Seruling Samber Nyawa Chapter 77

NIC

Ancaman yang serius ini betul-betul menciutkan nyali orang, jangan kata turun tangan bergebrak, mengandal hawa dingin serta keadaan yang tegang menakutkan ini laksana di akhirat cukup menggetarkan nyali orang, yang bernyali kecil tanggung sudah pecah jantungnya dan mampus saking ketakutan.

Diam-diam Giok-Iiong kerahkan Lwekangnya, ujarnya dengan serius.

"Apa-apaan tindakan kalian!". Tiba-tiba suara mendengus tersiar dari hutan sebelah dalam sana, katanya.

"Lencana besi sebagai undangan. Tiada maksud jahat!"

Tanpa merasa Giok liong membuka telapak tangan melihat lencana besi itu, serunya lantang.

"siapa yang berkuasa di hutan ini, kenapa tidak keluar untuk bicara!"

"Pun-tong-cu hanya mendapat perintah untuk mengundang tuan, sebelum ada perintah dari majikan, tidak boleh bertemu muka. Silakan tuan pergi!"

Giok-liong menjadi heran, serunya lagi.

"Terima kasih akan undangan ini, lantas kemana aku harus pergi, tiga hari lagi aku harus kemana?"

"Bukankah diatas lencana itu sudah tertulis jelas, Tuan sendiri juga pernah kesana bukan, kenapa main tanya segala!"

"Aku pernah kesana ". akhirnya Giok-liong paham, dengan mendelong ia pandang lencana besi itu, serunya tertahan.

"Apakah majikan Hutan kematian?"

"Tidak salah! Majikan Hutan ....kematian . , ! "sepatah demi sepatah laksana guntur menggeleger kupandang keras sekali memekakkan telinga, seakan bicara diribuan Ii jauhnya tapi juga seperti di pinggir telinga. Hutan kematian merupakan suatu golongan yang paling misterius dan susah dijajagi, tidak diketahui sepak terjang mereka yang sebenarnya dari golongan mana pula aliran kepandaian mereka, maka sedikitpun Giok liong tidak berani berlaku gegabah. Terang-terangan aku telah diundang, betapapun aku harus menuju ke Hutan kematian untuk menyirapi kesana, baru dari sana mencari jejak Suhu, kalau tidak menanti pada bulan lima pada perjanjian bertemu di Gak-yang-lau kelak baru diatur lagi tindakan selanjutnya, perjalanan kali ini sekaligus dapat menyirapi kabar dari Wi-hin-ciang Liong Bun Liong Tay-hiap, entah kabar apa pula yang bisa diperolehnya, supaya kelak dapat mengatasi lebih sempurna demi kejayaan dan ketentraman hidup kaum persilatan. Karena pikirannya ini segera ia menyahut keras.

"Baik, dalam tiga hari ini aku pasti tiga disana!"

Sebelum kakinya bergerak tiba-tiba terdengar suara orang.

"Tunggu sebentar! "

Lalu beruntun muncul beberapa bayangan hitam. Kini yang muncul adalah delapan laki-laki yang mengenakan jubah abu-abu, dengan rambut panjang terurai juga, dengan kaku mereka berloncatan maju mendekat, Salah seorang diantaranya berkata dingin.

"Petugas Liong-tong, menghadap pada Tong-cu!"

Habis berkata delapan orang itu terentak menjura dalam kearah hutan kosong sebelah dalam sana. Sebuah suara menyahut dari dalam hutan sana.

"Silakan para petugas hukum, apakah Lim-cu (Majikan) ada pesan lain?"

Serentan kedelapan orang didepan hutan itu mengiakan. Salah seorang berseru lantang.

"Terima kasih akan perhatian Tong cu, kita beramai menggusur tawanan kemari untuk melaksanakan hukuman, harap Tong-cu suka saksikan dan buktikan."

Suara orang dalam hutan rada terkejut heran.

Terdengar tindakan berat berjalan keluar, tahu-tahu dihadapan mereka sudah berdiri seorang laki-laki yang tinggi tegap melebihi orang biasa, karena tidak mengenakan kedok jadi wajahnya bisa terlihat jelas.

Bentuk wajahnya bundar bersegi seperti wajah harimau, matanya berjengkit miring keatas, diatas jidatnya tumbuh secomot rambut putih yang diatur sedemikian rupa sehingga menyerupai huruf "Ong" ( Raja ).

Ini masih belum aneh yang lebih aneh, yang lebih mengejutkan lagi bahwa dari kedua ujung mulutnya tumbuh dua taring yang besar memutih.

Begitu mengunjukkan diri langsung orang ini bertekuk lutut menyembah seraya berseru lantang.

"Hou-tong Tongcu, hamba menerima perintah Congcu, Harap Tongcu kalian suka memberi petunjuk!"

Sebuah bayangan abu-abu melayang masuk dari luar, seorang laki-laki berambut merah bermuka hijau melayang tiba. Diatas jidatnya tumbuh jaling tunggal, Matanya berkilat tajam segera ia menjura kearah Hou-tong Tong cu yang berlutut itu, ujarnya.

"Perintah sudah disambut, Selain aturan biasa. Tong-cu silakan!"

Hou-tong Tong-cu bertanya dengan muka serius.

"Pesakitan siapakah sampai begitu penting digusur kemari untuk melaksanakan hukuman disini!"

Liong-tong Tong-cu yang berambut merah bermuka hijau itu terkekeh kekeh dingin, matanya melirik kearah Giok-liong, sahutnya.

"Pesakitan ini ada sangkut pautnya dengan Ma Siau-hiap ini. Betapa tepat perhitungan Lim cu, beliau tahu bahwa Ma Siau-hiap hari ini pasti akan lewat Hou-tong sini, maka segera diperintahkan aku membawa dua belas petugas hukum menggusur tawanan itu kemari !"

Terkesiap hati Giok-liong, selanya gugup! "Ada sangkut pautnya dengan aku. Siapakah dia?"

"Sebentar lagi kau akan tahu!"

Jengek Liong-tong Tong-cu.

Lalu tangannya bertepuk dua kali, kecuali delapan orang seragam abu-abu yang segera bergerak keempat penjuru mengepung Giok liong dari luar hutan sana berlari masuk lagi empat laki laki seragam abu-abu yang berambut panjang juga.

Keempat laki-laki seragam abu-abu yang baru masuk ini menggusur seorang tua renta, air muka yang kaku dan dingin pucat tanpa kelihatan berdarah.

Kedua tulang pundaknya berlubang ditembusi rantai panjang sebesar jari tangan, karena diseret maju sehingga jalannya sempoyongan, rantai panjang itupun berbunyi nyaring menyentuh tanah.

Beriring keempat laki-laki seragam abu-abu ini menggusur tawanannya kehadapan Liong-tong Tong-cu lalu menjura hormat.

"Hamba beramai menunggu perintah selanjutnya!"

Liong-tong Tong-cu manggut manggut, ujarnya.

"Harap Hou-tong Tong-cu memeriksa akan kebenaran tawanan ini!"

Houtong Tong-cu mengunjuk rasa heran dan penuh tanda tanya, katanya sambil mengerutkan alis.

"Bukankah dia seorang Goan-lo ( sesepuh ), petugas Lim-cu yang terdekat pembesar berjasa dalam pembukaan Hutan kematian ... ."

Tanpa menanti ia selesai bicara habis mendadak Liong-tong Tong-cu bergelak tertawa.

"Hahahaha...Tak heran Tong-cu kena diapusi. Lim-cu sendiri juga kena dikelabuhi selama puluhan tahun, siapa akan mau percayai Hahahaha!"

Tatkala itu Giok-liong berdiri mematung sambil menerawangi perubahan yang dilihatnya dihadapannya ini, saking asyik dan kesima mendengar ia sampai berdiri terlongong-longong. Terdengar Liong-tong Tong cu menghardik keras dengan bengis.

"Lucuti kepalsuannya supaya Houtong Tong cu memeriksa sendiri."

"Hamba terima perintah,"

Empat laki-laki seragam abu-abu itu mengiakan bersama.

Lalu beramai-ramai bergegas mereka menekan si orang tua tawanannya itu diatas tanah, salah seorang menggosok dan menepuk diatas mukanya, seorang lagi menarik narik dipunggung dengan sekuatnya, sedang dua orang lainnya masing masing menarik kedua lengannya."

"Hah!"

Tak tertahan Giok liong berseru terkejut. Liong tong Tong cu berkata kan, ujarnya.

"Nah, begitu lebih tepat lagi, Hanya dengar seruan kejut Ma Siau-hiap ini, merupakan bukti yang paling nyata!"

Sementara itu Houtong Tong'Cu juga tengah kesima sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatel tanyanya melongo.

"Siapa dia?"

"Delapan puluh tahan yang lalu,"

Terdengar Liong-tong Tong-cu berseru lantang.

"Seorang Tay-biap yang sudah menggetarkan dunia persilatan Wi-hian-ciang Liong Bun, bukan lain adalah tawanan kita ini!"

Dalam pada itu Giok-liong sudah tak kuat mengendalikan keharuan hatinya serunya mendebat.

"Apa hubungannya orang ini dengan aku?"

Liong-tong Tong cu tertawa ewa ujarnya.

"Dalam hal ini Lim cu ada memberi pesan supaya aku tidak membuka banyak mulut. Dipersilatan dalam jangka tiga hari ini Siau-hiap datang kesekte kita, nanti aku tentu akan mengiringimu setelah menghadap Lim-cu, tentu segalanya dapat dibikin jelas!"

"Apa yang akan kalian perbuat akan diri Liong Tay-hiap ini?"

"Lwekang dan kepandaian silatnya sudah dipunahkan, kita beramai tak lain hanya melaksanakan tugas melalui... Bahwasannya ini bukan urusan yang sangat penting!"

Memang sorot pandangan Wi-hian-ciang Liong Bun sangat redup tanpa bersinar dari wajahnya yang pucat pasi itu menandakan bahwa Lwekangnya memang sudah punah, bentuknya menyerupai tengkorak hidup yang mengalami penuh penderitaan.

Akan tetapi, apakah Giok-liong harus diam saja melihat seorang pendekar besar pada jamannya dulu yang sudah tenar puluhan tahun meninggal begitu saja, saking haru dan pedih badan sendiri sampai gemetar.

"Siau hiap harap berpikir kembali sebelum bertindak l"

Serentak delapan laki laki seragam abu-abu berkelebatan masing masing menggerakkan lengan tangannya, serempak mereka berseru hormat meski belum turun tangan secara kenyataan kepungan mereka ini sangat rapat sulit ditembus.

Untuk menerjang keluar meski tidak sukar, sedikitnya juga harus memeras keringat.

Sambil mengerut kening segera Giok-liong berteriak.

"Hai, kalian jangan berlaku ceroboh, tunda dulu pelaksanaannya setelah aku bertemu langsung dengan Lim-cu kalian !"

"Lain urusan lain perkaranya, Maaf Pun-tong tak dapat mengabulkan permintaan mu ini !"

"Kalau kalian tidak melepas Liong Bun, maka akupun tidak sudi menemui Lim-cu kalian."

"Itu kan urusan Ma Siau-hiap sendiri, nanti Limcu tentu dapat mengatur sendiri, jangan persoalan itu dicampur baurkan dengan pelaksanaan hukum ini !"

Saat mana Houtong Tong-cu sudah mengulapkan tangan memberi aba aba kepada dua belas laki-laki berambut panjang ber-seragam hitam, serunya.

"Sambut tugas ini dan siapkan melaksanakan hukuman."

Empat orang seragam hitam maju menggantikan kedudukan empat seragam abu-abu yang menggusur Liong Bun tadi, Keempat seragam abu-abu itu lantas meloncat mundur ikut mengepung Giok liong diluar batas tiga tombak jauhnya.

Dua belas pelaksana hukum berseragam abu-abu ini siap waspada tanpa mengeluarkan suara atau sembarangan bergerak, tenaga sudah dihimpun dengan pandangan mata yang berkilat menatap tajam kearah Giok-liong tanpa berkedip.

Giok-Iioug semakin gelisah seperti dibakar hardiknya menggerung .

"Lekas lepaskan Liong Tay-hiap, mari kita bicarakan lagi urusan ini !"

Liong-tong Tong-cu memberi salam kepada Houtong Tongcu serta katanya.

"Tugas ini sudah kami serahkan, seluruh tanggung jawab dan pelaksanaannya terserah kepada seksi kalian."

Lalu ia melangkah maju beberapa tindak, katanya kepada Giok-liong.

Posting Komentar