Tiba-tiba terdengar bentakan nyari "Tahan semua, berhenti jangan berkel Mendengar bentakan suara mi, perajurit yang belum roboh segera nahan senjata mereka dan cepat mu sambil membantu para kawan me yang terluka sehingga kini pemuda berdiri berhadapan dengan orang mengeluarkan bentakan tadi. Dia me seorang laki-laki tinggi besar gagah usia lima puluh tahun lebih, menge pakaian panglima yang gemerlapan, ngan kumis dan Jenggot pendek terpe hara rapi, turun dari atas kereta berada di dekat situ. "Hemmm, ada apa ribut-ribut 1 Apa yang telah terjadi?" tanya pangli yang bukan lain adalah Jenderal C San Heng itu kepada seorang pera terdekat* Perajurit itu memberi hor dan menjawab.
"Lapor, Jenderal! Pemuda ini telah i ikuli Perwira Tong, maka kami lalu heeroyoknya!"
Jenderal Chou Ban Heng tadi sudah hat kehebatan ilmu silat pemuda itu. memandang penuh perhatian lalu
tanya.
"Pemuda gagah, siapakah engkau dan ng pa engkau memukuli perwira tadi tt gga pasukan lalu mengeroyokmu?" Melihat sikap panglima yang gagah -i pemuda itu bersikap tegak dan hor-t. "Thai-ciangkun (Panglima Besar), n bernama Bu Eng Hoat. Saya tidak , berani memukul orang kalau tidak alasannya yang kuat. Ketika saya at di sini, saya melihat perwira ituJ ncambuki seorang gadis remaja yang yeberang dan telurnya terjatuh pecah gga gadis itu berdarah lengannya semua telur dalam keranjangnya < ah. Ayah gadis itu hendak melarang, on tetapi dia pun menjadi korban camkan yang sewenang-wenang dari per-ra itu. Tentu saja saya tidak dapat embiarkan dia bersikap seperti itu, kejam dan sewenang-wenang menu rakyat kecil, maka terpaksa saya me ei Akan tetapi dia malah melecut* saj maka saya melawan dan memberi ha) kepadanya. Akan tetapi anak lalu mengeroyok saya. Demikianlah, clangkun."
Chou Dan Heng menoleh kepada a] dannya, seorang perwira yang masih da 'Tangkap Perwira- Tong dan anak buahnya, masukan ke sel. harus diberi hukuman berat telah bertindak sewenang-wenang kepada i ya t!"
"Baik, Jenderall" Perwira Itu membcr hormat dan pergi.
"Bu Eng Hoat, aku merasa kagi kepadamu yang muda dan gagah peri Mari, naiklah ke dalam keretaku, ingin bicara denganmu."
Bu Eng Hoat mengangguk dan mengikuti jenderal itu memasuki kerei K ita pernah bertemu dengan Bu Ei Hoat ketika dia menyerang Ang Nlocu Lal Cu Yin akan tetapi kemudi; Ltu Cin yang belum mengenal orai
am apa adanya Ang Hwa Nlocu mem-m wanita Itu sehingga Bu Eng Hoat raksa meninggalkan mereka karena k mungkin dapat mengalahkan mereka dua* Pemuda ini adalah murid Thong png Lesu, pendeta Lama Tibet yang i lu bersama Tiong Gl Cinjm dan Louw ng Tojin, pernah mengadakan pertemu-di puncak Bukit Naga Kecil dan di *a mereka bertiga yang memperbin-sn&kan soal agama dan lain-lain ber-Bmu dengan Thai Kek Siansu. Hal itu i» Jadi kurang lebih sebelas atau dua be-m* tahun yang lalu. Tiga orang sakti lari tiga agama itu tertarik ketika me-hat Thai Kek Siansu mempunyai seorang « id. Mereka bertiga lalu masing-masing jin mencari seorang murid. Thong Leng usu yang mengembara mencari murid bertemu dengan seorang anak laki-laki im piatu berusia sebelas tahun berita Bu Eng Hoat. Dia mengambil anak }iu sebagai murid dan setelah dia mengitarkan Umu-ilmunya kepada Bu Eng [k>at selama kurang lebih sepuluh tahun* lalu menyuruh muridnya itu turur gunung dan terjun ke dunia ramai, tindak sebagai pendekar. Dia Juga mt berikan sekantung uang emas simpa nya kepada pemuda itu dan mem agar di manapun dia berada, Bu Hoat selalu mempertahankan dan me bela kebenaran dan keadilan, menanta kejahatan. Demikianlah, Bu Eng Hai merantau, membawa toyanya dan di panjang perjalanannya dia selalu men tang ke ahatan dan membela me yang lemah tertindas. Dia melihat bet dunia penuh dengan manusia-man sesat yang hanya mementingkan sendiri, mengumbar hawa nafsu meng kesenangan tanpa pantang me ak segala cara yang jahat demi mem oleh apa yang mereka inginkan. Ban sudah gerombolan penjahat yang dia * mi sehingga dalam waktu kurang I setahun saja namanya terkenal seba seorang pendekar muda yang baru mur di dunia kangouw. Permainan toyan yang amat kuat disegani banyak ora sehingga dia memperoleh julukan Si tung Eng-hiong (Pendekar Tongkat Sakti
Setelah duduk di dalam kereta ber a Jenderal Chou Ban Heng, barulah Eng Hoat mengetahui bahwa dia ber-- n dengan seorang jenderal yang kedudukan tinggi. Dia merasa kagum Ika panglima itu mengecam para pe t tinggi yang suka bersikap sewenang
"Mereka Itu menjemukan sekail1" de> ion antara lain Jenderal Chou Ban f*ng berkata. "Sayang aku tidak mem-i^yal kekuasaan untuk bertindak ter jlep mereka. Hanya Kaisar yang mam-I menindak mereka akan tetapi mereka pandai bermuka- muka sehingga Kaisar ganggap mereka itu pejabat-pejabat g bijaksana dan baik.
Terutama sekail ang She Liong yang menjadi Menteri budayaan itu, sungguh, membikin hatiku \*k dan Jengkel sekali kalau mengingat on kelallmannya" Jenderal Chou Ban ng mengerutkan alisnya yang tebal dan lukanya berubah merah. Bu Eng Hoat tertarik. "Apa yang d akukan Menteri She Liong itu, l-ciangkun?"
leiumni, biarpun seorang pende1 seperti engkau tidak akan dapat met usiknya, orang muda' Dia Itu menj; kepercayaan Kaisar, gedungnya ar j ketat. Entah berapa banyaknya sav ladang milik para petani di luar «i raja yang dia rampas, dan antah ( banyak anak gadis orang yang dia menjadi penghiburnya. Ah\ pe** tidak ada satu pun bentak kefoh&tsi yang tidak pernah dia lakukani Hemrro kalau saja aku
menjadi seorang muda c memiliki kesaktian, tentu sudah lai jahanam itu kubunuhl1' "Jahanam Itu patut diberi hajat kata Bu Eng Hoat dengan hati panas.
"Hemmrn, jasamu terhadap negara bangsa akan besar sekali kalau engl dapat memberi hajaran kepada jahai Liong Itu sehingga dia tidak akan mai mengganggu rakyat lagi" kata 3eftoV.. Chou Ban Heng "Bu Ing Hoat, apakaj engkau belum mendapatkan tempat inap? Bagaimana kalau engkau sementara tinggal di rumahku?
*1 Bu Eng Hoat belum mengenal kei
al Itu, dan gurunya pernah berian kepadanya agar dia berhati-hati mi berkenalan dengan para bangsawan wna mereka Itu biasanya suka menaatkan tenaga orang fcangouw untuk lentingan mereka sendiri. Maka me-att keramahan jenderal Ini yang meng-Kknya naik keretanya, kemudian me-b^arkan tempat tinggal di rumahnya, Bs nreholak.
"Terima kasih, Tr^i-ciangkun, saya V*n bermalam di rumah penginapan saja ir leWh leluasa dan tidak merasa sung
Baiklah, kalau begitu." Jenderal k» Heng lalu memerintahkan kusir tirtanya untuk menuju ke rumah Fp*pan L ok Koan yang P antara rumah-rumah pengi/upan besar p mewah di kota raja. Kdmah peng papan Lok Koan Itu memiliki rumah takan di bagian depan/dan juga memiliki sebuah po*koan (terapat perjudian) di labelah kirinya.
Karena biaya penginapan situ mahal, maka yang menginap ha IValah tamu-tamu hartawan dari luar
kota, pedagang-pedagang atau pem daerah yang dat ng ke kqta raja.
. "Kita tunggu di kereta sebent kata jenderal itu kepada Bu Eng H lalu kepada kusirnya dia mengutus $ si kusir memesankan kamar untuk! Eng Hoat. Kusir Itu pergi dan tak lama ke an dia datang kembali dan melapor ba* kamar untuk pemuda itu sudah terse yaitu kamar nomor lima di loteng. Eng Hoat mengucapkan terima kasih turun dari kereta dan menuju ke r penginapan itu karena kereta itu ber di tepi jalan raya di depan halaman mah penginapan Lok Koan.
Begitu memasuki pendapa yang di samping rumah makan, Bu Eng mulai merasa ragu. Rumah pengi itu besar dan mewah. Tentu sew mahal sekali, pikirnya. Dia harus m hemat uang bekal pemberian gur karena kalau sampai kehabisan hal akan merepotkannya. Akan tetapi sec pelayan tergopoh-gopoh keluar meny but ya.
Melihat pemuda itu berpaka sederhana dan hanya membawa ia g tongkat dan sebuah buntala Jan dari kain kasar yang gendong , pelayan itu termangu heran, akan pl memaksa diri tersenyum menyam-
telamat datang, Kongcu. Kami me-erhormat dan senang sekali me-but kedatangan Kongcu." Bu Eng Hoat tercengang. Dalam per rtnya merantau selama ini, belum Mh ada ya g menyebutnya Kongcu tn Muda). Ada yang menyebutnya «hons atau That- hiap (sebutan para dekar) setelah dia melakukan sesuatu »k salatnya menentang para penjahat menolong orang. Sekarang pelayan ig pakaiannya bahkan lebih bagus dari-ia pakaiannya sendiri, tentu saja dia njadi sungkan. Dia memandang pelayan ngah tua itu lalu berkata ragu sam-berhenti melangkah dan memandang arah pendopo yang mewah, yang me 1 indah dengan adanya lukisan-lukisan ah, tirai-tirai sutera dan pot-pot bu-i besar terukir indah.
"Ah, Paman, agaknya saya telah masuk. Rumah penginapan bu megah bagi saya. Saya hendak . kamar "di rumah penginapan yang hana dan murah saja/1 Setelah 1 demikian dia membalikkan tubuhnya dak keluar lagi. Akan tetapi pelayan lari mendahului dan menghadangnya bil menjura dengan hormat.
"Maaf, Kongeu, kalau pany: kami kurang baik. Saya akan kepada kepala pengurus rumah an Lofc Koan untuk menyambut ser
*Ah, )engafs Paman! Bukan maksudku, hanyaw. rumeh ini tarbn%pau~~ mahal Tiba-tiba pelayan itu lertowa. harap Kongeu tidak main-main. K tidak usah
membayar sekeping pun boleh tinggal di rumah penoinapan Koan berapa lama pun, kami akan layani sebaik mungKIn dan Kongeu dak pesan makan apa persiapkan dengan baiki"
Bu Bng Hoat memandang . Gilakah pelayan ini? Ataukah dia 1
^apU.~, biayanya tentu besar sekali tidak akan terbayar olehku.1* "Ain, Kongeu main-mainl Kalau Senti Chou yang memerintahkan, siapa « tidak akan menaati? Soal biaya, Apapun tentu akan dibayar oleh beliau. IC£agcu tidak usah khawatir. Mori, 5 silakan'" ulah Bu Eng Hoat mengerti dan diam dfo rrierasa seriang. Siapa yang > senang mendapatkan kamar di ho-mewah berikut makan setiap hari, * waktu yang tidak terbatas lame-, tanpa membayar sekeping pun? Akan npl cfl samping perasaan senang Ini, perasaan curiga dan khawatir. Apa r>ya jenderal itu bersikap demikian baik dan royal terhadap dirinya? maunya? Dia fer Ingat akan pesan nya dan dia bersikap waspada dan haj hati sekail* Akan tetapi setelah dua malam t i gal di hotel Lok Koan, tidak terji sesuatu dan jenderal itu pun tidak ganggu, bahkan tidak pernah bunginya. Pada malam ke tiga, Hoat duduk termenung di dalam kamj nomor lima yang mewah den letaknya loteng rumah penginapan Lok Koan Jendela kamarnya dia buka dan dari dalam kamar dia dapat melihat jajaran genteng- genteng di rumah di dekat i itu. Teringat dia akan percakapannya , dan Jenderal Chou Ban Heng dalam kereta. Menteri Kebudayaan Liong! Tiba dia teringat akan pejabat tinggi she Liong yang amat jahat, tukang peras dan tindas rakyat, suka mempermainkan gadis orang, kejam dan sewenang yang. Kalau dia sudah mendengar berita seperti itu tidak turun tangan memberi hajaran kepada pejabat lalim itu, percuma saja dia belajar ilmu silat bertahun-tahun kepada gurunya. Gurunya, Thong Leng Losu yang gagah perkasa tentu akan merasa malu dan marah kepadanya! Kemarin siang dia sudah berjalan-jalan mencari tahu di mana letak gedung tempat tinggal Menteri Liong. Ternyata gedung besar itu tidak ter ketat, tidak seperti yang digamb.* Jenderal Chou. Baginya, tidak akan I menyusup masuk ke dalam gedung dilihatnya hanya dijaga belasan perajurit di gardu penjagaan, di gerbang halaman gedung itu. Dia teri akan ucapan Jenderal Chou yang gf perkasa itu. "Kalau saja aku me seorang muda dan memiliki kesak tentu sudah lama jahanam itu kub Demikian jenderal itu berkata, mana dengan dia? Apakah dia akan diamkan saja pejabat tinggi yang itu mengganggu rakyat? Bagaimana' di antara pesan gurunya, Thong Losu, kepadanya ketika dia hendak1 rangkat mengembara? "Wi bin m kok, hiap ci tai cia juang demi rakyat dan negara, I yang paling utama)!" Dan sekarang buka kesempatan baginya untuk me' nakan perintah suhunya itu. Mem Menteri Liong yang lalim berarti telah berjuang demi kepentingan r dan negara! Setelah berpikir demij %0 11 g Hoat lalu berkemas, mengenakan Ttalan yang ringkas, kemudian sambil Kubawa toyanya dia keluar dari jen i kamarnya, menutupkan daun jendela I luar setelah meniup padam lampu km kamarnya, kemudian dari loteng i dia melayang ke atas genteng rumah l«lah, kemudian dia mempergunakan t kang berlompatan dari wuwungan ftrti.ih rumah ke wuwungan rumah di ►.(. Dia berlompatan dengan cepat F ringan sehingga tidak menimbulkan tftr.i dan berlari- larian menuju ke rumah ii i ti r i Liong!