"Maksudmu aku telah keracunan ?"
"Ya, mereka mencampurkan Siau-kut-san didalam air minuman. Sebelum aku berhasil mencuri obat pernunahnya, tak berani kuberitahu kepadamu."
"Ha, jadi kau curi obat pemunahnya ini ?"
"Benar kucuri dari kamar Liong-siang Hoa-tong. Sulit mencari kesempatan untuk mencuri obat ini diwaktu ia keluar dari kamarnya."
Hong-thian-lui menjadi kaget, katanya, "Bila konangan, bukankah kau akan kena perkara malah ?"
"Tak peduli lagi. Lekaslah kau telan obat ini, setelah tenagamu pulih, segera kau dapat meloloskan diri."
"Tidak, aku tidak bisa membuat kau kena rembet."
"Jangan bodoh kau, perkara sudah kebacut, obat sudah kucuri, apa kau minta aku menempuh bahaya mengembalikan obat penawar ini lagi ? Legakan, betapapun mereka tidak akan berani mempersukar diriku."
Hong-thian-lui percaya akan kata-katanya terakhir ini, katanya : "Kalau begitu mari kau ikut aku lari."
"Kenapa ? Jangan kau lupa, aku tuan putri dari Mongol."
Mendengar alasan ini Hong thian-lui menjadi tidak enak untuk membujuk, sesaat ia terlongong, lalu tanyanya : "Ada terjadi apakah diluar sana ?"
"Kedengarannya ada orang menyelundup masuk, tapi urusan sudah dapat dibereskan."
"Siapakah yang datang itu ?"
"Katanya dua orang muda mudi. Orang-orang Lou-keh-ceng semula mereka adalah pembunuh gelap, akhirnya baru diketahui bahwa mereka ternyata kenalan dari Cengcu. Sekarang mereka sedang dijamu oleh Ceng-cu, kesempatan ini bisa kaugunakan untuk lari."
"O, kawan Cengcu? tahukah kau siapa-siapa nama mereka ?"
"Kejadian ini cohaptoh yang memberitahu padaku, entahlah siapa nama mereka, Iebih baik kau jangan urus segala tetek bengek."
Perasaan Hong-thian-lui menjadi hambar sahutnya, "Tidak apa apa cuma tanya saja." namun dalam hati ia membatin : "Muda-mudi mungkinkah perempuan muda itu Giok-yau adanya ? Bila benar dia adanya, tentu yang lelaki itu adakah Khu Tay-seng ? Keluarga Lu bertetangga dalam dua daerah yang berlainan dengan keluarga Lou, tidak perlu heran bila Lou Jin cin kenal mereka. Atau mungkin memang dia adanya yang kemari untuk mencari kabar beritaku ? Ai... lebih baik aku tidak usah ribut memikirkan mereka, masa ada kejadian yang begitu kebetulan ? Selamanya ia jarang keluar pintu, mana dia bisa tahu bahwa aku disini mengalami kesukaran ?"
"Eeh, apa yang kau pikirkan ?" goda In-tiong yan.
Selamanya Hong thian-Iui belum pernah bohong namun bagaimana juga jalan pikiran ini tak enak diceritakan pada orang. Keruan merah jengah mukanya, akhirnya ia mengada-ngada, "Obatmu ini mujarab benar, tenagaku sudah pulih kembali. Nona In, aku menjadi tidak tahu cara bagaimana harus membalas bantuan besar yang kau berikan ini ?"
In tiong yan tertawa, katanya: "Jadi kau memikirkan hal itu. Kau adalah kawan Hek swan-hong, sudah semestinya aku bantu kau, cukup asal kelak kau ketemu Hek swan-hong sampaikan padanya bahwa Pinghoat itu sudah kuserahkan kepada Sip It-sian, bantuanmu ini akan kuanggap balas budi yang paling setimpal. Tenagamu sudah pulih lekaslah kau berangkat."
"Aku pasti laksanakan pesanmu. Baik, segera aku berangkat."
Setelah berada dipekarangan luar In-tiong-yan berbisik ditelinganya : "Malam ini giliran Cohaptoh yang jaga malam, baru saja ia berkelahi, melihat tiada kejadian lain, tentu sekarang sudah bermalas-malasan di-dalam kamarnya, legakan hatimu, kau boleh jalan lewat kebon belakang." kiranya watak Cohaptoh itu suka suka menangnya sendiri, ketus dan congkak dia harus bersemedi di-tempat yang sunyi untuk menghilangkan sisa racun yang mengeram dalam tubuhnya sudah tentu kejadian ini ia rahasiakan supaya tidak ditertawai orang, maka ia pun tidak mencari wakil untuk mengganti tugasnya.
"Aku pasti hati-hati silahkan kau kembali . . ." ujar Hong-thian-lui.
Tak duga baru saja ia sampai dikaki tembok, sebelum ia melompat naik tiba-tiba terdengar suara dingin menjengek dibelakangnya, "Tak mungkin lolos kau kembali saja !"
Sungguh kejut Hong thian-lui bukan kepalang. Ternyata orang itu bukan lain adalah Liong siang Hoatong yang ditakutinya itu.
Tampak Liong siang Hoatong berdiri tegak ditengah pekarangan tanpa bergerak atau memburu maju cukup kedua tangannya terangkat kedepan dan dari kejauhan jari jemarinya mencengkram, kontan Hong thian lui rasakan tubuhnya seperti ditarik orang dan tersedot mundur tanpa kuasa.