Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 71

NIC

"Heh-heh, bukan begitu, Pui Kongcu. Aku tadi mendengar suara Kim Cui Hong ini demikian penuh penyesalan setelah ia me lihat betapa mengerikan keadaan kita akibat penyiksaannya yang kejam dan buas seperti iblis. Nah, kalau ia mati berarti ia akan berhenti menderita batin teringat akan kekejamannya yang tak mengenal batas. Kalau ia disiksa seperti yang dikehendaki Lauw Ti, ia pun akan merasa sudah terbayar perbuatannya yang di luar prikemanus iaan itu. Maka, kita bebaskan ia dan biarkan ia hidup agar sela ma hidupnya ia akan selalu me mbayangkan wajah kita dan disiksa oleh penyesalan yang akan me mbuat batinnya menderita selamanya!"

Mendengar ini, Cui Hong me meja mkan kedua matanya dan berkata lirih. "Kalian bunuh saja aku... bunuh saja aku..." suara tergetar karena ia benar-benar merasa menyesal. Ia me mbayangkan pula apa yang terjadi dengan keluarga tiga orang itu, betapa mereka itu, anak isteri mereka, ikut pula mender ita karena keadaan suami mereka. Dan semua ini terjadi karena ia terlalu menurut i nafsu mendenda m yang me mbuat ia sekejam iblis!

"Tan-twako..." hatinya mengeluh, teringat akan Tan Siong yang dulu pernah me mper ingatkan dan menasehatinya bahwa dendam itu akan me mbakar dirinya sendiri, akan mengakibatkan penderitaan dalam batinnya sendiri karena nafsu dendam mendorong orang untuk melakukan kekejaman agar me muas kan denda mnya.

Dan kini, hanya penyesalan mendalam yang ia rasakan, me lihat wajah tiga orang seperti itu.

Mendengar ucapan Koo Cai Sun yang disusul keluhan Kim Cui Hong yang minta dibunuh, Pui Kongcu men gangguk- angguk. "Hemm, ada benarnya juga pendapatmu, Koo Cai Sun. Akan tetapi, biarlah hal ini kupikirkan dulu sampai besok. Akan kua mbil keputusan besok."

"Can-ko (Kakak Can) dan Lim-te (Adik Lim), kalian berdua jagalah tawanan ini, jangan sampai ia terlepas. Kami hendak mengaso dulu dan besok akan kua mbil keputusan apa yang akan kulakukan dengan Kim Cui Hong." "Baik, Kongcu. Jangan khawatir, kami akan menjaganya." kata dua orang kakak beradik Bong itu. Tiga orang itu lalu me mutar roda kursi mereka dengan tangan dan kursi-kursi itu mengge linding me masuki bagian dalam gedung melalui pintu sebelah dalam yang dibuka pelayan dan kursi roda Pui Kl Cong lalu didorong o leh seorang pelayan. Mereka menuju ke ka mar masing-masing untuk beristirahat karena pertemuan dengan wanita yang me mbuat mereka kini me njadi seperti hantu itu sungguh mendatangkan ketegangan luar biasa dalam hati mereka sehingga me mbuat tubuh mere ka yang kini a mat le mah itu menjadi le mas.

Bong Can dan Bong Lim kini duduk di atas dua buah bangku, agak jauh dari Cui Hong akan tetapi waspada menga mati gerak-gerik wanita itu. Dia m-dia m dua orang murid Kun-lun-pai ini merasa iba kepada gadis itu. Akan tetapi mereka sudah mendengar bahwa wanita cantik ini yang telah menyiksa Pui Ki Cong dan dua orang bekas pengawalnya sehingga mereka pun mendapatkan kesan buruk atas diri Cui Hong. Mereka berdua menganggap Cui Hong seorang wanita yang teramat kejam, karena Pui Ki Cong tidak pernah me mber itahu kepadanya mengapa Cui Hong bertindak sekejam itu kepada mereka bertiga. Kini mereka melihat betapa Cui Hong me meja mkan mata, tubuhnya lunglai dan jelas gadis itu mengendurkan se mua urat syarafnya, bernapas dengan panjang dan teratur.

Mereka berdua merasa kagum juga. Mereka mengenal cara mengatur pernapasan yang dilakukan gadis itu untuk mengumpulkan hawa murni dan dalam keadaan seperti itu, selain dapat menghimpun kemba li tenaganya, gadis itu pun dapat beristirahat menghilang kan se mua kelelahan. Biarpun dalam keadaan terbelenggu kaki tangannya dan terikat pada ti-hang, namun ternyata Cui Hong tetap tenang bahkan dapat me lakukan siu-lian (sa madhi) dan mengatur pernapasan dengan santai dan baik. O0dwoO

Su Lok Bu dan Cia Kok Han duduk di ruangan depan rumah penginapan para pendekar yang mendukung Kerajaan Beng untuk meng hadapi pe mberontak, berhadapan dengan Tung Ok. Pagi itu dua orang perwira ini sudah mengadakan pembicaraan dengan Tung Ok dan mere ka meray akan keberhasilan mereka menangkap Cui Hong yang dianggap wanita iblis jahat. Kalau Su Lok Bu dan Cia Kok Han merasa gembira karena mereka telah menolong tiga orang yang mender ita hebat itu dan menangkap seorang wanita iblis yang amat kejam dan berbahaya bagi masyarakat, Tung Ok gembira karena janji yang diberikan Pui Ki Cong untuk menghad iahkan setengah dari kekayaannya kepada orang yang dapat menangkap Kim Cui Hong, dan yang berhasil menang kap gadis perkasa itu adalah dia, dibantu delapan orang anak buahnya!

Sambil minum arak dan men ikmat i makanan kecil, dua orang perwira itu menceritakan kepada Tung Ok akan kekeja man yang dilakukan Kim Cui Hong kepada Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti yang kini menjadi tengkorak- tengkorak hidup dan selalu mengurung diri dalam gedung yang disediakan untuk mereka oleh keluarga Pui Ki Cong. Bahkan sela ma di kota raja, Tung Ok sendiri belum pernah me lihat mereka.

"Ha-ha-ha-ha, aku akan me miliki sebuah gedung yang lengkap dan mewah, dan akan mengumpulkan sedikitnya lima orang isteri! Tinggal menanti imbalan jasa berupa pangkat yang tinggi dan lengkaplah sudah apa yang kucitakan, ha-ha- ha!"

Su Lok Bu dan Cia Kok Han saling lirik dan mereka mengerutkan alisnya. Timbul perasaan tidak puas dalam hati mereka. Mereka adalah murid Siauw-lim-pai dan murid Bu- tong-pai yang merasa diri mereka pendekar, dan sekarang mereka terpaksa bekerja sa ma dengan orang seperti Tung Ok yang jelas melihat sikap dan mendengar ucapannya adalah seorang datuk sesat yang hanya me mentingkan harta dan pangkat, sama sekali bukan ingin me mbe la negara sebagai seorang pahlawan.

Su Lok Bu dan Cia Kok Han me ma ng bukan golongan pendekar yang bijaksana, na mun mereka bukan orang jahat dan perguruan mereka mengajarkan watak pendekar yang menentang kejahatan dan berjiwa pahlawan pe mbela negara dan bangsa. Mereka maklum bahwa sebagai manusia, mereka harus me merangi nafsu mereka sendiri. Mereka maklum bahwa yang me mbuat man usia lupa diri, bahkan me mbuat seorang yang tadinya berwatak pendekar dapat menjadi le mah dan jatuh ke dalam kesesatan, adalah nafsu sendiri, nafsu yang selalu mengejar kesenangan dan yang paling kuat adalah kesenangan yang didapatkan melalui tiga hal. Pertama adalah kedudukan atau kekuasaan, ke dua adalah harta benda, dan ke tiga adalah wanita. Tiga hal inilah yang meruntuh kan hati seorang laki-laki kalau dia t idak me miliki batin yang kuat. Dan kini mere ka melihat Tung Ok adalah orang yang seperti itu, yakni hanya mementingkan tiga hal itu. Mereka merasa kecewa sekali dan dia m-dia m merasa muak bahwa mereka harus bekerja sa ma dengan orang seperti itu dalam perjuangan me mbela Kerajaan Beng.

Enam orang berjalan mengha mpiri ruangan depan itu. Tung Ok yang berwatak angkuh me mandang acuh tak acuh ketika mengena l bahwa yang datang adalah Liong-san Ngo- eng dan seorang laki-la ki muda. Tung Ok me mang me mandang rendah para pendekar, apalagi yang masih muda. Dia tidak melihat mereka lagi dan melanjutkan minum araknya.

Akan tetapi Su Lok Bu dan Cia Kok Han segera tersenyum ketika melihat Liong-san Ngo-eng yang menjadi sahabat mereka. Lima pendekar Liong-san itu adalah murid-murid Liong-san-pai yang gagah. Mereka seringkali bekerja sama dengan Su Lok Bu dan Cia Kok Han, bahkan ketika hendak menang kap Li Cu Seng mereka juga bekerja sama.

"Ah, Ngo-wi Eng-hiong (Lima Pendekar), silakan duduk dan mari minum bersama kami!" kata Su Lok Bu ramah.

"Terima kasih, Su-ciangkun!" kata Thio Ki, orang pertama dan tertua dari Liong-san Ngo-eng. "Ka mi hanya ingin mengundang Ji-wi ciangkun (Perwira berdua) me mbicarakan urusan penting."

Tiba-tiba Cia Kok Han menyentuh lengan Su Lok Bu dan dia me mandang kepada laki-laki muda yang gagah perkasa itu. Su Lok Bu juga me mandang dan mereka berdua segera mengenalnya. Tan Siong! Pe muda berusia sekitar tiga puluh dua tahun itu adalah Tan Siong, pemuda yang pernah me mbe la Kim Cui Hong dan me miliki ilmu silat Kun-lun-pai yang lihai.

"Saudara ini.... siapakah?" tanya Su Lok Bu kepada Thio Ki. "Ini Saudara Tan Siong, seorang sukarelawan baru yag

sudah diterima Jenderal Ciong. Kami berlima sudah la ma mengenal dia sebagai seorang pendekar Kun-lun-pai yang budiman dan bijaksana. Justru kami ingin bicara dengan ji-wi bersama Tan-enghiong (Pendekar Tan)."

Su Lok Bu dan Cia Kok Han saling pandang dan melihat sikap mereka itu, Tan Siong lalu berkata dengan suara lembut. "Paman berdua tentu masih ingat kepada saya. Saya ingin me mbicarakan sesuatu yang penting kepada ji-wi."

Su Lok Bu la lu berkata kepada Tung Ok. "Lo-cian-pwe, maafkan kami. Kami me mpunyai urusan penting dengan Saudara-saudara ini. Terpaksa kami me ninggalkan Lo-cian- pwe minu m seorang diri." Dengan sikap angkuh kakek itu berkata. "Pergilah, aku pun tidak ingin diganggu orang-orang muda!" Dan dia kembali minum arak dari cawannya. Su Lok Bu dan Cia Kok Han lalu meng ikut i Liong-san Ngo- eng dan Tan Siong me masu ki ta man di sebelah kiri gedung itu. Di ta man yang cukup luas ini terdapat sebuah beranda di mana terdapat bangku-bangku untuk beristirahat. Delapan orang itu lalu duduk di atas bangku mengelilingi sebuah meja. Mereka tidak khawatir akan ada orang lain mendengarkan percakapan mereka karena dari beranda yang terbuka itu mereka dapat melihat ke sekeliling sehingga tidak mungkin ada orang mendekati beranda itu tanpa mereka ketahui. Setelah delapan orang itu menga mbil te mpat duduk, Su Lok Bu yang sejak tadi menahan rasa penasarannya, berkata kepada Tan Siong.

"Engkau Tan Siong murid Kun-lun-pai yang dulu me mbantu Iblis Betina Kim Cui Hong itu, bukan? Hemm, biarpun sekarang kita sa ma-sa ma hendak me mbela kerajaan dan menjad i pe mbantu Jenderal Ciong, namun kami kira tidak ada urusan apa pun di antara kita." Suaranya agak kasar karena dia me mang merasa penasaran kepada Tan Siong yang dianggap sesat karena dulu me mbantu gadis jahat dan kejam itu.

"Maaf, Paman Su Lok Bu dan Paman Cia Kok Han. Saya kira dahulu itu kita saling bertentangan hanya karena salah pengertian saja. Bagaimanapun juga, ji-wi (kalian berdua) adalah murid Siauw-lim-pai dan murid Bu-tong-pai dan saya sendiri adalah murid Kun-lun-pai. Saya merasa yakin bahwa perguruan kita bertiga selalu mengajarkan kepada kita untuk bertindak sebagai pendekar yang me mbe la kebenaran dan keadilan. Maka, bentrokan antara kita dahulu itu tentu karena salah paha m."

"Hemm, bagaimana mungkin salah paha m? Engkau dahulu me mbe la Kim Cui Hong, iblis betina yang a mat kejam dan jahat!" bentak Cia Kok Han dengan penasaran. "Apalagi yang hendak dibicarakan?" "Paman, saya ingin me mbicarakan dengan ji-wi tentang Nona Kim Cui Hong yang ji-wi tawan." kata Tan Siong.

Su Lok Bu mengerutkan alisnya dan me mandang marah. "Engkau mau apa sekarang? Masih hendak me mbela perempuan kejam itu? Tan Siong, kalau benar-benar engkau seorang pendekar Kun-lun-pai, apakah engkau tidak melihat kenyataan ataukah karena engkau tergila-gila akan kecantikan Kim Cui Hong maka engkau hendak me mbelanya mati- matian? Engkau tidak tahu kekeja man apa yang telah dilakukan iblis betina itu terhadap Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti? Tiga orang itu ia siksa sehingga kini mereka itu hidup bukan mati pun t idak. Mereka men jadi seperti tengkorak-tengkorak hidup dan tidak berani me mper lihatkan diri kepada orang lain yang tentu akan merasa ngeri dan jijik. Kami me mang telah menang kap Iblis Betina yang amat kejam itu dan kami menyerahkannya kepada mereka bertiga. Kalau engkau kini masih hendak me mbelanya, berarti engkau juga seorang pendekar yang menyeleweng dan sesat!"

Melihat Su Lok Bu menjadi marah, Thio Ki, orang pertama dari Liong-san Ngo-eng la lu berkata menyabarkan. "Su- ciangkun, harap tenang dan suka bersabar. Kami berlima mengenal betul j i-wi ciang- kun (perwira berdua) yang berjiwa pahlawan dan pendekar, dan kami juga sudah la ma mengenal Tan-enghiong sebagai seorang pendekar gagah perkasa dan budiman. Ji-wi ciangkun adalah murid-murid Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai sedangkan Tan-enghiong adalah murid Kun- lun-pai. Tiga perguruan dan aliran silat yang terkenal me miliki murid-murid pendekar. Kami tidak me mbela Tan-enghiong, hanya ingin me mbikin terang persoalan di antara kalian. Karena Itu kami mohon sukalah ji-wi ciang- kun mendengarkan dulu penjelasan yang akan diberikan Tan-enghiong,"

Cia Kok Han kini bicara. "Baiklah! Penjelasan apa lagi yang hendak diberikan kepada kami? Bicaralah" Dia me mandang kepada Tan Siong dengan sinar mata tajam penuh se lidik. Su Lok Bu juga mengangguk, tanda menyetujui ucapan rekannya.

"Paman Su Lok Bu dan Pa man Cia Kok Han, harap maafkan saya. Sama sekali saya tidak ingin me mbela Kim Cui Hong secara me mbuta. Dahulu saya sudah mencoba untuk mencegah dan menegurnya, namun sia-sia. Sekarang saya ingin bertanya, apakah ji-wi (kalian berdua) mengetahui mengapa Kim Cui Hong bertindak sede mikian kejamnya terhadap tiga orang itu?"

Posting Komentar