Si Rajawali Sakti Chapter 63

NIC

"Aih, Lin-ko. Masa engkau begini peiit terhadap adik sendiri? Aku hanya ingin menungganginya, sebentar saja! Akan tetapi kalau sendirian, aku takut seperti dulu lagi. Dia pernah melemparkan aku dari atas. Bisa remuk badanku kalau dia lakukan itu lagi."

Han Lin tersenyum. "Salahmu sendiri, Lin-moi. Tiauw-ko (Kakak Rajawali) ini mempunyai perasaan peka. Kalau orang bersikap hormat dan manis kepadanya, dia pun akan bersikap manis pula. Kalau engkau bersikap keras, seperti dulu engkau memaksanya terbang dan mencabut sehelai bulunya, tentu saja dia marah."

"Lalu bagaimana kalau aku ingin menungganginya, Lin-ko? Suruh dia menerbangkan aku, sebentar saja, aku ingin merasakan menunggang seekor rajawali terbang."

"Aku tidak bisa menyuruh dia menerbangkan orang lain, Lin-moi. Akan tetapi kalau engkau sendiri yang meminta, ngan sik,ap dan ucapan yang manis, kira dia tidak begitu pelit untuk nolak. Mintalah kepada Tiauw-ko, kal dia setuju, dia akan mendekam sehingjjV engkau dapat naik ke punggungnya. KaUg| dia tidak mau mendekam, itu tandanjj dia tidak mau."

Kui Lin lalu menghampiri burung dan berdiri di depannya. Kemudian menjura, mengepalkan kedua tangan pan dada dan memberi hormat samt berkata dengan suara merdu dan mar penuh rayuan.

"Tiauw-ko yang baik, Tiauw-ko yar gagah perkasa, maafkan aku atas k< salahanku dahulu. Sekarang aku mol kepadamu, sukalah engkau membawa ah terbang sebentar saja. Maukah engkai Tiauw-ko? Mau, ya. Kakak Rajawali yar baik?" Han Lin diam-diam merasa gel melihat ulah gadis itu yang bersikap bicara sambil- merayu- rayu. Kalau sudar bersikap seperti itu, Kui Lin benar-benar memiliki daya tarik yang luar biasa, tiap orang pria agaknya pasti jatuh bertekuk lutut menghadapi rayuannya. Entah kalau rajawali itu.

Akan tetapi, dengan girang dia m lihat betapa kepala rajawali itu men angguk- angguk, lalu kedua kakinya ber jongkok, tubuhnya merendah! Kui L' bersorak gembira.

"Terima kasih, Tiauw-ko yang baik! Nah, aku akan meloncat ke atas punggungmu, bawa aku terbang ke langit, ya? Aku ingin melancong ke bulan dan bintang-bintang!" kata Kui Lin dan ia pu~ lalu melompat dengan hati-hati sehingga dapat duduk di atas punggung rajawali itu dengan lunak.

Rajawali itu memandang kepada Han Lin dan pemuda ini pun mengangguk. "Bawa ia terbang sebentar, Tiauw-ko. Ia adalah Lin Lin, adikku." Dia memperkenalkan dan menyebut Kui Lin dengan sebutan Lin Lin yang dianggapnya lebih manis dan menyenangkan Rajawali mengeluarkan bunyi melengking, kemudian mengembangkan sayapnya, mengenjotkan kakinya sehingga tubuhnya meloncat ke atas lalu sayapnya mulai bergerak dengan kuatnya. Tubuhnya melayang dengan cepatnya ke atas. Lin Lin bersorak gembira sehingga Han Lin ikut pula merasa senang. Gadis itu benar-benar seperti seorang anak kecil saja. Akan tetapi kalau teringat akan keganasannya membunuhi penjahat, dia bergidik. Justeru karena itulah maka dia ingin menemani Kui Lin ke kota raja. Selain dia memang ingin melihat keadaan di kota raja, dia juga ingin membimbing Kui Lin ke arah jalan yang benar. Dia merasa sayang kalau gadis itu kelak menjadi seorang yang kejam dan sadis tak mengenal kasihan.

Sekitar seperempat jam rajawali terbang tinggi kemudian menukik turun dan hinggap di atas tanah dekat Han Lin.

"Wah, kenapa turun? Tiauw-ko yang baik, aku masih belum puas. Aku ingin terbang lebih lama Jas»' Aku tidak mau turun!" Ia menendang-nendangkan kakinya seperti anak kecil mengambek (merajuk).

"Turunlah, Lin Lin! Nanti Tiauw-ko marah dan melemparkan kau dari punggungnya!" kata Han Lin. Mendengar ini, Kui Lin cepat melompat turun denga takut.

"Lin-ko, kau panggil namaku apa t di?" "Lin Lin."

"Wah, aku ingat dulu guruku jug suka memanggil aku Lin Lin!" "Kau suka kupanggil Lin Lin?"

Gadis itu mengangguk. "Kalau ka yang panggil, boleh."

Han Lin lalu mengambil sesampu surat yang memang telah dipersiapkan sebelumnya, menghampiri rajawali dan berkata, "Tiauw-ko, engkau pulanglah ke Puncak Yangliu (Cemara) di Cinlingsa dan berikan surat ini kepada Suhu. Ak akan melakukan perjalanan bersama Lin Lin." Setelah berkata demikian, Han Lin mengikatkan sampul surat itu kepada bulu di bawah sayap rajawali. Rajawali mengangguk, mengeluarkan pekik lalu melayang dengan cepatnya ke udara.

"Lin-ko, apakah engkau yakin dia akan dapat sampai ke tempat gurumu dan memberikan surat itu kepadanya?" "Aku merasa yakin, Lin-moi. Tiauwko adalah seekor burung yang sudah terlatih dengan baik. Suhu yang memeliha-anya sejak kecil, sejak baru menetas, nenyelamatkannya dari serangan ular dan erawatnya sehingga besar. Dia dapat mengerti ucapan yang sederhana, bahkan dapat merasakan getaran perasaan orang, dan lebih lagi, dia pun menguasai gerakan silat sehingga dia dapat menjadi lawan yang cukup tangguh."

Kui Lin menjadi kagum bukan main. Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju ke kota raja di Utara.

ooOOoo

Sepekan kemudian, Han Lin dan Kui Lin memasuki kota Kan-peng yang tidak begitu besar namun c.'kup ramai da/i mereka menyewa dua buah kamar di sebuah rumah penginapan. Karena mereka telah melakukan perjalanan selama dua hari dua malam melalui jalan yang sukar dan sunyi tanpa pernah melewati dusun atau pun kota sehingga terpa bermalam di hutan dan makan seadany seperti buah-buahan yang mereka dapat kan di hutan atau daging binatang hutan maka keduanya merasa amat lelah. S' telah mandi dan makan dari rumah m kan yang menjadi bagian penginapan itu keduanya lalu memasuki kamar masing masing dan tidur. Kui Lin segera menja pulas, dan Han Lin biarpun tidur nyenya pula, namun tetap saja dia memilik kepekaan yang luar biasa.

Sedikit suara di atas genteng suda cukup untuk membangunkannya dari tidur. Cepat dia melompat turun, mengenaka sepatunya dan keluar dari kamarnya me nuju ke kamar Kui Lin. Ketika itu tela tengah malam dan penginapan itu sudah sepi, semua tamu sudah tidur pulas. Han Lin cepat menangkap bayangan hitam di jendela kamar Kui LinC Daun jendela itu telah terbuka, maka cepat dia menegur. "Heiii! Siapa itu?" Bayangan hitam itu terkejut. Tiba-tiba tangannya bergerak dan ada benda hitam . panjang meluncur bagaikan anak panah menuju ke arah dada Han Lin. Karena khawatir kalau-kalau senjata yang lisambitkan itu beracun, Han Lin tidak menangkapnya melainkan memukulnya dari samping dengan hawa pukulan yang amat kuat. Senjata itu terdorong angin pukulan, membelok dan menancap pada daun pintu kamar Kui Lin.

"Capp " Dari suaranya dapat diketahui bahwa itu adalah sebuah senjata runcing yang menancap dalam sekali pada daun pintu, tanda bahwa pelontarnya menggunakan tenaga sakti yang amat kuat. Han Lin cepat melompat ke arah jendela, akan tetapi bayangan hitam itu sudah melompat jauh ke atas genteng dan lenyap dalam kegelapan malam. Han Lin masih dapat melihat bahwa bayangan hitam itu adalah Cui-beng Lokui, guru dari Tiat-pi Sam-wan. Agaknya kakek itu merasa sakit hati karena ketiga orang muridnya semua tewas di tangan Kui Lin maka dia datang untuk membalas dendam. Agaknya sejak Kui Lin meninggalkan Cin-an, kakek itu diam-diam telah membayanginya, akan tetapi karena Han Lin berada di dekatnya, maka dia tidak berani turun tangan. Baru malam hari ini dia berusaha untuk membunuh Kui Lin yang tidur seorang diri dalam kamarnya.!

Han Lin tidak mengejar kakek itu karena dia amat mengkhawatirkan kol selamatan Kui Lin. Daun jendela itu telah terbuka, siapa tahu apa yang telan dilakukan kakek itu terhadap Kui Lin yang agaknya saking lelahnya tidur bel gitu pulasnya sehingga tidak dapat men dengar ketika daun jendelanya dibuk orang. Tanpa pikir panjang lagi karen khawatir akan keselamatan gadis itu Han Lin melompat masuk.

Kamar itu gelap. Agaknya lampi meja telah dipadamkan. Dengan jantun berdebar tegang Han Lin meraba-rab; dan dapat meraba pembaringan. Cepa dia menyingkapkan kelambunya dan kedua tangannya meraba-raba. Kebetulan jari-jari tangannya meraba betis kaki Kui Lir yang tersembul keluar dari selimut. Har Lin yang tidak dapat melihat, ketiks merasa bahwa kedua tangannya memegang bagian tubuh yang panjang, berkulit halus, lunak dan hangat, mengira bahw dia memegang lengan Kui Lin. Maka dipegangnya erat-erat betis itu dan diguncangnya.

"Lin Lin! Lin Lin. I"

Kui Lin terbangun dan ketika merasa ada yang bergerak-gerak di sekitar betisnya, ia meloncat turun sambil menjerit geli dan ngeri.

"Ular , ular ! Ada ular !"

“Hush, Lin-moi. Ini aku, Han Lin!"

"Lin-ko? Aeh, apa-apaan engkau berada di kamarku?" Cepat gadis itu menyalakan lampu dan setelah kamar itu menjadi terang, ia cepat menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian dalam yang tipis dan tembus pandang. Matanya bersinar marah sekali, apalagi melihat jendela kamarnya terbuka. Jelas pemuda ini memasuki kamarnya dari jendela dan meraba-raba kakinya! "Kurang ajar! Beginikah watakmu, Han Lin? Ternyata engkau seorang laki-laki kurang ajar, tidak sopan! Laki-laki cabuli"

"Lin-moi, tenanglah "

"Jaihwacat (Pemetik Bunga, Penjahat Pemerkosa Wanita)! Kau kau pergi dari sini atau kubunuh kau!"

"Lin-moi!" Han Lin membentak, juga marah karena dia dimaki-maki dan dituduh yang bukan-bukan. "Cui-beng Lokuj tadi sudah membuka daun jendelamu! untung aku keburu datang dan mengusiri nya. Lihat saja apa yang menancap di daun pintu kamarmu!" Setelah berkata demikian, sekali bergerak Han Lin sudan meloncat keluar dari kamar melalui jen-1 dela . dan kembali ke kamarnya sendiriJ - Dia duduk bersila dan menenangkan hati! nya yang terguncang nafsu amarah ka-| rena tadi disangka yang bukan-bukan dani dimaki-maki gadis itu.

Setelah Han Lin pergi, cepat Kui Lin menutupkan daun jendela dan ia pun segera mengenakan pakaian luarnya, memakai sepatunya dan membuka daun pintu. Ketika ia tiba di luar dan meman dang, ia menjadi terkejut dan bengong melihat sebatang pedang menancap di daun pintu kamarnya, menancap sampa

etengahnya dan menembus papan daun pintu ke dalam. Inilah semacam hui-kiam 'dang terbang), yaitu pedang yang dapat disambitkan sebagai senjata rahasia 1an ia teringat bahwa yang menggunakan ui-kiam adalah Cui-beng Lokui, guru lari Tiat-pi Sam-wan yang telah dibunuh- ya semua! Ia menoleh ke arah kamar Han Lin yang tertutup daun pintu dan endelanya. Teringat ia betapa tadi ia memaki-maki dan menuduh Han Lin ku-

ang ajar, bahkan memakinya sebagai lai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) yang pekerjaannya memperkosa wanita! Wajahnya terasa panas dan jantungnya berdebar, tubuhnya terasa lemas penuh penyesalan.

Dengan tangan gemetar, ia mengetuk daun pintu kamar Han Lin. "Tok-tok-tok "

Tidak ada jawaban.

Diketuknya lebih gencar dan lebih kuat lagi. "Tok-tok-tok-tok-tok !!"

Posting Komentar