Girang sekali hati Bi-kwi. Keputusan yang diambil tiga orang gurunya itu mendatangkan banyak keuntungan dan kesenangan baginya.
Pertama, tentu saja ia girang kalau sampai dapat menerima ilmu baru yang tentu hebat sekali kalau diciptakan oleh penggabungan tiga orang sakti itu. Ke dua, hatinya lega karena tentu ia akan terbebas untuk waktu lama dari mereka bertiga, tidak perlu melayani mereka yang sedang bertapa. Kini ia mulai merasa bosan dan muak kalau harus melayani tiga orang gurunya yang sudah tua dan sama sekali tidak menarik hati lagi itu. Ia dapat menghibur diri dengan mencari pria-pria-muda yang tampan di dusun-dusun sekitar pegunungan itu! Dan ke tiga, di luar pengawasan tiga orang suhunya, ia makin bebas untuk menyelewengkan pelajaran ilmu-ilmu silat kepada sumoinya yang diam-diam dibencinya karena dianggap sebagai saingan itu. Akan tetapi, hatinya yang penuh kepalsuan itu membuat ia berpura-pura ketika ia menjatuhkan diri berlutut di depan tiga orang gurunya.
"Budi suhu bertiga sudah bertumpuk-tumpuk terhadap diriku dan kini suhu akan bersusah payah pula menciptakan ilmu baru untukku. Sampai matipun budi ini tidak akan kulupakan dan aku berjanji akan menanti sampai suhu bertiga berhasil, walaupun aku akan hidup kesepian dan berjanji kelak akan mempelajari ilmu baru itu dengan sempurna."
"Hemm, tak perlu kesepian karena ada sumoimu, Bi-kwi,"
Kata Hek Kwi-ong.
"Aku akan mengerahkan semua tenaga untuk melatih sumoi dengan baik, suhu,"
Jawab Bi-kwi. Demikianlah, sejak pulangnya Bi-kwi yang menderita kekalahan dari Sim Houw si Pendekar Suling Naga, Sam Kwi lalu mengundurkan diri ke dalam sebuah ruangan tertutup di mana mereka tekun bertapa dan mengerahkan semua kepandaian untuk menggabungkan pikiran mereka untuk menciptakan sebuah ilmu yang baru dan ampuh.
Mereka tidak pernah keluar, dan setiap hari Bi-kwi sendiri yang memasukkan makanan dan minuman untuk mereka dari sebuah lubang di pintu. Ada kalanya ia menyuruh sumoinya, Can Bi Lan untuk menyuguhkan makanan dan minuman itu. Bi Lan adalah seorang anak perempuan yang sama sekali belum memiliki pengalaman tentang ilmu silat. Akan tetapi semenjak ia mengalami peristiwa yang amat mengguncang batinnya, melihat betapa ayah dan ibunya tewas disiksa gerombolan, kemudian melihat pula dirinya terancam bahaya yang mengerikan, lalu betapa Sam Kwi membunuhi semua anggauta gerombolan dan menyiksanya dengan sadis, terjadi perobahan pada batinnya. Ia merasa seperti seorang yang bangkit kembali dari kematian, dan hal ini membuat ia memiliki keberanian yang luar biasa.
Dan melihat betapa banyak-nya orang jahat di dunia, betapa hidup ini penuh dengan ancaman bahaya maut dan bahaya penghinaan, iapun bertekad untuk mempelajari ilmu silat dari tiga orang gurunya. Biarpun diam-diam ia merasa tidak suka dan takut kepada sucinya, akan tetapi karena tiga orang gurunya menyerahkan ia untuk dilatih oleh sucinya, Bi Lan juga menerima keputusan ini tanpa banyak membantah. Bahkan ia menurut secara membuta segala latihan yang diberikan Bi-kwi kepadanya. Ia tidak memperdulikan kedua telapak tangannya sampai rusak-rusak karena sucinya menyuruh ia berlatih mengeraskan tangan dengan setiap pagi dan petang menggunakan kedua telapak tangan untuk memukuli pasir panas yang dicampur bubuk besi. Mula-mula memang telapak tangannya luka-luka dan melepuh,
Akan tetapi anak ini memiliki tekad yang besar sehingga akhirnya ia dapat mengatasi semua kesulitan. Ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Bi-kwi, oleh si Iblis Cantik ini memang sengaja diselewengkan sehingga jurus-jurus yang diajarkan itu tidak sempurna lagi, bahkan dikacau dengan gerakan-gerakan lain sehingga ilmu silat yang dipelajari oleh Bi Lan tidak lagi murni! Bukan hanya ilmu silat, bahkan ketika anak itu mulai diberi pelajaran samadhi dan melatih tenaga dalam, latihan inipun diselewengkan oleh Bi-kwi. Akibatnya, Bi Lan dapar meng-himpun tenaga yang sesat dan lebih celaka lagi, latihan-latihan ini membuat batinnya terguncang dan pikirannya menjadi kacau! Bertahun-tahun, sewaktu tiga orang kakek itu bertapa dan menggabungkan diri untuk bersama-sama menciptakan ilmu baru, Bi Lan mempelajari ilmu-ilmu yang disesatkan oleh Bi-kwi.
Banyak sudah ilmu silat yang dipelajarinya, akan tetapi tidak satupun yang murni! Akan tetapi, anehnya, anak yang kini mulai tumbuh menjadi seorang gadis itu, melalui latihan-latihan yang keliru, berhasil menghimpun tenaga yang aneh pula, yang kadang-kadang timbul dengan hebatnya akan tetapi tiba-tiba pula lenyap membuat ia sama sekali tidak bertenaga. Dan juga ilmu silatnya aneh, hanya menurutkan naluri dan perasaan saja, karena semua ilmu silat yang dipelajarinya itu tidak lengkap dan diselingi gerakan-gerakan ngawur yang membuat jurus-jurusnya kadang-kadang malah membahayakan diri sendiri. Akibatnya, Bi Lan menjadi seorang gadis yang ilmu silatnya aneh, tenaga dalamnya juga aneh. Yang mengesalkan hati Bi-kwi adalah ketekunan gadis itu, yang menuruti segala perintahnya sehingga tidak ada alasan baginya untuk memarahinya,
Dan yang lebih menjengkelkan dan mengkhawatirkan hatinya lagi adalah melihat betapa Bi Lan kini tumbuh menjadi seorang gadis yang amat cantik manis! Ia sengaja memberi pakaian-pakaian tua kepada gadis itu, pakaian-pakaiannya sendiri yang sudah tua, dan sengaja dipotoog sedemikian rupa sehingga pakaian itu menjadi aneh, lapuk dan bahkan ada yang tambal-tambalan. Akan tetapi celakanya bagi Bi-kwi, pakaian buruk apapun yang melekat pada tubuh Bi Lan menjadi pantas dan indah! Hal ini adalah karena Bi Lan tumbuh menjadi seorang gadis dewasa, atau remaja, dan tubuhnya mulai mekar indah sehingga tentu saja segala macam pakaian menjadi pantas dan menarik. Apa lagi, gadis ini sejak kecil memang suka sekali akan kebersihan, seringkali membersihkan tubuhnya dan mencuci rambutnya sehingga biarpun pakaiannya buruk nampak bersih dan segar selalu.
Kedua pipinya yang tidak pernah mengenal bedak, karena dilarang oleh Bi-kwi, nampak segar kemerahan seperti kulit buah apel, sepasang matanya lebar dan jeli, rambutnya hitam panjang dan gemuk. Terutama sekali sepasang lesung pipit di kanan kiri mulutnya membuat gadis itu bertambah manis kalau tersenyum. Sayang, guncangan batin dan pikirannya akibat latihan-latihan yang sesat itu membuat Bi Lan juga memiliki kebiasaan aneh. Kadang-kadang tersenyum-senyum seorang diri, kadang-kadang menangis. Pendeknya, gadis ini menunjukkan gejala bahwa otaknya agak miring! Semua kejengkelan hati Bi-kwi karena melihat betapa sumoinya menjadi semakin cantik dan mengalahkan dirinya, terhibur juga oleh kenyataan bahwa sumoinya seperti orang gila itu. Dan sesungguhnya gejala-gejala kegilaan inilah yang menyelamatkan nyawa Bi Lan.
Andaikata ia tidak demikian, tentu kebencian Bi-kwi akan menjadi-jadi karena iri akan kecantikannya dan bukan tidak mungkin iblis betina itu akan membunuhnya! Sambil menanti tiga orang gurunya yang masih juga belum keluar dari tempat pertapaannya, Bi-kwi setiap hari berlatih silat memperdalam ilmu-ilmunya. Ia tidak memperdulikan kepada Bi Lan yang dianggapnya seorang gadis yang miring otaknya. Ia sama sekali tidak tahu bahwa di samping kelainan pada pikirannya yang terguncang itu, juga terjadi perobahan aneh, yaitu otak Bi Lan mampu menangkap dan mencatat segalanya dengan kuat sekali. Ia tidak tahu bahwa setiap kali ia berlatih silat, Bi Lan nonton dan gadis ini mampu mengingat semua jurus itu dan kalau sedang seorang diri, Bi Lan melatih diri dengan gerakan-gerakan yang dilihatnya pada sucinya ketika berlatih.
Dengan demikian, hampir semua gerakan ilmu silat yang dimainkan Bi-kwi diam-diam dikuasai oleh Bi Lan! Pada suatu hari, Bi-kwi baru pulang setelah pagi hari dan wajahnya muram, alisnya berkerut dan hatinya penuh diliputi kejengkelan dan kemarahan. Semalam ia bertemu dengan seorang pria muda jauh di selatan. Hatinya tertarik dan dengan berbagai usaha ia membujuk pria itu setelah pria itu diculiknya dan dibawa ke tempat sunyi, agar pria itu mau menyambut hasrat hatinya. Akan tetapi, pria itu bahkan memaki-makinya, menolaknya dan menyebutnya perempuan hina tak tahu malu. Karena bujukan kasar dan halus ditolak oleh pria itu, setelah semalam suntuk ia gagal membujuk, akhirnya ia membunuh pria itu dan pulang dengan hati kesal karena kekecewaan. Tidak ada orang lain kecuali Bi Lan seorang yang dapat dijadikan tempat pelontaran kemarahan hatinya.
"Siauw-kwi....!"
Ia memanggil. Bi Lan datang berlari-lari dengan muka dan kepala masih basah. Ia tengah berada di sumber air dan mandi ketika sucinya memanggil. Tergesa-gesa ia mengenakan pakaian dan dengan muka dan ram-but masih basah iapun datang menghampiri sucinya. Melihat betapa wajah sumoinya itu berseri-seri, dengan senyum yang manis dihias sepasang lesung pipit itu, melihat sepasang pipi kemerahan dan segar sekali, hati Bi-kwi menjadi semakin panas!
"Siauw-kwi, sudah lama kita tidak berlatih si-lat. Hayo, siapkan dirimu untuk berlatih silat denganku!"
Sepasang mata itu terbelalak, nampak ketakutan.
"Aihh, suci yang baik. Jangan pukul aku lagi. Apapun perintahmu akan kutaati, akan tetapi jangan memukuli aku dalam latihan. Aku sudah kapok!"
Bi Lan memang merasa tersiksa sekali kalau diajak berlatih karena namanya saja berlatih, akan tetapi pada hakekatnya ia menjadi bulan-bulan pukulan dan tendangan sucinya sampai tubuhnya babak belur dan matang biru, sakit-sakit semua kalau sudah selesai berlatih.
"Ihhh....? Kau berani membantah? Hayo cepat bersiap!"
Bentak Bi-kwi. Sebelum Bi Lan menjawab, ia sudah menerjang maju dengan tamparan ke arah pipi sumoi itu. Kemarahan karena iri hati melihat pipi yang halus merah dan segar itu membuat ia menampar pipi itu dengan kuat sekali. Bi Lan menggerakkan lengan kirinya dengan gerakan refleks untuk menangkis tamparan itu.
"Plakkk!"
Pipi kanannya yang kena tampar oleh tangan kiri Bi-kwi yang bergerak cepat sekali dan tangkisan itu membuat tubuh Bi Lan terhuyung.
"Auhhh....! "
Gadis itu mengeluh dan mengusap pipi kanannya yang menjadi merah sekali. Melihat betapa pipi itu menjadi makin merah dan bahkan semakin segar menarik, hati Bi-kwi makin marah.
"Lihat serangan!"
Katanya dan ia pun maju menerjang dengan jurus-jurus yang paling sulit. Bi Lan meneoba untuk mengelak, berloncatan ke sana-sini seperti diajarkan sucinya, dan menangkis pula. Akan tetapi, kaki Bi-kwi menendang dengan sebuah jurus dari Ilmu Tendang Pat-hong-twi (Ten-dangan Delapan Penjuru Angin) yang lihai itu dan paha Bi Lan terkena tendangan. Tubuhnya terlempar ke belakang.
"Brukkk! Aduhh Gadis itu terbanting keras dan mengeluh, lalu bangkit berdiri, tangan kiri mengusap pipi, tangan kanan mengusap paha.
"Sudah, suci. Pipi dan pahaku sakit!"
"Hayo lawan! Kalau tidak latihan, mana engkau bisa maju? Lawan atau engkau akan kujadikan sasaran pukulan dan tendanganku!"
Bentak Bi-kwi yang mulai merasa senang hatinya dapat menumpahkan kemarahannya kepada sumoinya itu. Kembali ia menerjang dan menotok pundak sumoinya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menampar ke arah kepala.
"Wuuutt.... dukkk!"
Kini Bi Lan mampu mengelak dan menangkis dengan baiknya! Bi-kwi merasa penasaran. Yang dipergunakannya untuk menyerang tadi adalah sebuah jurus pilihan dari ilmu silatnya, akan tetapi sumoinya ternyata mampu mengelak dan menangkis dengan baiknya, seolah-olah sumoinya mengenal jurus itu dengan baik. Ia lalu menyerang lagi, kini menggunakan sebuah jurus dari Hek-wan Sip-pat-ciang, itu ilmu silat tangan kosong yang hebat dari Hek Kwi-ong. Lengan Bi-kwi dapat mulur dengan panjang ketika ia melakukan gerakan jurus ini.
"Wuuuttt.... plak! plak!"
Kembali Bi Lan dapat menangkis dua kali dengan baiknya sehingga jurus itupun tidak berhasil.
Bi-kwi menahan seruannya. Sumoinya mampu menangkis jurus itu? Sungguh aneh dan sukar dapat dipercaya. Jurus pilihan dari Hek-wan Sip-pat-ciang itu merupakan jurus ampuh dan sukar dilawan, akan tetapi sumoinya yang mempelajari silat dengan kacau-balau itu kini dapat menyambutnya seolah-olah sudah mengenal jurus itu dengan baik. Ia mengeluarkan lagi beberapa jurus dari ilmu silat ini, akan tetapi ternyata Bi Lan mampu mengelak dan menangkis dengan baik, bahkan gerakan-gerakannya juga tepat sekali seolah-olah gadis itu sudah mempelajari Hek-wan Sip-pat-ciang dengan sempurna! Bi-kwi menjadi terkejut dan heran, lalu menyerang lagi, kini menggunakan ilmu yang dipelajarinya dari Iblis Mayat Hidup, yaitu Ilmu Hun-kin Tok-ciang (Tangan Beracun Putuskan Otot) yang amat dahsyat.
"Plak-plak.... wutttt....!"
Kembali Bi Lan mampu menghindarkan diri dari jurus ini, dan gerakannya juga tepat sekali!
"Ehhh....!"
Bi-kwi begitu terheran-heran sampai menghentikan serangannya dan memandang sumoinya dengan sinar mata berapi.
"Dari mana kau mengenal ilmu-ilmu itu?"
Bentaknya. Bi Lan yang merasa senang karena beberapa kali mampu menghindarkan diri dari gebukan dan ten-dangan, tersenyum manis sekali.
"Siapa lagi kalau bukan engkau yang mengajarku, suci? Bagaimana, baikkah gerakan-gerakanku?"
Bi-kwi terpaksa mengangguk-angguk. Ia tahu bahwa sumoinya ini tidak mampu berbohong maka jawaban sumoinya itu sungguh membuat ia terheran-heran dan juga khawatir sekali.
"Kalau begitu, coba temani aku berlatih, jangan sembunyikan apa-apa, segala yang kauketahui harus kau keluarkan dan kau boleh membalas serangan kepadaku, jangan hanya membela diri, mengerti? Awas, kalau tidak, engkau akan kuhukum dengan tamparan dan pukulan!"
Bi Lan tersenyum dan senyum gadis ini memang manis sekali karena senyumnya keluar dari hati yang polos dan wajar walaupun aneh sekali karena ia diancam malah tersenyum. Hatinya merasa girang karena ia diperbolehkan membalas serangan dan ia ingin memperlihatkan kemajuannya kepada sucinya itu. Melihat Bi Lan hanya tersenyum-senyum dan tidak segera bergerak, Bi-kwi membentak,
"Siauw kwi. kenapa hanya senyum-senyum? Hayo serang!"
"Serang bagaimana, suci? Kaulah yang bergerak dulu, baru aku akan tahu gerakan apa yang harus kulakukan,"
Jawab Bi Lan. Mendengar jawaban ini, Bi-kwi lalu menerjangnya dengan tendangan Pat-hong-twi yaitu semacam ilmu silat tendangan yang dipelajarinya dari Im-kan Kwi Si Iblis Akhirat. Tendangan itu hebat sekali, merupakan bagian dari Ilmu Silat Delapan Penjuru Angin, datangnya susul-menyusul dan amat cepatnya. Akan tetapi, Bi Lan mengenal ilmu ini dan iapun cepat mengelak dan hal ini mudah dilakukan karena ia telah lebih dulu mengetahui ke mana kaki lawan itu akan bergerak. Bahkan ia lalu membalas dengan tendangan yang sama setelah semua jurus tendangan sucinya dapat dielakkan. Karena tendangan mereka sama, maka merekapun beradu tulang kaki beberapa kali.
"Dukk! Takk!"
Bi Lan meloncat ke belakang. meringis dan mengusap tulang kering kakinya.
"Aduhh.... tulang kakimu keras sekali, suci. Kakiku sampai sakit semua dibuatnya!"