"Bagus! Itu sudah cukup sebagai awal cinta! Untuk mempelajari ilmu ini ter- apat tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama mempelajari ilmu ini harus di-atih
oleh sepasang pria dan wanita. Kedua, mereka haruslah pria dan wanita yang saling mencinta. Dan ke tiga, me-eka harus memiliki tenaga sakti yang ukup kuat untuk dapat mempelajari ilmu mi. Nah, syarat pertama dan ke dua telah kalian miliki, yaitu kalian adalah sepasang pemuda dan gadis yang saling mencinta, sekarang syarat ke tiga dan al ini haruslah aku yang mengujinya. Kalian bangkitlah dan saling mengunci ari-jari sebelah tangan satu kepada yang lain dan berdiri di hadapanku lalu memasang kuda-kuda sambil mengerahkan seluruh tenaga sinkang kalian. Aku akan mendorong kalian dengan kedua tanganku, kalian sambut dengan sebelah tangan kalian dan pertahankan dirimu, jangan sampai kalian terdorong jatuh. Kalau kalian sampai terjatuh, berarti tenaga sinkang masih kurang kuat untuk mempelajari ilmu itu. Akan tetapi kalau dapat bertahan sehingga tidak sampai jatuh, berarti kalian boleh mempelajarinya. Nah, bersiaplah!" Karena ingin sekali mempelajari ilmu silat tinggi, Hui Lan dengan penuh semangat sudah berdiri di sebelah kanan Liu Cin. la dan pemuda itu menyatukan jari-jari sebelah tangan mereka, lalu dengan tubuh sedikit merendah mereka memasang kuda-kuda dan menyatukan tenaga sinkang mereka kemudian Hui Lan menjulurkan tangan kanannya ke depan sedangkan Liu Cin menjulurkan tangan kirinya ke depan, siap menyambut serangan dorongan nenek yang hendak menguji mereka itu.
Dengan masih duduk bersila di atas batu, Thian Te Siankouw berkata, "Majulah lagi agar tangan kalian dapat bertemu kedua tanganku."
Dua orang itu melangkah dekat dan kini berdiri dekat sehingga kedua telapak tangan Thian Te Siankouw yang dijulurkan ke depan itu dapat bertemu dengan dua telapak tangan mereka.
"Kalian sudah siap?"
Dua orang muda itu mengangguk. Tiba-tiba mereka merasa betapa dari te^ lapak tangan nenek itu ada hawa yang panas dan kuat sekali mendorong mereka. Mereka segera mengerahkan dan menyatukan tenaga melalui kedua tangan mereka menahan dorongan itu sekuatnya. Tak lama kemudian, kedua tangan nenek yang amat panas itu seketika berubah dingin seperti es! Dua orang muda itu terkejut, akan tetapi dengan penuh semangat mereka tetap bertahan walaupun perubahan hawa dari amat panas menjadi amat dingin itu menyusup ke dalam tubuh dan membuat tubuh mereka terasa ngilu. Mereka tetap bertahan walaupun Thian Te Siankouw mengubah-ubah hawa sin-kangnya.
"Pertahankan ini!" Nenek itu membentak dan tiba-tiba ia mendorongkan-kedua telapak tangannya itu sepenuh tenaganya. Bagaikan disambar badai, sepasang muda mudi i»u terdorong mundur, akan tetapi kaki mereka tetap menginjak tanah, tak pernah diangkat walaupun mereka terdorong mundur sampai hampir dua tombak jauhnya! Dan mereka tidak sampai roboh!
Thian Te Siankouw bangkit berdi I lu melompat turun dari atas batu. T buhnya ternyata tampak ramping ketik ia turun dan berdiri. Wajahnya berse memandang dua orang muda itu.
"Bagus, kalian berdua memenuhi tig syarat, agaknya kalian memang berjodo dengan Ilmu Thian-te Im-yang Sin-ku yang luar biasa itu."
Hui Lan melangkah maju dan berlutu di depan kaki nenek itu, diikuti oleh Li Cin. "Subo (Ibu guru) !" mereka berdu
memberi hormat. "Eiiittt eittttt ! Jangan, a'
bukan gurumu, bangkitlah, aku bukan! gurun u dan jangan sekali-kali menyebut Subo kepadaku. Duduklah di atas batu-batu di luar itu dan tunggu aku sebentar."
Liu Cm dan Hui Lan saling pandang, akan tetapi biarpun, jmerasa heran mereka tidak berani membantah. Mereka bangkit dan menghampiri batu-batu di luar gua dan duduk di situ. Sementara itu, Thian Te Siankouw memasuki gua besar itu dan tak lama kemudian ia sudah keluar lagi membawa sebuah buntalan kain kuning. Ia lalu duduk bersila di atas batu yang berhadapan dengan dua orang muda itu dan setelah menatap wajah mereka berdua, ia menghela napas panjang lalu berkata.
"Ketika muda, aku bertemu dengan seorang nenek tua renta yang sudah mendekati ajalnya. Ia meninggalkan sebuah kitab kepadaku, yaitu kitab pelajaran ilmu silat yang disebut Thian-te Im-yang Sin-kun dengan pesan bahwa isi kitab itu harus dipelajari sepasang pria dan wanita yang saling mencinta dan yang sudah memiliki dasar tenaga dalam yang kuat. la mengatakan pula bahwa kalau dipelajari seorang saja, baik pria maupun wanita, dapat membahayakan orang itu sendiri. Pada waktu itu aku mempunyai seorang sahabat baik, yaitu Lo Tiong Gi yang kini menjadi Tiong Gi Cinjin gurumu itu, Hui Lan. Aku r..cnawarkan untuk mempelajari dan melatih ilmu dalam
kitab itu bersama, akan tetapi dia menolak menganggap aku sebagai
sahabat baik, tidak lebih! Kami saling berpisah dengan perasaan tidak en Aku sendiri tersiksa dan memilih hid sebagai pertapa. Aku sudah menco untuk memperdalam ilmuku dan suda pernah aku memberanikan diri beriati seorang diri menurut isi kitab ini. Aka tetapi hampir saja aku menjadi gila at mungkin mati tersiksa sebagai akibatny Untung aku tidak terlambat menghen kannya. Nah, sekarang, mendengar bah engkau murid Lu Tiong Gi dan engk ingin sekali mempelajari ilmu silat ya tinggi, aku berikan kitab ini kepada dan engkau dapat mempelajari dan r latihnya bersama Liu Cin. Akan tetap aku tidak mau kalian anggap sebao guru karena gurumu adalah penulis kita ini yang tidak kuketahui siapa orangny Bahkan nenek yang dulu memberik kitab ini kepadaku juga tidak semp. kukenal namanya."
Dengan girang Hui Lan menerima k' tab itu. Sambil berlutut ia mengucapk terima kasih, diturut oleh Liu Cin.
"Banyak terima kasih kami ucapk" Siankouw. Biarpun kami tidak boleh m yebutmu sebagai guru, namun di dalam hati kami akan selalu menganggapmu sebagai guru."
"Hemmm, sekarang kuanjurkan kalian ergi ke sebelah selatan bukit ini. Di ana ada sebuah bukit yang oleh para ^nduduk vdusun disebut Bukit Siluman. Terdapat sebuah gua besar di puncaknya dan tak seorang pun penduduk berani mendaki puncak itu karena mereka beranggapan bahwa di sana merupakan tempat tinggal' siluman. Kalian dapat melatih diri dengan *tenang. Inti pelajaran kitab ini ditekankan kepada latihan ilmu sinkang. Gerakan silatnya hanya ada tujuh jurus, maka kalau memang kalian tekun dan berbakat, dalamvwaktu sebulan saja kalian sudah dapat merampungkan latihan kalian. Nah, pergi dan carilah Bukit Siluman itu."
Hui Lan dan Liu Cin kembali mengucapkan terima kasih, lalu mereka pergi mencari bukit itu. Setelah menemukannya dan memasuki gua besar di puncaknya, mereka berdua mulai mempelajari isi kitab Thian-te Im-yang Sin-kun. Ternyata benar seperti yang dikatakan Thian T Siankouw, inti pelajarannya adalah ber-samadhi, mengatur pernapasan dan menghimpun tenaga sakti yang dilakukan berdua! Mereka harus duduk bersila berhadapan, terkadang mempertemukan kedua telapak tangan mereka satu sama lain dan mempersatukan tenaga sakti lalu mengendalikan tenaga itu bersama-sama.
Ada kalanya mereka melatih gerakan silat yang hanya tujuh jurus itu. Namun tujuh jurus yang luar biasa dan dilakukan secara berpasangan pula! Setelah kurang lebih satu bulan, mereka berdua dapat menguasai ilmu Thian-te Im-yang Sin-kun dan mendapat kenyataan bahwa biarpun masing-masing memperoleh kemajuan besar sehingga tenaga sakti mereka bertambah kuat sekali, namun kepandaian dan kekuatan yang mereka dapatkan itu haru mencapai puncak kehebatannya kalau mereka melakukan berdua untuk menghadapi lawan yang tangguh Ilmu itu adalah ilmu berpasangan antara unsur Im (positive) dan Yang (negative) Kedua unsur yang saling berlawanan ini, seperti tenaga Bulan dan Matahari, atau Wanita dan Pria, kalau dipersatukan memang akan menghasilkan kekuatan yang amat dahsyat.
Setelah merasa telah menamatkan pelajaran ituf Hui Lan dan Liu Cm kai luar dari gua di puncak Bukit Silumai dan hendak menuruti Bukit Siluman. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan adi angin yang kuat sekali mengguncang pohon-pohon di depan mereka. Mereka ter kejut dan cepat memandang ke depai dan siap siaga. Tak lama kemudian muncullah makhluk yang menyeramkan. Sepasang orang muda itu maklum bahwa mereka berhadapan dengan seorang maenjadi manusia, namun keadaan manusia itu sungguh menyeramkan. Tubuhnya tinggi besai sekitar tujuh kaki sehingga tinggi Liu Cin hanya sampai pundak raksasa ituj Tubuh dengan pakaian pertapa yang sudah banyak robek itu juga amal kekar, dengan otot-otot seperti kawat besar melibat-libat lengan, dan dadanya, tonjolan-tonjolan otot yang membayangkan tenaga yang mengerikan. Mukanya seperti muka singa, penuh fercwok, sepasang matanya yang lebar itu mencorong.
Liu Cin dan Hui Lan saling pandang Baiknya inilah yang membuat buku itu disebut Bukit Siluman. Tentu mahluk ini yang dianggap siluman oleh penduduk, wkar menaksir usianya, akan tetapi tentu sudah setengah abad lebih. Liu Cin yang berhati- hati segera maju dan mengikat kedua tangan depan dada sebagai i-nghormatan dan dia berkata.
"Maaf, Sobat. Kami hanya ingin lewat mu menuruni bukit ini, harap engkau ifduk menghalangi kami."
Akan tetapi orang atau makhluk itu ihinya menggereng-gereng seperti orang sambil menuding-nuding ke arah yang berlawanan, seolah mengusir mereka iigcir kembali dan mengambil jalan lain.
"Kami tidak mencari permusuhan, rtkan tetapi minggirlah dan biarkan kami Irwat!" bentak Liu Cin dan dia lalu mendorongkan tangannya untuk membuat makhluk itu minggir. Akan tetapi orang 11.1 r itu dapa t mengelak c epa t dan lengannya yang besar bergerak, idiigunnya menampar ke arah pundak Liu Cin! Me-betapa tamparan Itu mendatangkan «gin pukulan yang amat dahsyat, Liu C i n menge i ak dan dia ba 1 a s memukul* Lawannya memapak i dengan telapak t a* ngan.
"Desssss !!" Demikian kuatnya tenaga dorongan makhluk itu sehingga tu buh Liu
Cin terjengkang dan dia tenti akan roboh kalau saja tidak cepat membuat poksai (salto) ke belakang sampai tiga kali sehingga terhindar- dari bantingan. .
Hui Lan marah melihat Liu Cin terdorong mundur.
"Hainttttt r" ia maju menyerang dan memukul ke arah dada raksasa itu. Kembali