Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 73

CSI

Betapapun Cin Liong-hwi memang rada pintar dan cerdik, dia menyeret Lu Giok yau sembunyi di belakang sebuah gunung gunungan palsu, dengan suara berbisik ia berkata, ''Kita harus bersabar menanti disini; begitu ada pelayan lewat lantas kita sergap dan dikompas menanyakan dimana letak Hong- thian-lui disekap. Demi jiwanya tentu dia akan mengaku terus terang, Seumpama Hong-thian-lui memang masih berada di Lou keh ceng, meski harus menyerempet bahaya juga harus menolongnya keluar. Sebaliknya bila dia sudah pergi sama siluman perempuan itu, maka kita pun tidak perlu membuat keributan dan mencari kesukaran ditempat ini." kiranya Cin Liong-hwi percaya pada Jing-bau khek yang memberitahu Hong-thian-lui sudah berangkat ke Mongol sama ln tiong yan maka dia berani menempuh bahaya ini. Pikirnya, "Meringkus salah seorang pelayan kiranya tidak sukar, asal dapat mencari kebenaran berita itu saja supaya genduk ini tidak merecoki aku lebih lanjut."

Lu Giok yau hanya menurut saja akan usulnya itu, katanya, "Caramu ini meski rada bodoh bisa dilaksanakan. Seumpama tak berhasil menolongnya keluar, paling tidak dapat jumpa sekalipun bolehlah!" Secara tegas ia masih mengukuhi pendapatnya sendiri bahwa Hong thian lui tidak mungkin pergi ke Mongol sama ln tiong yan, maka caranya berpikir sudah tentu jauh berlainan dengan jalan pikiran Cin Liong hwi.

Beberapa saat kemudian, benar juga dilihatnya sesosok bayangan orang berjalan lewat dari hadapan mereka. Diam-diam Cin Liong hwi menjadi girang. "Thian benar-benar mengabulkan permohonan umatnya, orang ini sendirian, aku mesti dapat membekuknya sebelum dia mengetahui tempat sembunyi kita, cukup dengan sekali tutuk pasti robohlah dia." lalu ia menekan pundak Lu Giok-yau serta berbisik, "Kau jangan bergerak, biar aku turun tangan!"

Diluar dugaannya orang ini bukan pelayan atau kacung dari keluarga Lou tapi adalah salah satu Kim-tiang Busu dari Mongol, dia tak lain tak bukan adalah Cohaptoh yang sama angkat nama bersama Umong itu.

Cohaptoh adalah jago gulat kelas wahid yang berkepandaian tinggi, begitu mendengar kesiur angin dibelakangnya, dengan gaya Cin-kin-sek tiba-tiba kedua tangannya balik kebelakang mencengkeram terus menariknya ke-depan, kontan Cin Liong hwi melayang terbang dari atas kepalanya terus terbanting keras diatas tanah.

"Bocah bernyali besar. Siapa kau?" bentak Cohaptoh.

Dengan gaya ikan gabus melentik Cin Liong-hwi melejit bangun, terasa seluruh tulang dan urat nadinya sakit dan lalu cepat ia kerahkan Lwekang ajaran Jing-bau khek, tanpa banyak bicara ia kirim kepalannya menghantam muka Cohaptoh.

Cohaptoh menggeram gusar, jengkelnya, "Tak kira bocah kau ini berisi juga, hm, bantinganku tidak membikin kau mampus tapi kau berani menyerang apa mau cari mati?" dalam bicara kedua tangannya diulur odot pulang pergi tahu tahu ia sudah cengkeram Cin Liong hwi serta membantingnya sekali lagi. Kali ini gunakan ilmu Han-kin-joh-kut-hoat, maka tangan kiri Cin Liong hwi sampai keseleo dan sakit luar biasa, kali ini ia tidak mampu bangun lagi.

Tapi tak urung lengan kanan Cohaptoh sendiri juga kesemutan dan sakit gatal terkena pukulan berbisanya.

Bersamaan waktu Cohaptoh menjengkelit jatuh Cin Liong-hwi, dalam kejutnya Lu Giok-yau segera menubruk keluar, di mana pedangnya bergerak ''sret", ia menusuk ke lambung lawan. Cohaptoh menyeringai tawar, serunya, "Bagus! Ternyata masih ada genduk jelita berani menyerang aku pula!'' dengan tipu Yu-liong-tam-jiau (naga mengeliat menjulur cakar), ia mengulur tangan orang tujuannya hendak membekuk bocah perempuan ini hidup-hidup. Maka terdengarlah suara "Bret!" yang panjang, lengan baju Lu Giok-yau kena dijambret sobek, untung tidak kena tercengkeram. Keruan kejut dan gusar Lu Gok-yau dibuatnya. Ceng-kong-kiam di-tangannya segera dibolang-balingkan secepat kilat, main bacok dan tikam secara serabutan, cara permainannya menjadi kacau balau karena gugup dan terburu nafsu.

Sementara itu, Cohaptoh merasa sakit linu dan gatal dilengan kanannya semakin merambat naik dan melebar sampai kepundak, keruan bercekat hatinya. Tapi kepandaiannya lipat ganda lebih tinggi dari kemampuan Lu Giok-yau, dalam suatu kesempatan ia mencari lobang kelemahan gerak pedang lawan terus balas merangsak maju, dimana kedua jarinya menjentik bergantian "Creng" tepat sekali menjentik batang pedang lawan, kontan Ceng-kong-kiam Lu Giok-yau tak mampu melawan dan bertahan, kuatir kena dibekuk oleh musuh segera ia putar tubuh terus angkat kaki melarikan diri.

Pertempuran ini meski berlangsung dalam waktu singkat, namun seluruh penghuni keluarga Lou sudah sama mendengar dan memburu keluar. Baru saja Lu Giok-yau lari puluhan langkah, dari berbagai penjuru sudah memburu tiba enam tujuh laki-laki terus mengepungnya ditengah. Demi menjaga gengsi Cohaptoh diam diam saja tak mau maju mengeroyok. Dengan kesempatan ini diam-diam ia kerahkan Lwekangnya melancarkan urat nadinya dan memulihkan jalan darahnya.

Disaat Lu Giok yau hampir kena dibekuk oleh kerubutan beberapa orang itu, mendadak tampil seorang tua membentak, "Berhenti!'' ia maju kedepan Lu Giok-yau dan mengamati dengan seksama, tiba-tiba mengunjuk rasa kejut serunya, "Bukankah kau keponakan Giok yau ?"

Mendengar orang memanggil dirinya keponakan, Lu Giok yau menjadi tercengang malah, tanyanya, "Siapakah paman ini?"

Orang tua itu bergelak tawa, ujarnya, "Akulah Lou Jin-cin majikan disini. Meskipun ayahmu jarang berhubungan dengan aku namun perkenalan kami juga cukup kental. Aku pernah melihat kau tapi kau sendiri yang belum kenal pada aku," Bicara sampai disini segera dia ulapkan tangannya serta bentaknya kepada beberapa laki-laki itu. "Kenapa kalian main kerubut terhadap nona Lu? Hayo lekas bubar!" Kecuali Cohaptoh seorang seluruh hadirin bubar mengundurkan diri.

"Keponakan aku yang baik," Kata Lou-Jin cin, "Siapakah engkoh cilik ini?"

Lu Giok-yau tahu bahwa Lou Jin cin bekas begal tunggal yang sudah cuci tangan dan mengasingkan diri, bila bicara soal pribadinya selalu ayahnya mencerca kebrutalannya. Dalam hati ia berpikir, "Hubungan kental apa dia dengan ayahku. Yang terang kau segan dan takut akan kebesaran nama ayahku, baru kau bicara manis dan menarik simpatikku? Cin Liong-hwi sudah terluka bila aku tidak putar haluan dan mengikuti situasi, betapapun kami berdua takkan bisa lolos dari sini !" karena pikirannya ini segera ia berkata, "Cin toako ini adalah angkatan muda ayahku yang dekat, dia temani aku kemari hanya untuk mencari tahu seseorang. Sebenarnyalah tiada maksud kami mencari perkara pada kalian. Harap Cengcu bermurah hati suka memaafkan kecerobohan kami ini."

Lou Jing cin bergelak tawa pula, ujarnya, "Keponakan main sungkan segala. Masa aku harus main kekerasan dan mempersukar angkatan muda dari kenalan dekat ayahmu. Marilah ikut aku kedalam!"

Lou Jing cin bisa beberapa patah kata bahasa Mongol, mulutnya bicara tanganpun bergerak entah ucapan apa yang dia katakan kepada Cohaptoh, sepatah patahpun Lu Giok yau tidak tahu apa yang sedang mereka perbincangkan. Tapi lambat laun kelihatan rasa gusarnya telah hilang, lalu ia ulapkan tangannya terus tinggal pergi.

Kiranya latihan pukulan berbisa Cin Liong hwi masih terlalu cetek, setelah Cohaptoh berhasil melepaskan otot dan melancarkan jalan darahnya, baru diketahui bahwa dirinya tidak keracunan lagi, baru dia mau ampuni jiwa Cin Liong-hwi. Sudah tentu karena dia menetap dirumah orang sedang Lou Jin-cin sebagai tuan rumahnya, maka ia tidak mengulur panjang persoalan.

Lou Jin-cin unjuk seri tawa, katanya, ''Maaf saudara Cin. Mari silakan istirahat di dalam, nanti Lohu bantu mengobati luka lukamu, keponakan Giok yau kebetulan akan kedatanganmu ketempatku yang bobrok ini, paman Lou harus layani kalian sepuasnya, nanti kupanggil bibimu untuk temani kau ngobrol. Malam ini terpaksa katakan kalian menginap semalam disini."

Kata Giok yau, "Aku hanya ingin mencari seseorang saja. Setelah luka Cin-toako diobati segera kami harus pulang."

Lou Jin cin tertawa lebar, katanya, ''Hari sudah larut malam, mau pulang juga harus besok pagi. Apalagi saudaramu Cin ini terluka, mungkin dia tak kuasa pulang bersama kau. Setelah berada dirumahku anggaplah dirumah sendiri kenapa main sungkan sungkan lagi. Paling tidak kau harus temui dulu bibimu bukan?"

Dengan menebalkan muka Lou Jin cin menarik orang sebagai kenalan kental yang terdekat. Meskipun Lu Giok-yau tidak senang, soalnya orang tadi telah membebaskan dirinya dari keroyokan anak buahnya, apalagi Cin Liong hwi memang terluka, tak mungkin segera melanjutkan perjalanan pulang, dan lagi ia punya keinginan belum tercapai untuk mengetahui kabar berita Hong-thian-lui yang sebenarnya, maka tak enak ia menampik undangan tuan rumah. Terpaksa ia berkata, "Aku berusia muda tidak tahu adat, harap Lou cengcu tidak salah paham." dalam hati ia membatin, ''Malam ini aku harus berlaku hati hati. Dia suruh istrinya menemani aku, mungkin takkan terjadi sesuatu yang merugikan."

Betul juga setelah memasuki sebuah ruang pendopo terlihat seorang perempuan setengah umur yang bersolek berkelebihan menyambut kedatangan mereka, begitu bertemu lantas menarik tangan Giok-yau serta memuji tak habis-habisnya. "Orang sering berkata bahwa nona merupakan perawan tercantik didaerah Ciat-kang timur, Lu-tomoaycu, sudah lama aku ingin melihatmu, namun pamanmu selalu segan kerumahmu, sekarang sungguh beruntung harapanku bisa terkabul melihat kecantikanmu yang tiada tandingannya ini. Toa-moaycu, kau sudah punya calon mertua belum?"

Kapan Lu Giok yau pernah menghadapi keadaan yang runyam ini, keruan merah jengah selebar mukanya mulutpun terkancing tak kuasa bicara.

Lou Jin cin tertawa, katanya, "Coba lihat kau bikin orang menjadi malu. Orang datang dengan tujuan tertentu, kau malah menggodanya. Ei benar, keponakan, tadi kau seperti hendak mencari tahu seseorang, siapakah dia ?"

Kata Lu Giok yau, "Ada seorang pemuda muka hitam beralis tebal berusia likuran tahun. Dia adalah kenal kental ayah, beberapa bulan yang lalu dia datang menyampaikan selamat ulang tahun pada ayah, tinggal beberapa bulan, belum lama ini baru ia tinggalkan rumah kami..."

Belum lagi Lu Giok yau selesai menjelaskan, Lou Jin-cin tertawa lantang, selanya, "Orang yang keponakan maksudnya bukankah pemuda gagah bernama Ling Tiat wi yang pernah mengalahkan Hek ing Lian Tin-san dan sekarang sudah menggetarkan Kangouw itu bukan?"

Sebetulnya Lu Giok-yau rasa benci dan memandang rendah martabat Lou Jin cin, namun mendengar orang begitu mengagulkan dan memuji Ling Tiat-wi mau tak mau kesan buruknya menjadi rada berkurang. Segera ia menjawab, "Benar, yang kumaksudkan memang Ling Tiat-wi adanya. Konon setelah meninggalkan rumahku dia langsung menuju kemari, entah apakah benar berita itu ?"

"Sayang kalian setindak telah terlambat," ujar Lou Jin cin.

Istri Lou Jin-cin sebaliknya berkata, "Suamiku, menurut aku perkataanmu itu harus diralat kembali. Bila aku yang berkata untung Toamoaycu cari keluarga Lu ini tidak datang lebih cepat setindak."

Jantung Lu Giok yau berdebar keras, tanyanya, "Bibi apa maksud perkataanmu ini ?"

Nyonya ini terkekeh genit, katanya, "Toamoaycu, watakku suka bicara blak-blakan, setelah dengar penjelasanku kuharap kau tidak marah lho."

"Kabar kau dengar itu memang salah, bila kemaren kau sampai disini tentu kau bisa jumpa dengan Ling Tiat-wi, baru pagi tadi dia berangkat. Tapi, Loamoaycu, entah benar tidak jalan pikiranku ini, menurut hematku, lebih baik kau tidak melihatnya saja."

"Kenapa?" tanya Lu Giok-yau.

Sahut istri Lou Jin cin, "Waktu datang Tiat-wi bocah itu ditemani seseorang demikian juga waktu ia pergi menggandeng seorang pula. Orang yang digandeng itu seorang perempuan cantik jelita, konon adalah putri bangsawan dari bangsa Mongol. Dia punya nama samaran bahasa Han yaitu In tiong yan. Ai kau tidak melihat jadi kau tidak tahu. Dirumah kami ini hubungan mereka begitu mesra begitu intim sekali, keluar masuk bersama, bak umpama bayangan mengikuti bentuknya, seolah-olah penganten baru saja."

"Bicara secara adil, menurut pandanganku mesti In tiong-yan itu cukup cantik, tapi bila dibanding dengan kau Toamoaycu, masih terpaut terlalu jauh. Ling Tiat wi bocah itu, ai, bicara soal ilmu silat memang lihay dan tinggi, sayang martabatnya terlalu rendah. Toamoaycu jangan kau menjadi sedih dan berduka bagi orang yang rendah budi dan tak mengenal kebaikan itu."

Bila Lu Giok yau hanya mendengar obrolan istri Lou Jin cin saja sudah tentu dia tidak akan mau percaya. Tapi apa yang dia dengar sekarang ternyata tepat dengan uraian Cin Liong hwi dan cerita Siau-seng cu, mau tidak mau ia harus percaya.

Dilain pihak Cin Liong hwi juga merasa terhibur dan senang setelah mendengar obrolan istri Lou Jin cin, timbrungnya : "Kalau Ling toako sudah pergi bersama In-tiong-yan, kami tidak akan dapat mengurungnya kembali. Nona Lu, terhitung kau sudah berbuat sekuat tenaga, batalkan saja niatmu semula. Besok pagi kita harus segera pulang kerumahmu."

"Lou ceng ku," kata Giok yau, "Orang yang bergebrak dengan kami tadi apakah benar orang Mongol ?"

"Keponakanku, kau hendak salahkan aku karena melayani tamu bangsa Mongol ? Ai, aku sendiri terpaksa menyambut kedatangan mereka. Kau tahu riwayat hidupku, dulu obyekku mengerjakan dagang tanpa modal (begal) seluruh harta benda hasil rampasanku di Tionggoan kebanyakan kujual keluar negeri melalui negeri Mongol. Maka aku bisa berkenalan dengan imam negeri Mongol yang bersama Liong siang Hoatong. Kali ini Liong siang Hoatong pimpin anak buahnya meluruk ke Tionggoan sini. Emangnya aku bukan tandingannya, pula betapapun aku harus memberi muka padanya terpaksa kuterima kedatangan mereka."

"Lou cengcu, bukan hal ini yang kumaksud," demikian kata Giok yau, sudah tentu ia tahu bahwa Lou Jin cin ini bukan orang baik baik maka tidaklah perlu dibuat heran bila dia punya hubungan kental dengan bangsa Mongol, yang ingin dia ketahui hanyalah keadaan Hong thian lui dan ln tiong yan sesungguhnya, maka iapun segan mencampuri urusan Lou Jin cin sendiri, jelas sekali dia kurang puas akan hasil yang dia ketahui sekarang.

''Ah, lalu apa maksud keponakan?" ujar Lou jin cin.

"Katamu Ling toako dan ln tiong yan kemaren sudah meninggalkan rumahmu kenapa masih ada orang Mongol yang tetap tinggal disini?" tanya Giok yau.

"Aku sendiri juga tidak tahu kemana hanya mereka berdua saja yang tinggal pergi," demikian sahut Lou Jin cin, lalu ia tertawa dibuat serta katanya pula, "Mungkin In tiong yan hanya ingin Hong thian lui seorang yang temani dia? Sebagai orang Tuan putri dari bangsa Mongol, bila dia hanya ingin pergi bersama Hong thian lui, sudah tentu Liong siang Hoatong tidak enak merintangi keinginannya."

Istri Lou Jin cin berlagak sedih, katanya menghela napas, "Lu toamaoycu kuharap kau tidak bersedih karena laki laki yang tidak kenal budi itu."

Merah muka Lu Giok yau katanya sungguh sungguh, "Harap Cengcu hujin jangan salah paham, Ling Tiat wi adalah tuan penolong keluarga kami, waktu dia meninggalkan rumah kami badannya sedang sakit, terpaksa aku harus mengejar kemari mencari tahu keadaannya saja."

Posting Komentar