Suling Naga Chapter 29

NIC

"Aku.... kami sudah yakin tentang cinta kasih antara kita, dan ketulusan hatimu, kebulatan tekadmu, membuat kami berani dan bersemangat. Hanya ada satu hal yang masih meragukan kami...."

Hui Lan membelalakkan matanya dan menoleh ke kiri, melihat betapa Gak Goat Kong juga mengangguk-angguk membenarkan kata-kata kakak kembarnya.

"Ji-wi masih ragu lagi? Apa lagi yang diragukan?"

"Hui Lan, kami berdua adalah laki-laki yang tidak muda lagi. Kami berusia empat puluh tahun sedangkan engkau.... engkau baru dua puluh tahun, pantas menjadi anak kami...."

"Suhu!"

Hui Lan berseru penuh rasa penasaran.

"Cinta kasih tidak memandang umur, tidak memandang kepandaian, kedudukan atau harta. Cinta kasih adalah urusan hati kedua pihak. Umur tidak masuk hitungan."

Jawaban ini agaknya melegakan hati dua orang pria kembar itu dan mereka bergandeng tangan dengan wajah berseri-seri, menuju ke pondok mereka, untuk membicarakan urusan mereka itu dengan lebih mendalam lagi. Cinta kasih adalah sesuatu yang ajaib, penuh rahasia. Tidak mungkin menggambarkan bahwa cinta kasih itu begini, atau begitu. Tidak dapat dirumuskan. Tidak dapat menilai cinta kasih seseorang.

Hanya orang itu sendiri yang dapat merasakannya. Cinta kasih yang hinggap di hati manusia adalah cinta kasih yang tidak terpisahkan dari nafsu berahi. Tak dapat disangkal pula bahwa cinta kasih antara pria dan wanita mengandung kemesraan sexuil, suatu hal yang wajar karena daya tarik alami antara keduanya ini amat dibutuhkan untuk sarana pembiakan. Karena tak terpisahkan dari nafsu berahi yang membutuhkan kemesraan, maka di dalam cinta kasih yang biasa disebut asmara ini terdapat pula cemburu, terdapat pula perasaan ingin memberi, ingin diberi, mencinta dan dicinta, ingin menguasai dan dikuasai, memonopoli dan dimonopoli, ada pula perasaan iba, dan kesemuanya ini tentu saja menimbulkan tawa dan tangis, puas dan kecewa, juga penderitaan batin. Anehnya, penderitaan cinta kasih kadang-kadang terasa seperti indah,

Kadang-kadang yang paling buruk, dan agaknya hidup menjadi hampa tanpa adanya cinta yang sesungguhnya adalah cinta berahi, yang sesungguhnya hanyalah pelarian manusia karena takut akan kekosongan hati, takut akan kesepian, takut akan kehilangan pegangan, takut karena merasa hidup tidak ada artinya, maka ingin mengisinya dengan cinta berahi. Juga karena dorongan naluri badaniah. Perasaan dua saudara kembar Gak itu tumbuh dari rasa iba terhadap seorang anak perempuan cilik, berusia empat tahun yang hidup sebatang kara. Rasa iba ini menjadi rasa sayang karena anak itu amat menyenangkan hati, berbakat baik dalam ilmu silat dan menjadi penawar rasa kesepian mereka, mengikatkan mereka karena mereka merasa mempunyai seseorang yang patut disayang. Rasa sayang terhadap seorang anak kecil!

Akan tetapi karena anak kecil itu adalah anak perempuan, ketika anak itu tumbuh menjadi semakin besar, rasa sayang itupun bertumbuh dan berobah, terdorong oleh naluri badani, oleh nafsu berahi yang ditekan-tekan. Ikatan di batin menjadi semakin kuat dan dua orang itu tidak berani lagi menghadapi kenyataan bahwa mereka akan saling berpisah kalau anak itu menjadi dewasa dan menjadi isteri orang lain. Rasa sayang menjadi bertambah besar dan berobah menjadi cinta seorang pria terhadap seorang wanita. Cinta asmara tak dapat disangkal lagi mengandung nafsu berahi, namun cinta bukanlah nafsu berahi semata! Karena cinta asmara sarat dengan Im dan Yang, penuh dengan hawa-hawa yang saling bertentangan, maka dapat melahirkan tawa atau suka dan duka, puas dan kecewa. Dapat menim-bulkan cemburu, iri, dengki, dendam dan benci.

Dapat pula menimbulkan iba, mesra, sabar, toleransi dan kesetiaan! Betapapun juga, dapat kita lihat bahwa cinta asmara memegang peran terpenting, bahkan menguasai kehidupan seluruh manusia di permukaan bumi ini! Bayangkan saja apa akan jadinya kalau hidup ini tanpa cinta asmara! Dunia akan terasa lenggang, dan hubungan antara pria dan wanita, hubungan yang menjamin perkembangbiakan manusia, akan tidak ada artinya sama sekali, seperti hubungan antara binatang. Karena itu, hubungan sexuil baru dapat dianggap sebagai suatu hal yang suci kalau di situ disertai dua buah hati yang saling mencinta! Bukan sekedar dua hati yang dibuai oleh nafsu berahi semata. Cinta asmara yang tumbuh dalam hati Hui Lan juga merupakan hal yang tidak terlalu aneh. Sejak berusia empat tahun, anak ini hidup bersama Beng-san Siang-eng.

Ia terhindar dari malapetaka, melihat bagaimana keluarganya terbasmi dan betapa dirinya diselamatkan oleh dua orang pria itu. Ia hidup dan tumbuh bersama dua orang pria yang amat menyayangnya. Dua orang pria itu merupakan guru-gurunya, juga pengganti orang tua, sahabat-sahabatnya, dan hal ini menggugah perasaan kewanitaannya yang halus, yang selalu haus akan kasih sayang, yang ingin dimanja, yang ingin dikuasai. Semua ini didapatinya dalam diri dua orang pria itu, maka tidaklah aneh kalau lambat laun ia jatuh cinta kepada dua orang gurunya yang dianggap sebagai satu orang dengan dua tubuh itu. Mungkin juga keadaan yang istimewa, menjadi isteri dari dua orang yang serupa badan dan batinnya, keanehan dan hal yang takkan dirasakan wanita lain, menggugah pula rasa ingin tahunya, menggugah gairahnya dan yang akan dijadikan sumber kebanggaannya.

Pagi itu matahari bersinar cerah sekali, tanpa adanya pengganggu berupa awan di satu di antara puncak-puncak Pegunungan Thai-san. Puncak yang ini amat sunyi, bahkan dianggap sebagai tempat yang gawat dan berbahaya oleh para pemburu binatang sehingga sudah bertahun-tahun lamanya tidak ada pemburu yang berani mendaki puncak ini. Puncak yang pada akhir-akhir ini dikenal sebagai puncak maut karena banyak sudah para pemburu yang kedapatan tewas dan mayat-mayat mereka dilempar ke bawah puncak. Menurut kepercayaan pera pemburu dan para penghuni dusun-dusun di sekitar Pegunungan Thai-san, puncak itu dihuni oleh iblis-iblis jahat dan binatang-binatang buas yang amat kuat. Akan tetapi, orang-orang kang-ouw dapat menduga bahwa di puncak itu tentu tinggal datuk-datuk sesat yang berilmu tinggi dan yang menganggap puncak itu sebagai miliknya dan tidak mau diganggu orang lain. Dugaan para ahli silat di dunia kang-ouw yang tidak mudah percaya akan cerita-cerita tahyul ini memang tepat sekali.

Puncak itu menjadi tempat pertapaan Sam Kwi dan dua orang muridnya. Semenjak murid pertama mereka, yaitu Ciong Siu Kwi yang berjuluk Bi-kwi (Iblis Cantik), pulang dengan lapopran yang amat mengecewakan bahwa murid pertama yang amat diandalkan itu kalah oleh Pendekar Suling Naga, tiga orang kakek itu merasa prihatin sekali. Mereka telah mewariskan semua ilmu mereka yang paling tinggi kepada Bi-kwi, dan gadis yang boleh dikatakan memiliki bakat yang besar itu kini boleh dibilang tak kalah lihai dibandingkan dengan mereka. Akan tetapi, Bi-kwi kalah jauh, demikian menurut pelaporan murid itu. Bi-kwi merengek kepada tiga orang kekasihnya itu agar mereka suka mengajarkan ilmu baru yang lebih hebat agar ia dapat kelak mencari Pendekar Suling Naga untuk membalas kekalahannya dan merampas pusaka Suling Naga. Tiga orang kakek itu menghela napas kehabisan akal dan Im-kan-kwi atau Iblis Akhirat itu berkata,

"Bi-kwi, ilmu apa lagi yang dapat kami ajarkan kepadamu? Raja Iblis Hitam sudah menurunkan Hek-wan Sip-pat-ciang kepadamu, ilmunya yang paling akhir. Aku sendiri sudah mengajarkan Toat-beng Hui-to, golok terbang pencabut nyawa itu, dan Iblis Mayat Hidup sudah mengajarkan Hun-kin Tok-ciang yang hebat itu. Kalau dengan ilmu-ilmu itu kau masih kalah, lalu ilmu apa lagi yang dapat kau pelajari?"

"Tentu saja aku tidak sempat mempergunakan semua ilmu itu satu demi satu. Akan tetapi dia sungguh lihai, Suhu. Biar dibantu Tee Kok dan dua puluh orang lebih anak buahnya, aku tidak mampu mengalahkannya, bahkan hampir saja celaka di tangannya. Dia lihai sekali. Pusaka suling naga itu dapat menjadi pedang yang mengeluarkan suara mengaum dan juga suara suling itu melengking-lengking mengandung tenaga khi-kang yang amat kuat."

iblis itu merasa penasaran sekali. Tadinya mereka beranggapan bahwa murid dan kekasih mereka itu merupakan orang yang paling lihai dan tidak terkalahkan. Oleh karena itulah maka mereka percaya kepada Bi-kwi untuk melaksanakan tugas berat, yaitu mencari dan menandingi Pendekar Super Sakti dan mencari susiok mereka Pek-bin Lo-sian untuk merampas pusaka Suling Naga. Akan tetapi, siapa sangka, murid yang dipercaya dan diandalkan ini pulang sambil mengomel, menceritakan kekalahannya terhadap orang yang kini menguasai Siauw-liong-kiam!

"Baiklah, sekarang begini saja, Bi-kwi,"

Kata pula Iblis Akhirat dengan suara gemas dan dia mengepal tinju.

"Kami bertiga akan bertapa bersama-sama, kami akan mencoba untuk menciptakan sebuah ilmu baru dengan pengerahan tenaga dan pikiran kami bertiga digabung menjadi satu. Sementara itu, engkau latihlah sumoimu agar ia kelak dapat membantumu. Setelah ia pandai dan kami menemukan ilmu baru, kami akan mengajarkan ilmu itu kepadamu. Kemudian, kita berlima akan pergi mencari Pendekar Suling Naga. Kalau kita masih juga tidak mampu merampas pusaka itu dan membunuhnya, biarlah kami yang mati di tangannya!"

Posting Komentar