Sungguh menggelikan justeru Cin Liong hwi merasa bangga dan seperti terbang melayang di awan awan oleh umpakan yang ironis itu, ujarnya, "Terima kasih sebetulnya aku baru saja terjun dalam percaturan Kangouw. Nona, siapa namamu? Entah ada keperluan apa kau mencari diriku?"
Kata gadis baju hitam: "Nama orang diibaratkan bayangan pohon, ada sementara orang yang selama hidupnya tidak dapat mengangkat nama dan dirinya tapi ada kalanya sekali dia kelana di Kangouw namanya laksana geledek menggelegar diseluruh kolong langit. Terbukti dengan suhengmu Hong-thian lui, sekarang kau demikian pula. Konon kepandaianmu malah jauh lebih tinggi dan lihay dari Hong thian-lui, maka sengaja kuluruk kemari untuk minta pelajaran." Secara langsung ia jelaskan alasan kedatangannya menemui Cin Liong-hwi tapi agaknya ia segan memperkenalkan nama diri sendiri.
Tergerak hati Giok-yau, selanya berkata, "Cici ini, apakah kau pernah bertemu dengan Hong-thian lui ?"
Gadis baju hitam menyahut tawar, "Hong thian lui telah mengalahkan si Elang hitam Lian Tin-san di Lu-keh-ceng, peristiwa tenar ini sudah tersiar hebat dikalangan Kangouw."
Cin Liong-hwi semakin bangga dan menepuk dada ujarnya: "Hong thian-lui mengalahkan Lian Tin-san, berita ini tidak perlu kau herankan, sebaliknya dari mana pula kau bisa tahu bahwa kepandaianku jauh lebih tinggi dari Suhengku itu?"
"Bukankah kau semalam telah mengalahkan Lou Jin-cin sehingga ia lari terbirit-birit? Dengan keberanian yang luar biasa kau berhasil menolong keluar nona cantik ini dari Lou-keh-ceng sarang gerombolan penjahat. Aku tahu kepandaian silat Lou Jin cin bahwasanya tidak lebih rendah dari Lian Tin san."
Cin Liong-hwi tertegun sejenak, tanyanya bergagap; "Kaupun tahu akan kejadian itu?"
Seperti tertawa tidak tertawa gadis baju hitam itu balas bertanya: "Apakah peristiwa itu sungguh tidak terjadi?"
Cin Liong hwi jadi berpikir: "Mungkin bualan ceritaku tadi dapat dicuri dengar olehnya? Melihat sikapnya ini agaknya ia amat percaya akan obrolanku tadi?" Terpaksa dengan mengeraskan kepala ia menyahut, "Ya, ya begitulah adanya!"
"Akupun percaya akan kebenaran kejadian itu," ujar gadis baju hitam. "Maka sengaja kemari untuk menemui kau!"
Cin Liong-hwi tercengang, tanyanya dengan suara melengking; "Apa-apaan maksud ucapanmu ini?"
"Dengan rasa bangga aku ingin berhadapan dengan seorang Eng-hiong, seorang pendekar besar yang gagah perwira dan mohon beberapa jurus petunjuk." Demikian cemooh gadis baju hitam sambil tertawa cekikikan.
Baru sekarang Cin Liong-hwi sadar bahwa sanjung puji sigadis baju hitam ini bahwasanya memutar balik kenyataan dengan kata kata manis untuk mengolok dan menyindir dirinya.
"Nona," sela Lu Giok yau. "Apakah kau dari Lou-keh ceng? Apa hubunganmu dengan Lou Jin-cin ?"
Sejak bertemu dan melihat tindak tanduk orang, ia sudah merasa gadis baju hitam ini kurang waras dan serba misterius, setelah mendengar maksud maupun tujuan orang semakin besar keyakinannya akan dugaan semula, maka pikirnya; "Konon Lou Jin-cin punya seorang puteri yang sudah menikah semalam tidak kelihatan tidak mustahil gadis yang kami hadapi inilah puterinya itu?" karena terkaannya ini ia lebih yakin dan berpikir lebih lanjut, "Pasti benar adanya, kalau tidak masa ia bisa tahu begitu jelas pengalaman Cin-toako semalam? Mungkin ia menyusul kemari untuk menuntut balas kekalahan ayahnya."
Mana Lu Giok yau tahu bahwa ceritera Cin Liong-hwi mengenai peristiwa semalam adalah bualan belaka. Terkaan gadis baju hitam inipun berkisar terlalu jauh dari kebenarannya.
Gadis baju hitam tertawa dingin, jengeknya: "Lou Jin cin barang macam apa menjadi budakku saja dia tidak cocok, nona Lu, tidak perlu kau sembarang main tebak. Aku cuma ingin menjajal sampai dimana kepandaian sejati Cin Tayhiap yang besar ini, sebentar kau akan tahu buktinya apakah dia seorang Enghiong tulen atau seekor anjing atau biruang belaka!"
Sangsi dan bimbang hati Lu Giok-yau batinnya: "Seorang puteri betapapun tidak akan berani memaki ayah kandungnya, dari kata-katanya tadi tidak sulit ditebak, kalau bukan musuh besar Lou Jin cin paling tidak iapun tidak senang melihat sepak terjang dan martabat Lou Jin cin. Lalu kenapa pula ingin menjajal kepandaian Cin-toako?"
Agaknya gadis baju hitam dapat meraba jalan pikirannya lekas ia berkata, "Yang asli tidak bisa dipalsu, yang palsu tidak mungkin jadi tulen. Bicara sejujurnya meski Lou Jin-cin bermartabat rendah dan hina, ilmu silatnya boleh kuakui cukup lumayan. Sebaliknya bila Cin Tayhiap ini mampu mengalahkan aku, baru aku akan mau percaya bahwa dia seorang Enghiong besar, seorang pendekar sejati."
Selamanya Cin Liong-hwi sangat menjunjung gengsi dan suka bermuka-muka mana ia mau dimaki dan direndahkan sebagai anjing atau biruang, sebagai binatang yang rendah? Rasa simpatiknya tadi seketika sirna seperti dihembus angin lalu terhadap gadis rupawan dihadapannya ini, sikapnyapun berubah seketika, jengeknya menyeringai: "Tidak perlu kau mengagulkan aku sebagai pendekar sejati segala, tapi bila aku tidak melayani tantanganmu, mungkin nona Lu akan curiga bahwa aku hanya membual belaka. Baiklah, mari kita saling jajal beberapa jurus. Cuma kepelanku ini tidak punya mata, bila sampai melukai atau merusak wajahmu yang ayu bagaikan bidadari ini, aduh, betapa kasihannya, mungkin kau tidak akan laku kawin dan menjadi perawan tua, maka jangan nanti kau menyalahkan aku lho!" dimulut ia bicara sementara dalam hati ia membathin: "Memang kau amat cantik rupawan, namun Lu Giok-yaupun tidak kalah cantiknya, kenapa aku harus menaruh belas kasihan segala."
Sekonyong-konyong Lu Giok yau berteriak gugup: ''Cin-toako awas!" dalam sekejap mata itu tiba tiba gadis baju hitam turun tangan secepat kilat, "plok" tahu tahu pipi kiri Cin Liong-hwi kena digampar dengan nyaring.
Kiranya gadis baju hitam ini bukan lain adalah In tiong-yan yang semalam lari keluar secara diam-diam dari Lou-keh-ceng.
Secara kebetulan ia tengah sembunyi di dalam hutan, semua rangkaian cerita bohong Cin Liong-hwi terhadap Lu Giok yau dapat didengar seluruhnya. Tidak mengapa bila Cin Liong hwi hanya mengabulkan diri, justru yang membuatnya jengkel bahwa tidak segan segan ia merendahkan Hong thian-lui, malah dirinyapun kena dikata katai sebagai perempuan yang membawa lari laki laki.
Karena tidak siaga dan serangan datang secara mendadak Cin Liong hwi menjadi korban tamparan yang sangat keras, meskipun tidak sampai terluka keluar darah, tapi sebelah pipinya menjadi bengap dan berwarna hijau kehitaman, sakitnya bukan kepalang. Sudah tentu betapa gusarnya, makinya dengan murka: "Siluman kecil. Kau ini budak dari mana, apakah tidak dididik oleh bapak mbok-mu? Belum lagi kau menikah sudah pandai pukul main kekerasan laki-laki, perempuan bawel dan galak benar, hm, ingin jajal kepandaian marilah bergebrak secara terang terangan, kenapa main bokong dan sergap."
Cin Liong-hwi mengumbar mulut dan memaki kalang kabut tidak terpikir olehnya bahwa makiannya justru menyinggung pantangan In-tiong-yan.
Sejak kecil In tiong-yan sudah yatim piatu, kematian ayah bundanya begitu menyedihkan pula. Meskipun Khan agung yang sekarang menghargai kedudukan yang cukup tinggi sebagai "tuan puteri" tapi bersikap dingin terhadapnya. Kecuali dunia tiada seorangpun dalam lingkungan keluarga kerajaan yang menaruh simpatik dan anggap dirinya sebagai tuan puteri junjungan mereka betul-betul. Yang paling diresapi dan membuatnya sedih adalah bila orang lain menyinggung perihal ayah bundanya, apalagi kali ini Cin Liong-hwi memakinya sebagai budak yang tidak punya dijalin keluarga.
Setelah menggampar sekali dipipi Cin Liong hwi sebetulnya rasa dongkolnya sudah terlampias tapi serta mendengar makiannya yang menusuk hatinya ini seketika berkobar pula hawa amarahnya, dalam hati ia berpikir, "Kupandang muka Hong thian lui, tak perlu kucabut nyawanya. Tapi mulut bocah brutal ini sungguh sangat kotor dan harus dihajar dan disumbat!"
Dengan menekan sabar in-tiong yan menanti makian Cin Liong hwi selesai, lalu ia menjawab dengan suara datar: "Kau kan seorang pendekar Enghiong yang telah mengalahkan Lou Jin cin, tadi aku sudah menantang kepadamu untuk mulai bergebrak, bila kau kena kutempiling salah siapa ? Baiklah sekarang kuberi tahu kau aku akan menggampar pula sebelah pipimu yang kanan, bersiaplah kau. Bila kau tak mampu menangkis atau menghindar, anggaplah kau anjing atau biruang saja !"
Cin Liong hwi tidak kuasa mengendalikan marah lagi sembari menghardik sejurus Hek sau-liok hap (enam sambaran bergabung satu) dari pukulan Bi lek ciang merangsak hebat kearah musuh, jurus ini mengandung penyerangan yang gencar tapipun mempunyai penjagaan yang cukup rapat, dalam hati ia membatin: "Akan kulihat cara bagaimana kau bisa pukul aku lagi !"