Kisah si Bangau Putih Chapter 31

NIC

"Senjata yang paling ampuh berada didalam diri, bukan di luar diri. Hal ini tentu telah kau ketahui pula, Pangcu. Aku sudah mendengar akan kelihaian pukulan dan tendanganmu, dan bahwa dengan kaki tangan dan tenagamu saja, engkau lebih lihai daripada puluhan orang bersenjata. Kebetulan aku sendiri pun seorang yang paling tidak suka melihat orang mempergunakan senjata dalam perang, membunuhi sesama manusia seperti orang membunuh binatang saja. Bagaimana kalau kita main-main sebentar dengan mengandalkan kaki tangan saja, senjata-senjata pemberian Tuhan sejak kita lahir?"

Hati Siangkoan Lohan tertarik sekali.

Tentu saja dia akan merasa Beruntung sekali kalau ternyata benar bahwa kakek ini memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi tingkatnya darinya, untuk menjadi guru puteranya. Bagaimanapun juga, dia meragukan akan hal ini. Dia mengenal tokoh-tokoh besar di dunia persilatan, dan agaknya hanyalah keturunan para pendekar Pulau Es dan Gurun Pasir saja yang akan mampu menandinginya di antara para pendekar, dan hanya datuk-datuk sesat yang sudah terkenal seperti dari Pat-kwa-pai dan Pek-lian-pai saja yang setingkat dengan kepandaiannya. Akan tetapi orang ini sama sekali tidak terkenal walaupun mengaku berjuluk Manusia Dewa Gunung Selatan (Nam-sanSian-jin)!

"Baiklah Ouwyang Sianseng. Aku mengharapkan petunjuk darimu,"

Katanya sambil menggerakkan kedua lengannya, saling berputaran dengan jari-jari tangan membentuk cakar naga. Kedua lengan itu menggetar dan terdengar suara berkerotok ketika tenaga yang amat kuat mengalir ke dalam kedua tangan itu. Melihat ini, Ouwyang Sianseng tersenyum mengangguk-angguk.

"Memang bukan nama kosong, hebat Ilmu Liong-jiauw-kang (TenagaCakarNaga) itu. Mulailah, Pangcu, aku siap menyambut seranganmu!"

"Awas pukulan!"

Tiba-tiba ketua Tiat-liong-pang itu membentak sebagai isyarat bahwa dia mulai menyerang.

Angin menyambar dahsyat ketika lengan kirinya meluncur dari samping dan mengirim cakaran ke arah telinga kanan lawan sedangkan tangan kanan juga bergerak dalam detik berikutnya menyusul serangan pertama itu dengan cengkeraman kearah perut. Kedua tangan dengan jari-jari tangan yang membentuk cakar naga ini luar biasa kuatnya. Jangankan bagian tubuh manusia, bahkan batu karang pun akan hancur terkena cengkeraman itu! Perlu diketahui bahwa tingkat kepandaian SiangkoanTek yang sudah terkenal dengan sebutan Siangkoan Pangcu (KetuaSiangkoan) atau Siangkoan Lohan ini sudah amat tinggi. Dia memiliki tenaga yang dahsyat, yaitu tenaga Liong-jiauw-kang (Cakar Naga) sedangkan ilmu silatnya yang bernama Tiat-wi Liong-kun (Silat Naga Berekor Besi) amat tangguh pula, disamping ilmu andalannya yang disebut Ban-kin-twi (Tendangan Selaksa Kati).

Disamping ini, juga dia seorang ahli ilmu gulat dari bangsa Mongol, maka, kedua tangan yang membentuk cakar naga itu, selain dapat dipergunakan untuk memukul, menampar dan cengkeraman, juga dapat di ubah menjadi jari-jari tangan seorang jago gulat yang tangkapannya membahayakan lawan! Menghadapi cengkeraman ke arah kepala dan perutnya, Ouwyang Sianseng tidak nampak gugup. Kakinya melangkah kebelakang dan kedua tangannya, dengan jari tengah dan jari telunjuk tegak, menyambut kedua tangan lawan dengan totokan ke arah telapak tangan! Melihat ini Siangkoan Lohan terkejut. Kalau orangitu berani menotok telapak tangannya yang penuh dengan tenaga Liong-jiauw-kang,

Berarti bahwa orang itu tentu memiliki sin-kang yang amat kuat. Dia tidak berani mencoba mengadu tenaganya, karena kalau hal itu terjadi, telapak tangannya menyambut totokan jari tangan lawan, seorang di antara mereka tentu akan dapat terluka parah. Maka dia pun cepat menarik kembali kedua tangannya dan tiba-tiba saja kedua kakinya melakukan tendangan, mula-mula yang kanan lalu disusul yang kiri, kemudian kanan lagi. Tendangan bertubi-tubi itu selain amat cepat, juga tenaganya bahkan lebih dahsyat daripada cengkeraman tadi sehingga debu dan tanah mengebul tinggi seolah-olah kedua batang kaki itu menjadi kitiran yang mendatangkan angin besar menerbangkan debu dan daun kering. Melihat betapa tendangan itu semakin lama semakin kuat, Ouwyang Sianseng yang mengelak ke kanan kiri dan kebelakang itu mengeluarkan suara pujian.

"Ilmu tendangan yang berbahaya!"

Katanya dan kini selain mengelak, kedua tangannya yang dimiringkan juga beberapakali menyambut tendangan dengan tangkisan. Terdengar suara berdebuk-debuk ketika tangan bertemu kaki, dan keduanya terdorong mundur. Kembali Siangkoan Lohan terkejut. Tangan itu mampu menahan tendangannya! Bukan main, kakek ini benar-benar memiliki sinkang yang hebat. Diapun lalu menyerang dengan desakan, mengeluarkan jurus-jurus terampuh dari Ilmu Silat Tiat-wi Liong-kun. Tubuh ketua ini bergerak cepat seperti seekor naga sakti, dengan kedua tangan membentuk cakar dan kedua kakinya menyabet-nyabet seperti seekor naga yang mengamuk.

Namun,Ouwyang Sianseng mengimbangi kecepatannya dengan gerakan-gerakan aneh dan lincah sekali. Kadang-kadang kakek ini berloncatan, atau seperti merak terbang, kedua tangannya digerakkan seperti sayap, kedua kakinya itu berloncatan dan sambil meloncat, kakinya itu menendang, atau tangannya membentuk kerucut atau paruh burung untuk menotok dari atas. Gerakannya mirip seekor merak dan memang ilmu silat yang dimainkan adalah ilmu silat merak yang aneh dan indah, juga lihai sekali. Memang ilmu silat yang aneh dan tidak pernah dikenal oleh Siangkoan Lohan, dan ilmu silat dari selatan ini disebut Kong-ciak Sin-kun(Ilmu Silat Merak). Karena sampai puluhan jurus dia tidak mampu mendesak lawan,

Bahkan kadang-kadang gerakannya menjadi kacau oleh keanehan gerakan lawan. Siangkoan Lohan menjadi semakin penasaran. Dia menggereng keras dan tiba-tiba cengkeraman tangan kanannya berhasil me-nangkap pergelangan tangan kiri lawan. Selagi dia hendak menggunakan ilmu gulat untuk membanting, tiba-tiba saja kakek itu mendekat, memutar tubuh dan siku lengan dari tangan yang tertangkap itu sudah menyerang ke arah dada Siangkoan Lohan. Cepat dan hebat serangan ini, sehingga terpaksa pegangannya dilepaskan dan pada saat itu, kedua tangan lawan dengan jari tangannya yang lihai telah menghujankan totokan kearah jalan darah di bagian tubuh depan sebanyak tujuh kali! Tentu saja dia terkejut dan menjadi repot untuk mengelakdan menangkis, dan terpaksa harus meloncat ke belakang karena dia merasa terdesak.

Rasa penasaran membuat ketua Tiat-liong-pang ini mengerahkan sin-kang dan mengirim serangan dari jauh dengan mendorong kedua tangan dengan telapak tangan terbuka ke arah lawan. Melihat ini, Ouwyang Sianseng tersenyum dan diapun menyambut dengan dorongan kedua telapak tangannya. Dua tenaga dahsyat yang tidak nampak bertemu di udara dan akibatnya, tubuh Siangkoan Lohan terdorong ke belakang sampai terhuyung. Tahulah Siangkoan Lohan bahwa lawannya itu benar-benar lebih tangguh darinya, kalau lawan itu menghendaki,dia tentu sudah roboh dan kalah! Hal ini di samping menimbulkan keheranan dan kekaguman, juga dia merasa girang bukan main dan mulailah dia percaya akan omongan orang ini bahwa puteranya berbakat untukmenjadi kaisar! Dia pun menghenti-kan gerakannya dan menjura dengan sikap hormat.

"Nam-san Sian-jin, sungguh baru sekarang saya harus mengakui keunggulan seorang yang ternyata lebih pandai daripada saya. Saya persilakan Sian-jin untuk menjadi tamu kami agar perkenalan kita menjadi lebih akrab dan saya ingin minta petunjuk tentang putera kami kepada Seng-jin."

Kakek itu mengangguk-angguk.

"Baiklah, Pangcu, danterima kasih atas kepercayaanmu."

Sementara itu, Siangkoan Liong yang mendengar akan pengakuan ayahnya bahwa kakekitu lebih lihai dari ayahnya, menjadi bengong, kemudian anak yang cerdik ini lalu menjatuhkan diri berlutut di depan Ouwyang Sianseng atau Namsan Sian-jin.

"Locianpwe berjanji akan mengambil teecu (murid) sebagai murid, oleh karena itu mulai sekarang, Locianpwe (Orang Tua Gagah) adalah Suhu (Guru) bagi teecu."

Dan dia pun memberi hormat sebanyak delapan kali sambil menyebut "suhu". Kakek itu tersenyum gembira, lalu membangunkan anak itu, meraba-raba pundak, lengan dan kakinya sambil mengangguk-angguk.

"Sudah kuduga, bertulang baik sekali. Pantas menjadi muridku, pantas menjadi calon kaisar!"

Mendengar ini, hati Siangkoan Lohanmenjadi gembira bukan main dan dia pun lalu mengajak tamunya masuk ke dalam, dan mengadakan pesta untuk menyambut dan menghormati tamunya. Dalam kesempatan ini Siangkoan Lohan lebih banyak mengenal tamunya dan kakek itupun dengan singkat menceritakan siapa dia sebenarnya. Nam-san Sian-jin adalah seorang bekas pembesar tinggi di negara Birma! Dia seorang bangsa Han yang memiliki ilmu kepandaian tinggi dan sejak muda dia suka merantau untukmemperdalam ilmunya. Perantauannya membawanya ke Birma dan di sana dia, berkat kelihaiannya, memperoleh kepercayaan dari raja, diberi kedudukan dan karena jasa-jasanya, dia bahkan kemudian diangkat menjadi penasehat raja. Dialah yang berjasa besar dalam menghadapi penyerbuan balatentara Mancu yang berkali-kali menyerbu ke selatan,

Namun tidak pernah dapat menguasai Birma. Berkat pertahanan Birma yang kokoh kuat, dibawah pimpinan Nam-san Sian-jin! Dia setia kepada Birma, apalagi karena oleh raja, dia dihadiahi seorang puteri istana untuk menjadi isterinya. Juga dia menentang keras pasukan Mancu karena dia tahu bahwa bangsa Mancu adalah bangsa yang menjajah Cina, dari mana berasal. Akan tetapi, terjadi malapetaka menimpa keluarganya ketika berkobar perang melawan balatentara Mancu. Dalam suatu penyerbuan, ada pasukan yang berhasil menerjang kota dan menyerbu gedungnya, dan isteri bersama tiga orang anaknya tewas dibantai mereka! Wajah yang tadinya halus lembut dan gembira itu berubah menjadi pucat dan matanya memancarkan sinar berapi ketika dia bercerita sampai di bagian itu. Dia mengepal tinju.

"Mereka telah membasmi anak isteriku, keparat Mancu! Aku lalu mengamuk, membunuh sebanyak mungkin orang-orang yang telah menyerbu rumah kami, dan akhirnya aku terpaksa lari dari Birma...."

Siangkoan Lohan mendengarkan dengan penuh perhatian dan dia pun ikut merasa prihatin.

"Tapi.... mengapa engkau harus lari dari sana, Sian-jin?"

Tanyanya hati-hati melihat orang itu seperti marah-marah.

"Aku dikatakan gila! Yang mengatakan adalah seorang menteri. Kubunuh dia dan setelah melakukan pembunuhan terhadap seorang menteri, aku menjadi buronan dan terpaksa melarikan diri dari Birma. Pula, aku sudah tidak mempunyai sanak keluarga di sana, untuk apa lebih lama tinggal di sana? Aku membawa simpanan hartaku dan melarikan diri, kini tinggal di bukit selatan menjadi pertapa. Orang-orang di sekitar daerah itu menyebut aku Nam-san Sian-jin."

Siangkoan Lohan merasa kagum sekali mendengar riwayat hidup kakek yang memiliki ilmu kepandaian amat tinggi itu. Tentu saja Nam-san Sian-jin tidak menceritakan apa yang menjadi cita-citanya. Dia mendendam kepada Kerajaan Mancu yang dianggap telah membasmi keluarganya dan merusak kebahagiaan hidupnya. Oleh karena itu, dia bersumpah untukmembalas dendam, untuk menghancurkan Kerajaan Mancu yang menjadi cita-cita terakhir dari hidupnya. Inilah sebabnya, ketika melihat Siangkoan Lohan dan puteranya, dia tertarik sekali.

Posting Komentar