Pendekar Super Sakti Chapter 82

NIC

Liong Ki Tek cepat meloncat ke belakang dan agak terhuyung saking kagetnya. Ouwyang seng tertawa mengejek dan menerjang terus ke depan dengan pedangnya diseling pukulan-pukulan yang lebih berbahaya daripada pedang itu sendiri karena pemuda ini menggunakan pukulan sakti Hwi-yang sin-ciang. Di dalam jilid-jilid yang lalu banyak diceritakan tentang Ouwyang seng ini sebagai murid Gak Liat yang lihai dan sejak kecil sudah memiliki watak yang keras dan kejam. Namun di samping watak ini, dia merupakan seorang murid yang amat tekun dan disayang oleh Kang-thouw-kwi Gak Liat, maka setelah kini berusia dua puluh tahun, ia telah menjadi seorang murid yang paling pandai diantara semua murid Si Setan Botak.

Bah-kan Hwi-yang Sin-ciang yang tidak dapat dimiliki murid-murid lain, telah dikuasai oleh Ouwyang Seng yang ikut berlatih bersama suhunya dengan masakan batu batu bintang. Toat-beng Hwi-ciang boleh jadi amat lihai, dan Hiat-ciang lebih dahsyat lagi, akan tetapi dibandingkan dengan Hwi-yang Sin-ciang, kedua ilmu pukulan yang berdasarkan Yang-kang itu masih kalah jauh. Setelah dewasa, tentu saja Ouwyang Seng yang terkenal dengan sebutan Ouw-yang-kongcu menjadi seorang yang penting kedudukannya dalam tokoh-tokoh pembela Kerajaan Ceng. Ayahnya seorang pangeran yang terkenal juga, Pangeran Ouwyang Cin Kok yang menjadi seorang di antata para penjilat yang terlihai di dekat Kaisar Mancu. Dan mengingat akan kepandaiannya yang tinggi, Ouwyang-kongcu ini bergerak dalam bidang pengamanan kerajaan terhadap ancaman para pejuang yang bergerak secara rahasia menentang pemerintah Mancu.

Siapakah wanita cantik yang amat hebat itu? Dia memang seorang puteri,ber nama Puteri Nirahai, puteri dari Kaisar Mancu yang lahir dari seorang selir berbangsa Khitan. Puteri Nirahai ini rnemiliki kepandaian yang dahsyat, bahkan lebih tinggi daripada tingkat kepandaian Ouwyang-kongcu sendiri. Dibandingkan dengan tingkat para tokoh datuk hitam, dia hanya kalah sedikit. Memang sukar untuk dipercaya bagaimana seorang gadi berusia dua puluh tahun telah memiliki ilmu kepandaian sedahsyat itu, akan tetapi hal ini tidak akan mengherankan orang lagi kalau diingat bahwa dia adalah ahli waris dari kitab pelajaran ilmu-ilmu silat tinggi dari mendiang puteri Ratu Khitan yang dahulu terkenal diseluruh dunia kang-ouw dengan julukan Mutiara Hitam.

Mutiara Hitam adalah seorang pendekar wanita sakti yang amat hebat ilmu kepandaiannya dan memiliki banyak kitab kitab pusaka ilmu silat yang aneh-aneh dan amat tinggi. Kitab-kitab itu adalah peninggalan seorang tokoh wanita sakti yang berjuluk Tok-siauw-kwi (Setan Cilik"

Beracun) Liu Lu Sian yang bukan lain adalah ibu kandung Suling Emas yangt amat terkenal (baca cerita Suling Emas, Cinta Bernoda Darah dan Mutiara Hitam). Selama puluhan tahun, tidak ada kabar ceritanya tentang kitab-kitab itu dan secara kebetulan beberapa buah diantara kitab-kitab itu terjatuh ke tangan Puteri Nirahai inilah. Di antara ilmu-ilmu silatnya yang hebat, Nirahai dapat mewarisi tiga buah ilmu kepandaian Mutiara Hitam, yaitu pertama adalah Ilmu Silat Sin-coa-kun (Ilmu Silat Ular Sakti),

Ke dua Ilmu, Pedang Pat-mo-kiam-hoat (Ilmu Pedang De-lapan Iblis), dan yang ke tiga adalah ilmu senjata rahasia Siang-tok-ciam (Jarum Racun Wangi). Yang amat hebat adalah ilmu pedangnya Pat-mo-kiam-hoat yang sukar dicari bandingnya karena memang dahsyat dan ganas sekali. Apalagi gadis ini mainkan ilmu itu dengan senjatanya yang istimewa yang disebut Tiat-mo-kiam (Pedang Payung Besi), maka kehebatannnya bertambah. Dapat dibayangkan betapa lihainya permainan pedang yang tersembunyi di batik payung sehingga lawan tak dapat melihat gerakan-gerakannya. Sebetulnya ilmu ini tadinya merupakan ilrnu pedang, akan tetapi dengan senjata seperti itu, sama dengan permainan pedang dibantu perisai, namun disatukan sehingga merupakan senjata yang ampuh dan jika tidak dipakai bertanding,

Dapat dipergunakan sebagai payung biasa untuk berlindung dari serangan hujan dan panas, juga menambah gaya bagi seorang gadis jelita seperti Nirahai. Liok Si Bhok dan Liong Ki Tek adalah dua orang tokoh Siauw-lim-pai yang sudah tinggi tingkat ilmu kepandaiannya.Mereka adalah dua orang di antara Siauw-lim Chit-kiam, Tujuh Pedang Siauw-lim yang amat disegani orang. Mereka adalah murid-murid langsung dari ketua Siauw-lim-pai yang selain ahli dalam bermain pedang, juga memiliki tenaga sinkang yang amat kuat, di samping pengalaman bertanding yang sudah luas. Akan tetapi sekali ini, bertemu dengan Nirahai dan Ouwyang Seng, sebentar saja dua orang tokoh Siauw-lim-pai ttu terdesak hebat. Ilmu pedang yang dimainkan Nirahai dengan senjata payung luar biasa sekali dan tidak sampai lima puluh jurus,

Liok Si Bhok yang bertubuh gemuk pendek itu tak mampu balas menyerang lagi karena dari balik payung hitam itu menyambar-nyambar sinar pedang bagaikan sinar kilat dari balik awan hitam yang tebal. Tiba-tiba Nirahai mengeluarkan suara melengking tinggi dari balik payung menyambar sinar berkeredepan yang berbau harum ke arah leherl Liok Si Bhok. Tokoh ini terkejut, maklum bahwa itulah senjata rahasia yang amat berbahaya. Dan memang dugaannya benar karena yang menyambar ltu adalah Siang-tok-ciam, segenggam jarum beracun yang berbau harum. Liok Si Bhok cepat mengelak dengan miringkan diri ke kiri, akan tetapi ternyata bahwa serangan jarum itu hanya merupakan pancingan karena kini tahu-tahu ujung paying itu telah menusuk perutnya.

"Crinnggg."

Pedang di tangan Liok Si Bhok tergetar, bertemu dengan ujung payung dan melekat. Pada detik berikut nya, dari batik payung itu menyambar kaki Nirahai yang kecil bersepatu indah, menendang dengan gerakan cepat sekali dan tahu-tahu telah mengenai lambung liok Si Bhok. Tokoh Siauw-ljm-pai yang bertubuh gendut pendek ini mengeluh dan tubuhnya terbanting ke belakang. Dua kali ia masih berhasil menangkis sinar pedang Nirahai, akan tetapi yang ketiga kalinya, tangkisamya meleset dan ujung payung itu menancap memasuki lehernya menembus dari kanan ke kiri. Tanpa sempat berteriak lagi Liok Si Bhok tewas dengan leher hampir putus.

"Ouwyang-twako, jangan robohkan dia dengan sin-ciang. Pukulan itu akan dikenaI orang dan menggagalkan rencana-ku."

Nirahai berseru ketika melihat betapa Ouwyang Seng mendesak Liong Ki Tek dengan pedang dan pukulan-pukulan Hwi-yang Sin-ciang. Ouwyang Seng yang melihat betapa puteri itu telah berhasil merobohkan lawannya, menjadi penasaran dan malu.Tanpa mengandalkan Hwi-yang Sin-ciang, bagaimana ia akan mampu merobohkan lawan yang tangguh ini? Akan tetapi pada saat itu, Nirahai telah menerjang maju dan menyerang Liong Ki Tek dengan payungnya yang hebat itu. Seperti juga Liok Si Bhok tadi, kini menghadapi serangan payung, Liong Ki Tek terkejut dan bingung.

Tahulah pendekar ini mengapa suhengnya tewas di tangan puteri ini, ternyata bahwa senjata payung pedang itu benar-benar sukar dilawan. Ia mengerahkan tenaganya menangkis dan terdengar suara keras diikuti muncratnya bunga api. Dibandingkan dengan suheng-nya, Liong Ki Tek yang tinggi kurus ini memiliki tenaga yang lebih kuat sungguhpun ilmu pedangnya tidak sehebat Liok Si Bhok. Akan tetapi tangkisannya yang mengandung tenaga kuat itu pun tidak mampu membikin payung terpental,bahkan kini pedangnya melekat pula pada ujung payung itu, tak dapat ia lepaskan. Dan saat ini dipergunakan dengan baik oleh Ouwyang Seng yang sudah menusukkan pedangnya ke perut Liong KI Tek sampai tembus ke punggung.

"Ihhh...., kau kasar sekali, Twako."

Nirahai menarik payungnya dan cepat meloncat ke belakang agar jangan terkena semburan darah dari perut Liong Ki Tek. Ouwyang Seng menjadi merah mukanya. Memang, tadi ia menyerang dengan kasar saking gemas dan penasaran bahwa ia harus dibantu oleh gadis ini untuk merobohkan tokoh Siauw-lim-pai ini sehingga kekasaran serangannya itu nyaris mendatangkan noda darah yang menyembur keluar dari perut Liong Ki Tek pada baju nona itu.,

"Sesudah dua orang tokoh Siauw-lim-pai ini tewas, apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Adik Nirahai? Kurasa permainanmu terlalu berbahaya sekarang. Untuk menutupi kenyataannya bahwa dia tidak secepat Nirahai merobohkan lawan. bahkan mendapat bantuan gadis perkasa itu, Ouwyang Seng menekan gadis itu dengan kata-kata yang sifatnya menegur ini. Mereka adalah dua orang di antara Siauw-lim Chit-kiam, dan kekuatan Siauw-lim-pai sama sekali tidak boleh dipandang ringan."

"Tenanglah, Ouwyang-twako dan serahkan saja padaku karena aku telah membuat rencana yang baik sekali, jauh lebih baik dari pada rencana semula. Engkau tahu,Twako. Untuk memancing ikan besar harus menggunakan umpan besar dan dua orang dari Siauw-lim Chit-kiam ini merupakan umpan besar sekali yang kematiannya akan membikin geger Siauw-lim-pai dan sekali lni kutanggung bahwa Siauw-lim-pai akan memusuhi Hoa-san-pai sehingga kita tidaklah harus bersusah payah lagi menggempur keduanya."

Dengan wajah manis dan sikap tenang gadls itu lalu menceritakan rencananya kepada Ouwyang Seng. Pemuda ini mendengarkan penuh perhatian, makin lama makin tertarik dan setelah gadis itu menyelesaikan penuturan tentang rencana dan siasatnya, ia bangkit berdiri dan menyura kepada Nirahai sambi"

Berkata.

"Wah, engkau hebat sekali, Adik Nirahai. Sungguh mengagumkan, Makin besar dan berbahagialh hatiku kalau aku teringat bahwa engkau yang begini cantik jelita, begini lihai ilmu silatnya, begini cerdik pandai adalah tunanganku.."

"Hemmm, jangan tergesa-gesa, Twa-ko..."

Nirahai memotong, sepasang alisnya yang kecil panjang dan hitam itu berkerut, akan tetapi bibirnya yang merah tersenyum tenang.

"Nirahai... aku tidak tergesa-gesa, akan tetapi... bukankah sudah setengah resmi perjodohan kita..?"

Ouwyang Seng berlutut dan suaranya gemetar penuh perasaan.

"Diantara Ayahmu dan Ayahku..

"

"Nirahai menundukkan muka memandang wajah pemuda yang tampan itu. Ia suka kepada pemuda yang selalu pandai mengambi"

Hatinya ini akan tetapi... Ouwyang Seng bukanlah pria yang memenuhi idaman hatinya.

"Ouwyang-twako yang akan berjodoh adalah kita, bukan Ayah Kita.."

"Nirahai....."

Ouwyang Seng memandang dengan sinar mata penuh cinta kasih dan permohonan sehingga Nirahai menjadi kasihan, mengulurkan tangannya. Ouwyang Seng menangkap jari-jari tangan yang halus meruncing itu dengan kedua tangannya, lalu menciumi jari-jari tangan.itu penuh nafsu birahi dan cinta kasih.

"Ohhh, Nirahai puteri jelita, pujaan hati-ku. Aku cinta padamu.."

Sejenak puteri itu membiarkan jari tangannya dibelai dan dicium akan tetapi mulutnya berkata halus,

"Aku tahu bahwa engkau mencintaku, Twako. Akan, tetapi aku tidak..ah, belum lagi aku dapat menjatuhkan cinta kasihku kepada seseorang..."

"Aku dapat menanti, sayang. Aku dapat bersabar, akan kunanti penuh harapan berseminya cinta kasih di hatimu terhadap diriku. Nirahai..."

Puteri itu menarik tangannya terlepas dan berkata, biarpun mulutnya masih tersenyum namun suaranya agak dingin,

"Cukuplah, Twako. Kita sedang bertugas,dan aku tidak senang bicara tentang hal itu. Harap kau suka mempersiapkan pasukan pengawal dan sediakan dua buah peti mati akan tetapi jangan kelihatan seperti peti mati, melainkan peti untuk mengirim barang berharga. Aku hendak menyampaikan berita kematian ini kepada anak murid Siauw-Jim Chit-kiam yang kebetulan berada di kota Kok-lee-bun tak jauh dari sini, kemudian aku akan ke Kwan-teng menemui Tan-piauwsu kepaIa Pek-eng-piauwkiok. Siasatku ini harus berjalan lancar dan harus berhasil,Twako."

Ouwyang Seng adalah seorang pemuda yang cerdik, maka ia dapat menangkap nada suara dingin itu dan tidak berani melanjutkan rayuannya tentang cinta. Ia bangkit berdiri, menghela napas dan berkata,

"Baiklah, Nirahai. Aku sudah maklum akan rencanamu tadi."

Nirahai lalu berkelebat cepat ke arah belakang kuil tua itu, meloncat ke punggung kuda yang disembunyikan jauh dari situ kemudian membalap untuk melaksanakan siasatnya. Apakah siasat puteri yang cerdik ini? Seperti telah diceritakan di bagian depan, siasatnya mengadu domba antara Hoa-san-pai dan Siauw-lim-pai ternyata hampir berhasil atau hanya setengah berhasil karena secara tak tersangka-sangka muncul tokoh aneh yang mengacaukan urusan, yaitu Han Han dan Lulu.

Keadaan dalam kuil Siauw-lim-si yang menjadi pusat Siauw-lim-pal dan diketuai oleh Ceng San Hwesio kini diliputi awan kedukaan dan penasaran. Beberapa hari yang lalu, datanglah Lauw Sin Lian murid terkaslh Siauw-Iim Chit-kiam bersama beberapa orang anak murid Siauw-lim-pai mengawal sebuah kereta yang terisi dua peti yang terisi mayat-mayat Liok Si Bhok dan Liong Ki Tek.

Juga mayat tujuh Qrang anak murid Siauw-lim-pai tingkat rendah. Dapat dibayangkan betapa kaget dan berduka hati Ceng San Hwesio dan para tokoh Suw-lim-pai ketika melihat dua mayat tokoh Siauw-lim-pai yang telah rusak itu. Mayat-mayat itu cepat diperabukan dan setelah mereka semua berkabung, Ceng San Hwesio lalu mengumpulkan anak murid dan adik-adik seperguruan untuk berunding. Biarpun Lauw Sin Lian terhitung hanya cucu murid ketua Siauw-lim-pai ini, akan tetapi karena tingkat kepandaian Sin Lian sebagai murid terkasih Siauw-lim Chit-kiam sudah amat tinggi dan pula karena gadis inilah menjadi saksi utama mengenai bentrokan dengan Hoa-san-pai, maka Sin Lian juga hadir dalam pertemuan besar itu.

"Sungguh tidak nyana sekali Hoa-san-pai menjadi perkumpulan yang rendah dan dapat diperalat oleh kaum penjajah."

Ceng San Hwesio ketua Siauw-lim pa imengerutkan alisnya dan mengepal tasbih di tangannya erat-erat, wajahnya yang kurus itu menjadi merah sekali warnanya.

"Amatlah keji perbuatan mereka terhadap dua orang muridku itu dan agaknya mereka itu sudah menyatakan permusuhan secara terbuka. Sute, mulai saat ini, harap Sute suka mengatur seluruh anak murid kita untuk melakukan penjagaan ketat siang malam menjaga keamanan kuil Semua anak murid yang berada di dalam kuil tidak diperbolehkan keluar dan segala bentrokan dengan golongan apa pun juga harus ditiadakan. Selain itu, Sute harap mengutus anak murid untuk mengundang semua saudara dan murid untuk berkumpul di sini, selambatnya sebulan. Sebelum tenaga kita berkumpul semua dan kedudukan kita cukup kuat, jangan ada yang lancang turun tangan terhadap anak murid Hoa-san-pai. Nanti kalau semua tenaga sudah terkumpul, pinceng sendiri yang akan memimpin pasukan Siauw-lim-pai menuju ke Hoa-san-pai dan menuntut balas atas kekejaman Hoa-san pai terhadap kita."

Posting Komentar