Golok Sakti Chapter 85

NIC

HO Tiong Jong mengelah napas, Sambil lepaskan cekalannya pada tangan si nona, Ho Tiong Jong berkata.

"Pergilah kau jauh-jauh dahulu enci- sebentar aku meninggalkan tempat ini untuk pergi ke Seng-kee-po bikin huru-hara disana."

Ie Ya terkejut tercampur girang, ia terkejut karena sipemuda hendak membuat huru bara di Seng-keepo, satu perbuatan yang berbahaya sekali, sebab disana banyak orang-orang yang berilmu silat tinggi sedang Ho Tiong Jong hanya sendirian.

Ia girang, karena pikirnya, tidaklah sia-sia iapun sudah payah datang kesitu mengisiki pada sipemuda, sebab Ho Tiong Jong kelihatan ada memperhatikan ia punya keselamatan.

"Ya, Tiong Jong," kata Ie Ya dengan suara halus "aku tidak berani pastikan adik Giok sekarang apa masih hidup apa sudah mati, kau kesana jangan datang- datang bikin onar saja, selidiki dulu tentang dirinya Giok Cin, kau jangan sembarangan mencari urusan dengan anak buahnya Seng Eng. Kalau adik Giok masih hidup sebaiknya kau serahkan saja itu benda yang kau ambiL..."

"Kau keliru, enci Ie," memotong sipemuda dengan roman muka kurang senang, "Aku sama sekali tidak pernah mengambil benda itu. Aku menotok urat tidurnya adik Giok dalam rumah penginapan karena aku tidak mau dia mengikuti aku...."

"Kenapa tidak mau diikuti Giok Cin?" menyelak Ie Ya dengan heran.

"Aku tidak mau dia bersusah hati menyaksikan aku menemukan kematiannya."

Ho Tiong Jong selanjutnya lantas menuturkan dengan ringkas, halnya ia jalan sama-sama dengan Seng Giok Cin untuk mencari pemunah racun dalam dirinya, akan tetapi ternyata gagal Karena kuatir si nona nanti terus-terusan mengikuti padanya dan akan bersusah hati menyaksikan saat ajalnya sampai, maka ia telah menotok urat tidur sinona. Kemudian ia pergi meninggalkannya. Halnya benda yang dimaksudkan itu betul betul ia tidak tahu sama sekali-

Ie Ya angguk-anggukan kepalanya "Ya, sebenarnya mengherankan sekali, karena Seng pocu tetap menuduh kau yang mengambilnya benda pusaka itu."

Ho Tiong Jong kertek gigi. Hatinya sangat gemas pada orang tua itu, karena dirinya yang tidak dosa salah dituduh mencuri benda pusaka.

"Nah baiklah, Biar aku nanti kesana untuk memberikan keterangan agar mereka jelas bahwa aku bukan pencurinya benda pusaka itu. Kalau aku tidak datang sendiri kesana, siapa yang dapat menerangkannya bukan?"

"Tiong Jong, kau tak dapat kesana."

"Kenapa begitu?"

"Sebab kau mengambil benda itu. keteranganmu itu hanya aku sendiri yang percaya penuh, sedang mereka itu orang-orang tua kejam, mana mau mengerti dengan keteranganmu. Kau datang kesana, sama saja ular mencari penggebuk. Mana mereka mau melepaskannya lagi? jangan kau jangan kesana."

"Putusan sudah tetap enci Ie, biarkan aku harus menerjang goa harimau dan gunung golok, aku sedikitpun tidak merasa gentar?"jawab Ho Tiong Jong dengan ketawa getir. Ie Ya menjadi kewalahan.

Akhirnya mereka berdua balik dahulu ke rumahnya Co Kang Cay untuk memesan pada si orang tua, supaya ia menjaga diri baik-baik. jangan sembarangan keluar, paling baik berdiam saja sembunyi didalam kamar rahasia, sebab kini orang-orangnya Seng Eng tersebar luas untuk mencari jejaknya.

Kemudian muda-mudi itu telah berangkat kearah utara.

Ie Ya tahu bahwa orang-orang dari Perserikatan Benteng Perkampungan sudah bersatu hati untuk mencari Ho Tiong Jong yang disangkanya telah mencuri benda pusaka itu.

Pikirnya keadaannya Ho Tiong Jong sangat berbahaya, meskipun ia berani dan berilmu silat tinggi, mana dapat melawan banyak orang yang juga bukan orang-orang berkepandaian rendah.

Ia mencari akal bagaimana baiknya untuk meringankan bahaya yang mengancam atas dirinya Ho Tiong Jong, pemuda yang menjadi impian itu?

Ia sendiri telah terikat dengan sumpah Ketika Ie Ya masuk dalam komplotannya Khee Po-cu (Khee Ciang), telah mengangkat sumpah bahwa ia akan bersetia terhadap golongannya, tidak akan menyeleweng yang berakibat untuk kerugian golongannya itu.

Oleh sebab itu, Ie Ya tak dapat menyertai Ho Tiong Jong menyatroni Seng-keepo. Kesulitannya ini dijelaskan kepada Ho Tiong Jong, dan anak muda itu telah mengasih nasehat, memang sebaiknya Ie Ya jangan ikut campur urusannya, karena nanti akan menempuh bahaya untuk membikin bersih namanya Seng Giok Cin yang dituduh bersekongkol dengannya sudah memberikan itu benda pusaka kepadanya. Demikianlah, setelah melewati kota Yang-cie mereka lalu berpisahan.

Ho Tiong Jong sangat risau hatinya, cepat-cepat ingin menemui Seng Giok Cin, gadis cantik jelita yang menjadi buah hatinya.

"Apa adik Giok masih hidup? Entahlah. Mungkin dia sudah mati karena kekejaman ayahnya yang bersifat binatang itu. Hmmm.." ia menggeram sendirian, tangannya dikepalkan erat-erat dan giginya kedengaran bercatrukan saking menahan amarahnya. Dalam perjalanan ini, Ho Tiong Jong sangat berhati-hati- Ia tidak berani sembarangan menyikat makanan dan minum arak. Ia gunakan jarum perak untuk mengetahui apakah makanan dan arak itu tidak ada racunnya. Kalau misalnya ada mengandung racun, jarum perak itu berubah

hitam, Benda ini ia dapat dari Tok kay, semasa ia galang-gulung dengan Si pengemis berbisa itu.

Mampir di rumah penginapanpun ia tidak tidur nyenyak, kuatir kena dibokong oleh orang-orangnya Seng Eng. Terutama ia menjaga betul- betul terhadap kemungkinan diserang dengan obat pulas, ia mengaso hanya sebentaran didalam rumah penginapan sebab begitu letihnya hilangan, sudah lantas meneruskan perjalanannya meskipun diwaktu malam. la lakukan perjalanan dengan berkuda, Suatu malam ia meninggalkan rumah penginapan, setelah menempuh perjalanan tujuh puluh lie kira-kira, saat itu sudah jam tiga malam. Keadaan sangat dingin, diwaktu terang tanah pikirnya ia sudah akan sampai di rumahnya Seng Eng.

Selagi ia enak jalankan kudanya, tiba-tiba ia melihat sebuah kuil, ia berpikir, kini sudah dekat dengan tempat tujuannya, sebaiknya ia mampir mengaso dahulu dalam kuil ini, jejaknya sudah tentu telah diketahui oleh anak buahnya Seng Eng dan mereka tentu dengan menggunakan burung dara sudah memberi kabar kepada ketuanya. ia ingin membuat anak buahnya Seng Eng terkejut melihat ia ada masuk kedalam kuil. Ketika ia sampai dipekarangan belakang kuil lantas turun dari kudanya.

Pikirnya ia mengasoh dibelakang kelenteng saja, supaya jangan bikin repot pada kawan dari penghuninya. Tidak tahunya setelah ia meninggalkan kudanya yang terus mencari rumput,jalan belum berapa lama ia melihat ada seorang hweshio yang sedang berlutut di bawah sebuah pohon yang rindang. Cepat ia menghampiri. ia lihat orang sedang bersujud, tak berani datang mengganggu hanya diam saja berdiri disitu, Menunggu sampai si hweshio habisan bersujudnya. Tapi ia tidak menunggu lama, karena si hweshio sudah berlututnya dan ketika melihat dirinya lantas menanya.

"Ow, sicu malam-malam berkuda datang ke sini tentu kesasar jalan, bukan? Mari, mari masuk kedalam...."

"Terima kasih suhu, Kedataaganku ini hanya membuat repot suhu saja."

"Oo, tidak, tidak.... mari masuk, Tahu sendirilah, kami disini tidak berpenghasilan apa-apa, mengandal orang punya dermaan dan orang orang yang datang kesini membantu sedikit untuk membeli minyak dan hio. Aku bernama Kong Ci, kedatangan sicu membuat hatiku girang. Dan nama sicu, siapa ?"

Ho Tiong Jong senang terhadap hweshio yang ramah tamah ini. "Aku she Ho bernama Tiong Jong, "jawabnya.

"Bagus... Ho sicu jalanlah duluan." Ho Tiong Jong menurut, diikuti dari belakangan oleh Kong Ci-

"Nah, ini harus waspada, Apa maunya dia mengikuti dibelakang, bukannya jalan di depan?" Demikian pikirnya Ho Tiong Jong. Tengah ia menduga-duga, tiba tiba mendengar si hwesio berteriak.

"Sicu, awas itu ada ular berbisa."

Betul saja ada ular tidak jauh dari padanya sedang legat-legot datang menghampiri. Belum Ho Tiong Jong bergerak, ular itu sudah nyamber dan menggigit pahanya si anak muda.

Tapi heran, Ho Tiong Jong bukan saja tidak terluka, malah si ular jahat tadi terpental dari tubuhnya.

Kenapa? inilah tidak herani selainnya daging Ho Tiong Jong kuat seperti baja, juga kebanyakan kena racun tempo hari, hingga si ular bukan saja tak dapat menggigit dagingnya ia sendiri kaget bukan main hingga terpental sendirinya.

Racun ketemu racun, tak dapat berbuat suatu apa, seperti yang ketakutan, ular tadi cepat-cepat telah mabur kedalam pepohonan.

Ular itu sangat berbisa, semacam ular belang. Orang yang kena gigitnya bisa terus pingsan seketika itu juga dalam

tempo tujuh hari tak sadarkan diri. Kalau setelah siuman, tiga hari lagi si korban menderita dari reakei racunnya terus mati tidak ada obatnya lagi.

Ho Tiong Jong sendiri tidak takut ular tadi akan tetapi Kong Ci kelihatan merasa jerih. Apa mau ular tadi seperti yang penasaran telah muncul lagi dan kini coba menyambar pada Kong Ci hingga si hweshio menjerit kaget.

Posting Komentar