Pengantin wanita itu adalah seorang gadis yang usianya baru enam belas tahun, ia sudah ketakutan, mukanya pucat dan tubuhnya gemetar bagaimana mungkin ia dapat menerima daging yang hendak disuapkan ke mulutnya itu. Ia menggeleng kepalanya dan menangis.
“Ha-ha-ha, jangan takut, manis!” kata Tay-lek Kwi-ong dan tangan kirinya memegang dagu gadis itu. Gadis itu tidak dapat menahan mulutnya yang terbuka dan daging itu dijejalkan ke mulutnya! “Ha-ha-ha, begitu baru manis!” kata Tay-lek Kwi-ong dan kini dia mendekatkan cawan penuh arak ke mulut yang mungil itu. “Sekarang minumlah, hayo kita minum bersama, kita bergembira hari ini!”
“Tay-lek Kwi-ong, engkau iblis jahat!” tiba-tiba Mimi yang tidak dapat menahan kemarahan hatinya, sudah berlari dan meloncat masuk ke dalam ruangan pesta yang kini telah ditinggal pergi sebagian besar dari para tamunya. Melihat adiknya sudah berlari, Bouw Ku Cin tentu saja tidak mau tinggal diam mengkhawatirkan adiknya dan diapun lari mengejar. Kini, kakak beradik itu telah tiba di depan kakek yang didampingin pengantin wanita yang menggigil ketakutan dan kakek berewok itu memandang mereka dengan alis berkerut.
“Hemm, kalian ini dua orang muda mau apa?” bentaknya.
Mimi yang sudah marah sekali menudingkan telunjuknya ke arah muka brewok itu. “Tadinya engkau kukira seorang gagah yang menentang perbuatan gerombolan pasukan yang jahat tadi, tidak tahunya engkaupun sama saja dengan mereka, suka menghina orang mengandalkan kepandaianmu.”
“Tay-lek Kwi-ong, bebaskan nona pengantin itu, biarkan ia kembali kepada keluarganya!” Bouw Ku Cin juga membentak dan pemuda ini sudah mencabut pedangnya.
Melihat ini, Tay-lek Kwi-ong tertawa. “Ha-ha-ha, kalian ini dua bocah sombong, berani menentang Tay-lek Kwi-ong. Apakah kalian iri melihat aku makan minum bersama nona pengantin?”
“Jahanam busuk, kalau tidak cepat kaulepaskan gadis itu, terpaksa kami akan menghajarmu!” bentak pula Mimi. Ucapan ini membuat Tay-lek Kwi-ong menjadi marah. Dia menyambar sebuah mangkok kosong dan melemparkan mangkok itu ke arah Mimi.
“Singgg...!!” Mangkok menyambar dengan cepat ke arah kepala Mimi. Akan tetapi, dengan sigap Mimi miringkan kepalanya dan mangkok itu meluncur lewat, tidak mengenai mukanya. Melihat ini, Tay-lek Kwi-ong menjadi semakin penasaran dan marah.
“Ha-ha-ha, kiranya kalian mempunyai sedikit kepandaian. Bagus, mari kita main-main sebentar!” katanya dan sekali tangan kirinya bergerak, dia telah menotok pengantin wanita sehingga gadis ini terduduk lemas di kursinya, “Kau tunggu aku membereskan dua orang muda lancang ini sebentar, sayang!”
Tay-lek Kwi-ong masih memandang rendah dua orang calon lawan, yang sudah mencabut pedang. “Kalian berani mengganggu aku, berarti kalian telah bosan hidup!” bentaknya dan dia mengeluarkan gerengan seperti seekor harimau, kemudian kedua lengannya yang panjang itu bergerak dari kanan-kiri, mencengkeram ke arah kakak beradik itu. Namun, Bouw Ku Cin dan Bouw Mimi bukanlah orang-orang muda yang lemah. Mereka mengelak sambil menggerakkan pedang. Dua batang pedang kini menyambar ke arah lengan raksasa itu, membacok dari samping. Tentu saja Tay-lek Kwi-ong terkejut dan cepat menarik kembali kedua lengannya, dan kini kedua kakinya secara beruntun mengirim tendangan. Biasanya, seperti terbukti ketika dia menghajar para prajurit tadi, tendangannya tidak pernah gagal.
Akan tetapi sekali ini, ketika kakak beradik itu mengelak, tendangannya hanya mengenai angin, bahkan sebaliknya kakak beradik itu sudah menyerangnya lagi dengan dahsyat. Tay- lek Kwi-ong terpaksa meloncat ke belakang dan kini dia tahu bahwa dua orang pemuda tani itu sama sekali tidak boleh dipandang ringan.
“Singg...!!” Dia mencabut golok besarnya dan semua orang menjadi silau ketika memandang golok yang tajam berkilauan itu. Tay-lek Kwi-ong lalu mengamuk dan menyerang kakak beradik itu dengan golok besarnya. Bouw Ku Cin dan Bouw Mimi sudah siap dan merekapun melakukan perlawanan dengan gigih. Meja kursi beterbangan ketika diterjang oleh Tay-lek Kwi-ong dan segera terjadi perkelahian yang seru di dalam ruangan itu.
Karena khawatir kalau-kalau pengantin wanita yang masih duduk tak dapat bergerak di situ terkena sambaran senjata, Mimi menggunakan kesempatan selagi kakaknya mendesak lawan, ia cepat membebaskan totokan pengantin wanita itu dan mendorongnya pergi. Pengantin wanita itu dengan terisak dan ketakutan, lari dan disambut suami dan ayahnya.
Tay-lek Kwi-ong marah bukan main. Dengan tenaganya yang amat kuat, goloknya berubah menjadi sinar bergulung-gulung dan kakak beradik itu segera terdesak. Setiap kali senjata pedang mereka bertemu golok hampir saja pedang itu terlepas dari pegangan karena telapak tangan mereka tergetar dan terasa panas.
Biarpun Bouw Ku Cin dan Bouw Mimi sudah mengerahkan seluruh tenagan dan mengerahkan jurus-jurus terampuh yang mereka kuasai, tetap saja mereka berdua bukan tandingan Tay-lek Kwi-ong dan makin lama mereka semakin terdesak oleh gulungan sinar itu. Tay-lek Kwi-ong sudah tertawa berelak karena dia merasa yakin bahwa dalam waktu tak lama lagi dia akan mampu merobohkan dua orang yang berani melawannya itu.
Akan tetapi pada saat itu, nampak berkelebat empat bayangan orang dan di situ muncul empat orang pria yang usianya sekitar empat puluh tahun. Tanpa banyak cakap lagi, mereka menggerakkan pedang dan mengeroyok Tay-lek Kwi-ong! Melihat empat orang ini, kakak beradik Bouw menjadi girang bukan main karena mereka mengenal bahwa empat orang ini adalah jagoan-jagoan di Nan-king yang berkepandaian tinggi. Mereka adalah empat orang yang diam-diam mendapat tugas dari Yauw-Ciangkun untuk mengawasi dan melindungi kakak beradik bangsawan itu. Ketika tadi terjadi keributan di tempat Lurah So mengadakan pesta pernikahan puterinya, empat orang itupun mengamati dari jauh karena mereka tahu bahwa dua orang muda bangsawan yang harus mereka lindungi berada di antara para penonton di luar pekarangan. Mereka tidak mau mencampuri keributan itu. Akan tetapi ketika dua orang bangsawan itu berlari masuk, merekapun cepat mendekat dan melihat kakak beradik itu terdesak oleh Tay-lek Kwi-ong, tentu saja mereka tidak mungkin dapat tinggal diam lagi. Andai kata kakak beradik itu berada di pihak yang unggul, tentu mereka akan diam saja dan tidak berani mencampuri, akan tetapi Bouw Kongcu dan Bouw Siocia terancam, mereka tidak boleh tinggal diam.
Melihat empat orang laki-laki yang melihat gerakannya amat tangguh itu ikut mengeroyok, Tay-lek Kwi-ong terkejut dan tokoh sesat yang cerdik ini segera menubruk ke arah Mimi. Sejak tadi dia tahu bahwa “pemuda” ini adalah seorang gadis yang menyamar pria, maka dengan cepat dia menubruk, memukul pedang Mimi dengan goloknya sambil mengerahkan tenaga sehingga gadis itu terhuyung dan pedangnya terlepas dan di lain saat, dia sudah menangkapnya dengan tangan kiri, menelikung kedua tangan gadis itu ke belakang dan menempelkan goloknya ke lehernya.
“Semua mundur atau kusembelih gadis ini!” bentaknya dengan nada suara mengancam. Melihat in, Bouw Kongcu terkejut dan berteriak agar empat orang jagoan itu mundur. Tay-lek Kwi-ong lalu memanggul tubuh Mimi yang sudah ditotoknya, dan dengan langkah lebar dia pergi meninggalkan tempat itu.
“Lepaskan adikku!” Bouw Kongcu meloncat dan melakukan pengejaran, diikuti oleh empat orang perwira pengawal.
Tay-lek Kwi-ong yang sudah tiba di luar dusun, berhenti dan tetap menempelkan goloknya di leher gadis yang masih dipanggulnya, “Kalau kalian mengejar, terpaksa akan kubunuh dulu gadis ini!”
“Tay-lek Kwi-ong, sebaiknya kau lepaskan gadis itu. Ia adalah Bouw Siocia, puteri Perdana Menteri Bayan dari kota raja!”
Mendengar ini, Tay-lek Kwi-ong terbelalak. Sama sekali tidak disangkanya bahwa gadis yang menyamar pria, yang kini telah menjadi tawanannya, adalah puteri Menteri Bayan yang terkenal itu! Dia tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa.
“Tay-lek Kwi-ong, ingat. Kalau engkau tidak membebaskan Bouw Siocia, maka kerajaan tentu akan mengirim pasukan besar untuk mengejarmu dan engkau akan menderita hukuman yang paling berat. Lepaskan Bouw Siocia!” kata pengawal kedua.
Raksasa brewok itu tertawa. “Ha-ha-ha, kalau aku membebaskannya, tentu kalian akan menyerangku. Kalian kira aku bodoh?”
“Tidak!” kata Bouw Kongcu. “Kami berjanji tidak akan mengejarmu lagi kalau kau membebaskan adikku.”
“Hemm, siapa dapat mempercayai omongan penjajah? Dengan puteri ini di tanganku, aku akan aman, tak seorangpun berani mengganggu. Kalian pergilah, dan setelah aku yakin benar kalian tidak dapat mengejarku, baru aku akan membebaskan gadis ini.”
Empat orang itu saling pandang dengan Bouw Ku Cin. Pemuda itu tidak melihat jalan lain untuk menyelamatkan adiknya. Kalau mereka menggunakan kekerasan, iblis itu tentu akan membunuh Mimi dan mereka tidak akan mampu berbuat sesuatu untuk mencegahnya.
“Baik, Tay-lek Kwi-ong. Kami akan pergi. Akan tetapi, aku bersumpah. Kalau engkau tidak membebaskan adikku dan kalau engkau mengganggunya, aku akan mengerahkan pasukan untuk mencarimu sampai dapat!” Setelah mengeluarkan ancaman itu, Bouw Ku Cin mengajak empat orang pengawal meninggalkan kakek itu yang segera melanjutkan perjalanan sambil memondong tubuh Mimi.
Setelah melakukan perjalanan lebih dari dua jam, baru dia membebaskan totokan pada tubuh gadis itu dan menurunkannya. “Hayo jalan. Kau ikut aku dan kalau engkau tidak banyak membantah, aku tidak akan mengganggumu!”
“Tapi, bukankah engkau sudah berjanji kepada kakakku untuk membebaskan aku?” bantah Mimi.
“Ha-ha-ha, kalian yang untung dan aku yang rugi kalau kubebaskan engkau. Selama engkau bersamaku, siapa berani menggangguku? Ha-ha-ha, hayo jalan!”
“Tidak! Kau... kau mengingkari janji. Engkau pembohong, penipu!” Dengan berani Mimi lalu menerjang. Akan tetapi, tubuhnya masih terasa kaku karena selama dua jam lebih tidak mampu bergerak, maka dalam beberapa gebrakan saja ia sudah roboh terkena tamparan pada pundaknya.
“Hemm, lebih baik engkau tidak banyal membantah kalau tidak ingin tersiksa!” kata Tay-lek Kwi-ong.