Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 73

NIC

"Ji-wi Ciang-kun (Saudara Perwira Berdua), inilah saatnya kita semua mengetahui hal sebenarnya tentang Kim Cui Hong. Kalau benar-benar kita keliru me musuhinya dan ji-wi salah tangkap, sungguh kami berlima juga merasa bersalah karena kami pernah pula me mbantu ji-wi me musuhinya. Mari kita mene muinya dan mencegah tiga orang itu menyiksanya."

Dua orang perwira yang sudah mulai merasa menyesal dan meragu akan urusan yang menyangkut Kim Cui Hong, menurut saja dan mereka semua, yaitu Liong-san Ngo-eng, Su Lok Bu, Cia Kok Han, dan Tan Siong pergi menuju ke gedung tempat tinggal Pui Ki Cong.

Ketika delapan orang itu tiba di gedung itu, para pelayan yang sudah mengenal Su Lok Bu dan Cia Kok Han karena dua orang perwira itu pernah datang mengantarkan gadis tawanan, tidak mencegah mereka sungguhpun mereka terkejut dan juga takut sekali.

Mendengar suara orang-orang datang di gedung itu, Bong Can dan Bong Lim yang ditugasi menjaga Kim Cui Hong yang kini telah dipindahkan di atas sebuah dipan dan terikat kaki tangannya, segera meninggalkan ruangan itu dan keluar. Mereka melihat delapan orang perwira dan sudah mengenai Su Lok Bu dan Cia Kok Han yang tadi datang mengantarkan gadis tawanan itu. Ketika mereka me lihat Tan Siong di antara delapan orang itu, Bong Can dan Bong Lim terkejut dan girang.

"Tan-suheng...!" kata mereka sambil maju meng ha mpir i. Biarpun Bong Can tiga tahun lebih tua daripada Tan Siong, namun dalam perguruan Kun-lun-pai Tan Siong merupakan suheng (Kakak Seperguruan) karena tingkatnya lebih tinggi. Dua orang kakak beradik ini a mat mengagu mi Tan Siong yang telah mengharu mkan na ma Kun-lun-pai dengan sepak terjangnya sebagai seorang pendekar budiman yang gagah perkasa.

"Eh? Kalian berdua berada di sini, Sute? Apakah kalian bekerja kepada Pui Ki Cong itu?" tanya Tan Siong dengan a lis berkerut, heran dan tidak senang.

Wajah kakak beradik Bong itu berubah merah. Mereka me mang akhir-akhir ini merasa curiga kepada majikan mereka, terutama melihat sikap Lauw Ti dan kecurigaan mereka se ma kin hebat ketika mereka me lihat Kim Cui Hong menjad i tawanan di situ. Mereka melihat sikap yang gagah perkasa dari gadis itu, sebaliknya mereka melihat sikap yang keras dan penuh kebencian dari t iga orang penghuni gedung.

"Mengapa, Suheng?" Bong Lim bertanya. "Salahkah kami kalau bekerja di sini, sebagai pengawal Pui Kongcu yang cacat dan le mah itu?"

"Hemm, mereka itu orang-orang jahat, Sute." Tan Siong lalu mencer itakan se mua perbuatan mereka terhadap Kim Cui Hong. Mendengar ini, Bong Can dan Bong Lim merasa menyesal sekali.

"Ah, kami pun sudah curiga ketika melihat gadis tawanan itu. Kalau begitu, mar i kita te mui Nona Kim." kata Bong Can.

Bong Can dan Eong Lim menjadi penunjuk jalan, mereka langsung menuju ke ruangan di mana Kim Cui Hong ditahan. Mereka berdelapan melihat gadis itu dibelenggu di atas sebuah dipan. Kaki tangannya terikat dan bajunya terkoyak, hanya mengenakan pakaian dalam. Akan tetapi gadis itu tampak tenang dan me lihat keadaannya, agaknya dia tidak diganggu, mungkin hanya dicaci-maki saja. Akan tetapi me lihat kedatangan orang-orang itu, Cui Hong terbelalak, apalagi ketika melihat munculnya Tan Siong bersa ma mereka. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa pe muda itu datang bersama orang-orang yang berpakaian perwira itu. Bahkan Tan Siong juga mengenakan pakaian perwira! "Hong-mo i....!!" kata Tan Siong dan suaranya mengandung kekhawatiran.

"Siong-ko, mengapa engkau datang bersama mereka yang me musuhi aku?" Cui Hong bertanya ketika ia mengena i tujuh orang itu sebagai perwira-perwira yang pernah menyerang Li Cu Seng yang dibantunya karena ia melihat saudara sepupunya, Kim Lan Hwa, terancam bahaya. "Jangan engkau menca mpuri urusanku, Siong-ko, agar engkau tidak dianggap jahat. Biarkan mereka me mbunuhku, aku t idak takut mati!"

"Hong-mo i " Tan Siong berkata terharu.

"Nona Kim Cui Hong, kami sudah mendengar akan riwayatmu. Akan tetapi sebelum kami me mutus kan apakah engkau ini kawan ataukah lawan, katakan kepada kami mengapa engkau me mbela Pe mberontak Li Cu Seng. Apakah engkau menjadi anggauta pe mberontak, anak buah Li Cu Seng?" tanya Su Lok Bu dan tujuh orang perwira itu menatap wajah Kim Cui Hong dengan tajam penuh selidik.

"Hemm, siapa me mbantu Li Cu Seng? Aku tidak peduli akan semua perebutan kekuasaan antara sesama bangsa ini!" jawab Kim Cui Hong.

"Akan tetapi, Nona Kim Cui Hong, mengapa ketika pasukan menyerang Li Cu Seng, engkau me mbantunya?" tanya pula Cia Kok Han, penasaran.

"Bukan Li Cu Seng yang kubantu, melainkan Enci Kim Lan Hwa. Selir Panglima Bu Sam Kwi itu adalah Kakak sepupuku. Ia terancam, tentu saja aku me mbantunya. Sekarang terserah, kalian sudah menyerahkan aku kepada iblis-iblis itu. Aku tidak minta dikasihani!"

Tiba-tiba terdengar suara bergedebugan di luar ruangan itu, disusul jeritan-jeritan kesakitan. Delapan orang itu terkejut dan mereka cepat berlari keluar dari ruangan itu. Suara gaduh itu datang dari ruangan dalam. Ketika tiba di luar ruangan mereka melihat beberapa orang pelayan berlarian keluar ketakutan dan terdengar suara cambuk meledak-ledak, disusul suara tawa bergelak. Mereka cepat menuju ke ruangan itu dan mereka melihat pe mandangan yang mengerikan.

Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun terkapar di atas lantai. Kursi- kursi roda mereka berantakan dan tubuh kedua orang itu hancur tersayat-sayat. Muka mereka hancur, bahkan perut Koo Cai Sun yang gendut itu terkoyak sehingga isi perutnya berhamburan. Darah me mbanjir mengerikan.

Lauw Ti berdiri dengan senjata cambuknya di tangan. Senjata cambuk ini berwarna hitam, ujungnya dipasangi kaitan baja dan cambuk ini yang menghancurkan tubuh kedua orang itu. Lauw Ti mas ih terus menghanta mkan ca mbuknya pada dua tubuh rekannya yang sudah hancur itu, sambil tertawa bergelak dan dia berloncatan dengan sebelah kakinya, lengan kirinya yang buntung bergerak-gerak seperti menari dan yang kanan mengayunkan dan me mukulkan ca mbuknya sekuat tenaga sehingga terdengar bunyi meledak-ledak dan ta mpak daging dan darah muncrat berha mburan!

"Ha-ha-ha, siapa berani melarangku? Ha-ha-ha, aku akan me mper kosa Kim Cui Hong sepuasku, baru akan kusayat-sayat dagingnya sedikit de mi sedikit sampai ia lebih cacat daripada aku. Kalian menghalangiku, harus ma mpus!" Lauw Ti tertawa- tawa dan memaki- maki. Kemudian dia melompat-lo mpat dengan sebelah kaki men uju ke ruangan di mana Kim Cui Hong terikat di atas dipan. Dia seolah tidak melihat adanya sepuluh orang yang muncul itu dan me lewati mereka begitu saja. Sepuluh orang itu melihat betapa mata Lauw Ti berputaran, dan segala gerak-geriknya jelas menunjukkan bahwa dia benar-benar menjadi iblis, bukan saja wajahnya me lainkan juga p ikirannya. Tidak waras dan telah kemasukan iblis.

Sepuluh orang itu meng ikut inya, hendak melihat apa yang akan dilakukan Lauw Ti yang kumat gilanya itu. Keadaannya benar-benar menyeramkan. Muka yang menyeramkan itu, juga kedua tangan dan pakaiannya bagian depan, berlepotan darah!

Posting Komentar