"Gigit apanya?"
". . . . pipinya, .."
"Gila kau...." Ie Ya melotot matanya, tapi mulutnya yang mungil menyungging senyuman-Diam-diam hatinya nona le merasa bahagia dengan banyolan si pemuda. Dilain pihak Ho Tiong Jong tertawa ngakak enak sekali.
"Aduh. . . " tiba tiba ia menjerit, sambil usap-usap tangannya "Kok encie Ie nyubit?"
"Enak, ya? ini baru cubitan sementara."
"Kalau cubitan aseli."
"Mulutmu akan Kucubit kalau kau berani lagi kau omong ngaco."
"sakit nanti encie Ie?"
"Aku tidak perduli..."
"Aduh .. .. kejamnya . . . ."
"Nih, Kejam, .. . " Ie Ya ulur tangannya hendak mencubit lagi.
Ho Tiong Jong berkelit sambil ketawa ngakak. Ie Ya juga teturutan ketawa, mereka kini adalah baik lagi dan bercakap-cakap dengan gembira dalam perjalanannya.
Bagaimana bahagia hatinya Ie Ya berjalan berendeng dan bercakap-cakap dengan pemuda pujaan-nya itulah dapat kita bayangkan sendiri.
Tiba tiba Ie Ya seperti ingat sesuatu, "Eh Tiong Jong, mari kita berhenti sebentar duduk meneduh diatas batu itu dibawahnya pohon, aku hendak cerita yang penting padamu. Mari, mari..." sinona seraya tuntun tangannya si pemuda.
Ho Tiong Jong menurut saja dituntun oleh sicantik, sebentar lagi mereka sudah pada duduk diatas batu dibawahnya pohon yang rindang.
"Ada kabar apa enci ie?" tanya si pemuda.
"Dari halnya adik Giok"
"Dia kenapa, enci le ?"
"Tiong Jong, aku mau tanya padamu, apa benar benar kau tidak berbuat yang menyusahkan adik Giok."
Ho Tiong Jong geleng gelengkan kepala, "Adik Giok sangat baik, aku merasa hutang budi kepadanya, bagaimana aku dapat berbuat yang memuaskan dirinya."
"Ya, adik Giok telah mengalamkan kesulitan dari ayahnya sendiri. Ketika aku meninggalkan tempatnya adik Giok masih belum apa-apa, entah sekarang bagaimana nasibnya? Ayahnya sangat kejam, dalam murkanya bukan mustahil ia bisa membunuh mati anaknya yang sangat dimanjanya itu."
Ho Tiong Jong kaget bukan main, "Enci ie, dari sebab apa Seng Eng sampai begitu marah." tanyanya.
" Dalam kamar hartanya dia kehilangan satu benda wasiat, entah benda apa itu, Menurut pendapatan Seng Eng, hanya adik Giok Cin yang dapat keluar masuk dalam kamar harta itu, orang lain tak mungkin- oleh karenanya adik Giok yang dituduh sudah menyunglap benda wasiat itu."
"Habis, apa katanya adik Giok?" tanya sipemuda sangat gelisah,
"Adik Giok tidak mengaku bahwa ia pernah membawa-bawa benda wasiat itu, Katanya benar ia pernah jalan sama-sama dengan kau dan ditotok urat tidurnya olehmu dalam rumah penginapan, tapi dalam badannya tidak membawa benda wasiat yang dimaksudkan itu."
"ow, lantaran kehilangan benda itu saja Seng Eng sampai hati membunuh anaknya sendiri." kata Ho Tiong Jong sambil kertak gigi.
Ie Ya melihat kegelisahan Ho Tiong Jong, rasa cemburunya hidup lagi. Sambil tertawa dingin berkata.
"Tiong Jong, kau jangan sampai begini gelisah akan nasibnya adik Giok, mungkin dia sekarang sudah mati ditangannya sang ayah."
Ho Tiong Jong beringas mendengar perkataan "mati". Matanya melotot pada ie Ya hingga si nona tergetar hatinya, karena merasa seram, ia belum pernah melihat sebelumnya Ho Tiong Jong unjuk sikap yang demikian beringasan. Tiba-tiba saja tubuh si pemuda melesat dan lari meninggaikan si nona. Ie Ya kelabakan, ia berteriak teriak sambit menyusul dengan naik kuda.
"Hei, kau hendak ke mana, Tiong Jong?"
"Aku hendak pergi membelah batok kepalanya Seng Eng, itu ayah berhati binatang seorang ayah yang demikian kejam terhadap anaknya, untuk apa dikasih tinggal enak-enakan hidup didunia?" Ho Tiong Jong menjawab sambil terus lari pesat.
"Kau berhenti dahulu, aku akan kasih tahu kabar penting" teriak Ie Ya.
Ho Tiong Jong menurut dan telah hentikan larinya, menunggu sampai kuda putihnya si nona datang dekal, Begitu sampai Ie Ya lantas turun dan memburu pada Ho Tiong Jong. sambil menyekal kedua tangannya.
"Ho Tiong Jong, tindakanmu sebagai seorang gagah aku sangat bangga, Tapi, kau harus waspada. Menurut keterangan, Seng Eng dengan mengepalai anak buahnya sedang mendatangi kesini hendak mencari kau."
"Terima kasih, encie Ie." jawab si pemuda, sambil memegangi erat-erat kedua tangan yang putih halus dari si cantik.
"Kau tak perlu mengucapkan terima kasih kepada diriku yang tidak berharga." jawab Ie Ya dengan suara tergetar " Dengan menyampaikan hal ini kepadamu sebenarnya aku sudah berarti berkhianat kepada Perserikatan, tapi tak apa, itu aku tanggung sendiri..." Ie Ya berkata dengan kedua matanya mengembeng air.
Hatinya Ho Tiong Jong pilu, ia merasa sangat berterima kasih kepada nona ie, yang sangat ditakuti orang, sebab iblis cantik telengas tapi terhadap dirinya ada sangat menyayang. Ho Tiong Jong paham akan pengorbanannya Ie Ya itu disebabkan cintanya yang besar kepada dirinya.
Ie Ya ada satu nona cantik, tubuhnya langsing dan menggiurkan tidak heran kalau banyak yang tekuk lutut padanya. Lain dari itu, kedudukannya sebagai kepala dari golongan wanita iblis ada sangat tinggi. Tapi herannya, begitu banyak pemuda yang tertarik hatinya dan bersedia mengorbankan segala apa asal cintanya disambut oleh Ie Ya, si nona ternyata tidak menghiraukan itu semua, seolah-olah dianggap sepi saja.
Hanya terhadap dirinya kelihatan ada lain, Si cantik telah jatuh cinta benar kepadanya, buktinya dari tempat yang jauh ia datang khusus mencari dirinya untuk mengabarkan bahaya yang mengancam padanya.
Ia ada seorang gelandangan, apakah pantas mendapat cintanya satu nona yang demikian cantik menarik seperti Li-losat Ie Ya? Tapi kenyataannya memang ada begitu.
Diam-diam ia merasa heran, kenapa dirinya ada demikian beruntung dicintai oleh banyak wanita cantik? Entahlah, siapa diantaranya yang nanti akan menjadi pasangannya seumur hidup?
Melihat kecintaannya Ie Ya yang demikian besar, Ho Tiong Jong berduka dalam hatinya, karena ia tak dapat menyambut dengan semestinya. Hatinya sudah ditempati oleh dua jelita
terlebih dahulu. Dengan menghela napas ia berkata pada si nona.
"Encie Ie, kau tidak boleh berkata demikian merendah. Aku Ho Tiong Jong, sebegitu jauh masih bernapas tidak akan melupakan budimu yang besar. Nah coba terangkan, Seng Eng itu dengan anak buahnya berjalan kejurusan mana untuk mengetahui tempatku? Harap enci Ie menjelaskan?"
Ie Ya sebenarnya tadi keterlepasan membuka rahasia, hatinya agak menyesal, sukur, Ho Tiong Jong tidak menanyakan hal-hal yang lebih penting. Kepalanya yang tadi terus ditundukkan, tampak sekarang didongakan dan memandang sipemuda dengan sorot mata mesra. Hatinya Ho Tiong Jong tergetar ia tidak berani mengadu pandangan mata dengan sijelita, karena takut akan menimbulkan urusan cinta lagi yang runyam, maka ia sudah angkat kepalanya mengawasi awan diangkasa.
"Tiong Jong, begitu kau muncul dikota, lantas anak buahnya Seng Eng yang sangat banyak sudah mendapat tahu jejakmu dan mengabarkan pada kepalanya..."
Ie Ya berkata sambil terus memandang pemuda lamunannya yang berdiri didepannya, yang masih tetap memegangi kedua tangannya, ia kelihatannya segan untuk menarik tangannya yang dicekal erat-erat oleh sipemuda.
Kedua saling pegang dengan yang satu tidak mau menariknya terlebih dahulu. Dua pasang mata kebentrok ketika si cantik sambil mendengarkan keterangan tadi-Dua- dua tergetar hatinya.