Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 83

CSI

Cin Liong-hwi sudah merangkai sebuah cerita bohong, maka dengan kalem ia mulai menjelaskan : "Semalam setelah istri Lou Jin cin membawa kau kedalam kamar untuk istirahat, semakin pikir aku menjadi curiga. Karena tak bisa tidur pada tengah malam diam-diam ngeloyor keluar, tujuanku hendak mencari tahu dan membuat penyelidikan, waktu sampai diluar pekarangan kamarnya secara tak disengaja kudengar percakapan rahasia mereka suami istri."

"Apakah mereka sedang berunding cara untuk menghadapi aku ?"

"Benar. Sebetulnya bukan berunding lagi yang jelas tatkala itu kau sudah terjebak dalam tipu daya perempuan bawel itu. Nona Lu, coba kau pikir dan ingat-ingat kembali, sebelum tidur adakah minum air teh atau minuman lain pemberian mereka ?"

"Tak perlu diingat lagi. Aku tahu bahwa aku telah dicekoki obat bius mereka, kalau tidak masa sampai tiba ditempat ini baru aku bisa siuman tanpa kusadari sedikitpun, sepanjang jalan sejauh ini soal apa pula yang kau curi dengar dari percakapan mereka, coba kau jelaskan."

"Lou Jin-cin berkata, kekuatan obat biusmu ini bisa bertahan berapa lama? Istrinya itu menjawab sebelum fajar atau terang tanah genduk itu tidak akan bisa siuman. Lou Jin cin berkata, bagus, kalau begitu kita bisa serahkan genduk itu kepada Liong siang Hoatong, setelah terang tanah membawanya pergi dari sini. Istrinya bertanya : "Apa kau tidak takut pada Lu Tang wan ? Lou Jin cin menjawab, "Pertama Ilmu silat Liong siang Hoatong jauh lebih tinggi dari Lu Tang-wan, kedua Liong siang Hoatong menggondolnya lari ke Mongol, seumpama Lu Tang wan membekal kepandaian setinggi langit juga jangan harap bisa mencarinya kesana. Ketiga bocah yang datang bersamanya itu akan segera kubunuh, supaya peristiwa ini tetap terahasia dan tidak bocor. Keempat dengan adanya Liong-siang Hoatong yang menjadi sandaran kita, kelak untuk mengejar pangkat dan harta jalan kita menjadi lapang takut apa lagi?"

Mencelos hati Lu Giok-yau, badan basah oleh keringat dingin, ujarnya: "Sungguh berbahaya, jika tidak kau tolong, dengan enak-enak tidur kelelap, tahu-tahu aku sudah mereka antar sampai ke Mongol, seumpama tumbuh sayap juga jangan harap bisa lari. Tapi bukankah Lou Jin-cin sendiri pernah bilang bahwa Liong-siang Hoatong dan In-tiong yan sudah berangkat pulang mengajak Hong-thian lui ? Mungkinkah ucapannya ini hanya bualan belaka ? Dan lagi apa tujuan Liong siang Hoatong menawan aku kembali ke Mongol ?"

"In tiong yan dan Hong thian lui memang sudah pergi, dalam hal ini Lou Jin cin tidak berbohong. Tapi yang benar bahwa Liong siang Hoatong masih berada dirumahnya, cuma semalam ia tidak keluar. Semalam waktu kita memasuki kebon Lou Keh ceng itu bukankah kepergok dengan Busu Tartar, orang Mongol itu adalah murid Liong-siang Hoatong. Nona Lu, kuharap kau tidak memikirkan Ling Tiat wi lagi, dengan suka rela ia menempuh perjalanan ke Mongol bersama In-tiong yan, betapa jauh perjalanan yang harus mereka tempuh, betapapun hubungan mereka dapatlah kau pikirkan, kuharap kau paham akan hal ini."

"Persetan hubungan mereka, emangnya ada sangkut paut dengan aku?" demikian omel Lu Giok yau uring uringan. "Pernahkah aku menyinggung Ling toako, justru kau sendiri yang punya pikiran tidak genah. Sebetulnyalah Ling toako adalah tuan penolong keluarga kami, seumpama aku menguatirkan keselamatannya adalah jamak bukan."

"Yayaya, akulah yang salah omong, harap nona tidak marah," demikian kata Cin Liong hwi cengar cengir. "Tapi aku bicara demi kebaikanmu. Ling Tiat wi adalah Suhengku, masa aku..."

"Sudahlah, kenapa menyinggung soal Ling Tiat wi lagi!" demikian semprot Lu Giok yau cemberut, dalam hati ia berpikir, "bicara pergi datang soal-soal itu melulu, menyebalkan." soalnya ia anggap Cin Liong hwi telah menolong dirinya maka ucapan yang rada kasar ini rasa tak enak diucapkan.

"Benar," ujar Cin Liong hwi, "kukira kau masih ingin tahu kenapa Liong-siang Hoatong hendak meringkus kau dan digondol pergi ke Mongol bukan? Semalam waktu aku mencuri dengar pembicaraan Lou Jin cin suami istri, dapat kuketahui pula sebab sebabnya."

"Apa yang mereka katakan ?"

"Lou lin cin berkata: Liong siang Hoatong hendak mempersembahkan dirimu kepada Dulai untuk dijadikan selirnya."

Keruan Lu Giok-yau menjadi gusar alisnya menegak, serunya, "keparat, nanti bila bertemu ayah tentu kuminta beliau menuntut balas bagi penghinaan ini. Sayang Liong siang Hoatong sikepala gundul itu sudah pergi. Tapi Lou Jin-cin kan tidak akan lari, bila ayah pulang, pertama-tama harus menghancur leburkan dulu Lou keh-ceng-nya itu untuk melampiaskan penasaran ini!"

Cin Liong hwi tertawa geli, ujarnya, "Meskipun aku tiada mampu ikut menghancur leburkan Lou keh ceng, sedikit banyak telah memberi bantuan pada kau membalaskan sakit hati ini."

"Benar. Bagaimana kelanjutannya?"

Cin Liong hwi menjadi bangga dan angkat dada, sambungnya terus, "Tahu bahwa mereka hendak mencelakai kau sudah tentu segera aku menerjang masuk melabrak mereka. Haha, sedemikian tenar dan besar namanya di kalangan persilatan dalam golongan sesat, tak nyana hanyalah bernama kosong belaka. Cukup sekali pukul saja ia sudah terluka parah dan lari pontang panting bersama istrinya yang bawel itu! Sayang kau tidak menyaksikan pada waktu itu, betapa runyam keadaannya waktu melarikan diri itu sungguh menggelikan !"

Lu Giok Yau menjadi terhibur dan girang, katanya, "Bagus ! Salut akan sepak terjangmu yang gagah berani ! Cin toako, bukan karena ketidak becusan kepandaian Lou Jin-cin yang rendah, karena ilmu silatmu yang lihay dan tinggi sehingga ia dapat kau gertak dan lari terbirit-birit !" dia percaya akan bualan Cin Liong-hwi maka tak tertahan lagi memberikan pujiannya dengan setulus hatinya. Adalah diluar tahunya bahwa Lou Jin-cin sesungguhnya adalah Susiok Cin Liong-hwi.

Sambil menahan gelora hatinya yang melonjak kegirangan, Cin Liong-hwi berkata tawar : "Ah, pujianmu terlalu berkelebihan, terima kasih akan pujianmu. Aku sendiri tidak punya obat pemunah, setelah menggebah lari Lou Jin-cin terpaksa kupanggul kau melarikan diri kemari, kau tidak salahkan aku bukan?"

Merah jengah selebar muka Lu Giok-yau, katanya : "Untuk berterima kasih padamu sekarang aku sudah terlambat masa kusesalkan kau malah. Selanjutnya jangan kau singgung pula soal ini."

"Ya ya. Sekarang kau sudah mampu berjalan belum ?"

"Hendak kemana ?"

"Kenapa kau lupa, bukankah kau ingin bertemu dengan ayahmu ? Ayahmu berada dirumahku, sudah tentu pulang bersamaku !"

Baru saja mereka siap berangkat, sekonyong-konyong terdengar suara tawa dingin dari dalam hutan.

Bercekat hati Cin Liong-hwi, waktu dia angkat kepala dilihatnya seorang gadis remaja berpakaian hitam muncul dihadapannya. Rambutnya nan hitam disanggul meninggi, alisnya lentik panjang, wajahnya nan putih halus dan rupawan begitu agung dan mempesonakan sehingga orang tak berani memandang lama-lama. Sebetulnya Cin Liong-hwi sudah hampir mengumbar adatnya, sungguh tidak terduga olehnya bahwa yang dihadapi kiranya gadis remaja yang ayu molek, seketika ia berdiri melongo dan menjublek ditempatnya.

"Cin toanghiong !" seru gadis baju hitam. "Kedatanganku mengejutkan kau ya ?"

Cin Liong-hwi menenangkan pikiran, lalu katanya : "Siapakah nona ini? Darimana kau tahu aku orang she Cin?"

Gadis baju hitam itu berkata : "Kau adalah sute Hong-thian-lui yang bernama Cin Liong-hwi bukan ? He, he, siapa yang tidak kenal dan pernah dengar nama besarmu ? Bicara terus terang, akulah orang yang paling kagum akan nama Cin-toanghiong yang tenar itu !"

Pengalaman Lu Giok-yau terlalu cetek, tapi iapun merasakan nada sindiran dari ucapan gadis baju hitam ini, dalam hatinya ia menggerutu : "Perempuan ini kelihatannya kurang waras, entah siapa dia?"

Posting Komentar