudah menempel di lehernya, juga pedang Swat-hai Lo-kwi telah mengancam dadanya. Keng Han maklum bahwa dia telah kalah dan tertawan. Gulam Sang segera mengikat kaki tangannya dan dia pun dibawa ke dalam kamar tahanan yang berada di belakang rumah Hartawan Ji. Kamar tahanan itu kokoh kuat dan di jaga oleh belasan orang anak buah Gulam Sang.

Posting Komentar