"Toanio terlibat dengan para pe mberontak, harap tidak men inggalkan kereta." katanya.
Kim Lan Hwa terpaksa duduk kembali. Kini, wanita bangsawan ini tidak dapat lagi menggunakan gertakan karena keadaan Li Cu Seng sudah ketahuan dan ini berarti bahwa ia me mpunyai hubungan dengan pimpinan pe mberontakan itu!
Tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu seorang gadis cantik sudah berdiri dekat kereta.
"Enci Kim Lan Hwa, jangan khawatir, aku datang me lindungimu!"
Kim Lan Hwa terbelalak me mandang gadis itu dan ia berseru girang. "Cui Hong!"
Perwira tua yang tadi menodongkan pedangnya, kini me mba lik dan menyerang Cui Hong dengan pedangnya. Akan tetapi Cui Hong yang hanya memegang sebatang ranting, dengan mudah menge lak dan sekali ranting itu berkelebat, jalan darah di pundak perwira itu telah tertotok, sehingga lengan kanannya lumpuh dan pedangnya terlepas dari pegangan. Kaki kir i Cui Hong menendang.
"Bukk...!" Perut perwira itu tertendang sehingga tubuhnya terpental dan dia roboh pingsan!
"Adik Cui Hong, cepat engkau bantu mereka!" Kini Kim Lan Hwa menunjuk ke arah Li Cu Seng yang masih kerepotan dikeroyok lima orang itu. Sedangkan dua orang pembantunya, Gu Kam dan Giam Tit, juga masih bertanding seru dengan lawan masing-masing. Kim Lan Hwa tadi segera mengenal Kim Cui Hong, puteri pamannya. Ia sudah mendengar tentang nasib Cui Hong yang malang dan sudah me ndengar pula betapa kini Cui Hong menjadi seorang wanita yang tinggi sekali ilmu silatnya sehingga mereka yang menjadi musuh- musuhnya, yang membunuh ayah dan suhengnya, yang me mper kosa dan menghinanya, semua telah dihukumnya secara mengerikan. Karena yang disiksanya itu putera jaksa tinggi dan orang-orangnya, maka tentu saja Kim Cui Hong menjad i orang buruan pemerintah. Tentu saja yang me mburunya adalah para penjahat yang menjadi kawan- kawan pe mbesar itu. Maka, kemunculan Cui Hong yang lihai itu menggirangkan hati Kim Lan Hwa.
Seperti kita ketahui, secara kebetulan pada siang hari itu Cui Hong sedang berjalan menuju kota raja untuk mengunjungi saudara sepupunya, yaitu Kim Lan Hwa. Sama sekali tidak disangkanya ia akan bertemu dengan wanita itu di dekat hutan. Melihat perkelahian itu, tadinya ia ragu karena ia tidak tahu akan urusannya. Akan tetapi ketika mengenali Su Lok Bu dan Cia Kok Han yang dulu pemah menjad i jagoan Tuan Muda Pui Ki Cong, ia t idak ragu lagi harus me mbantu pihak mana. Sudah pasti pihak dua orang bekas kaki tangan Pui Ki Cong itu yang tidak benar. Juga melihat Kim Lan Hwa yang duduk di kereta ditodong seorang perwira, ia cepat turun tangan me mbereskan perwira itu. Setelah Kim Lan Hwa minta kepadanya untuk me mbantu, Cui Hong kemba li meragu. Siapa yang harus dibantunya? Jangan-jangan dua orang bekas anak buah Pui Kongcu itu berada di pihak Kim Lan Hwa. Saudara sepupunya ini adalah isteri seorang panglima, ma ka tidak aneh kalau dua orang itu kini menjad i pengawalnya.
"Enci Lan Hwa, siapa yang harus kubantu? Perwira itukah?" tanyanya ragu.
"Bukan! Merekalah yang hendak menangkap a ku. Bantulah tiga orang pendekar itu!"
Pada saat itu, Su Lok Bu menge luarkan bunyi siulian nyaring dan bermuncul- lanlah dua losin perajurit! Tadinya, dia me mandar rendah tiga orang itu dan merasa yakin akan dapat menga lahkan mere ka. Akan tetapi setelah mendapat kenyataan betapa lihainya mereka, dan melihat pula munculnya seorang gadis cantik me megang ranting yang me mbuat wajahnya pucat dan jantungnya berdebar, dia cepat me mber i isarat me manggil pasukannya yang tadi sudah siap menanti perintah ini. Su Lok Bu mengenal Kim Cui Hong! Juga Cia Kok Han mengenalnya sehingga dua orang ini menjadi jerih sekali karena mereka ma klum betapa lihainya gadis itu.
Cui Hong sudah menerjang dengan rantingnya. Ia melihat betapa seorang di antara tiga pendekar yang dikeroyokitu kewalahan menghadapi barisan pedang lima orang yang lihai. Ia menyerang dan karena ia menyerang dari luar kepungan, tentu saja yang diserangnya me mba lik untuk me mbela diri dan kepungan itu menjadi kacau. Melihat kehebatan gerakan ranting di tangan Cui Hong, dua orang dari lima anggauta kia m-tin itu terpaksa menghadapinya sehingga Li Cu Seng hanya dikeroyok oleh tiga orang. Tentu saja hal ini me mbuat dia tidak terdesak lagi.
Barisan pedang itu berusaha untuk me ma ncing Cui Hong ke dalam kepungan. Biarpu n ada dua orang, kalau keduanya dapat mereka kepung dalam barisan pedang mereka, tentu mereka berlima dapat mendesak dan mengalahkannya. Akan tetapi Cui Hong tidak dapat dipancing. Ia tetap saja bergerak di luar kepungan dan Li Seng bergerak di dalam kepungan.
Akan tetapi, tidak terlalu la ma Li Cu Seng dan Kim Cui Hong me mbuat lima orang Liong-san Ngo-eng terdesak karena Su Lok Bu telah men iup peluitnya dan dua losin perajurit itu datang menyerbu. Segera empat orang itu, Li Cu Seng, Kim Cui Hong, Cu Kam, dan Ciam Tit menghadapi pengeroyokan banyak orang. Tujuh jagoan ditambah dua puluh e mpat orang perajurit. Orang yang tadi dirobohkan Cui Hong mas ih belum dapat ikut mengeroyok.
Melihat e mpat orang itu dikeroyok de mikian banyak perajurit, Kim Lan Hwa menjad i khawatir sekali. Kalau mereka itu roboh, ia sendiri tentu akan ditangkap dan dituduh bersekutu dengan para pimpinan pe mberontak!
Sementara itu, Su Lok Bu dan Cia Kok Han, dibantu belasan orang perajurit, sudah mengepung Cui Hong.
"Kim Cui Hong iblis betina! Sekarang engkau akan menebus semua dosa kekejamanmu dulu!" bentak Su Lok Bu. "Engkau ikut men jadi seorang pemberontak!"
Cui Hong mengelebatkan rantingnya. "Huh, kiranya engkau anjing-anjing penjilat pe mbesar korup dan laknat, sampai sekarang tetap saja menjadi anjing penjilat!"
Empat orang itu tentu saja terdesak hebat karena dikeroyok terlalu banyak orang. Memang mereka masing- masing sudah meroboh kan dua orang pengeroyok, namun pihak musuh terlalu banyak sehingga keselamatan mereka terancam dan gawat sekali. Selain untuk me larikan diri tidak mungkin karena mereka dikepung banyak orang, juga bukan watak Li Cu Seng untuk lari men inggalkan kawan-kawannya. Dia pun bertanggung jawab atas keselamatan Kini Lan Hwa karena bagaimanapun juga, wanita selir Panglima Bu Sam Kwi itu sudah berjasa menolong dia bertiga keluar dari kota raja. Kalau kini dia dan dua orang anak buahnya melarikan diri men inggalkan Kim Lan Hwa dan gadis perkasa yang kini me mbantu mere ka, dunia akan mence moohkan na ma mereka sebagai pengecut-pengecut yang tidak mengenal budi! Lebih baik mati daripada dianggap pengecut.
O 0 dw0 O
PADA saat yang amat gawat itu, tiba-tiba terdengar sorak- sorai dan muncullah puluhan orang berpakaian pengemis yang me mbawa tongkat hita m menyerbu ke tempat perte mpuran. Mereka itu adalah para anggauta Hek-tung Kai-pang dan mereka segera menyerang para peraju-rit kerajaan dengan permainan tongkat mereka yang lihai! Jumlah para anggauta Hek-tung Kai-pang itu tidak kurang dari empat puluh orang dan mereka itu rata-rata memiliki ilmu tongkat yang lihai, yang merupakan ilmu istime wa dari Hek-tung Kai-pang. Kini keadaannya menjadi terbalik. Para perajurit terdesak hebat, banyak di antara mereka yang sudah roboh.
Cui Hong menga muk. Dengan bantuan banyak anggauta Hek-tung Kai-pang, ia mendesak Su Lok Bu dan Cia Kok Han dengan ranting di tangannya. Pada saat yang tepat ia berhasil menendang roboh Su Lok Bu dan tangan kirinya mena mpar dan mengenai pundak Cia Kok Han sehingga dua orang ini terpelanting. Akan tetapi mereka dapat me lo mpat bangkit dan bersama Lio ng-san Ngo-eng, mereka tanpa ma lu-malu lagi me larikan diri karena makium bahwa kalau mereka nekat me lawan, akhirnya mereka tentu akan tewas. Sisa para perajurit yang belum roboh juga melarikan diri.
Li Cu Seng lalu meneria ki para anggauta Hek-tung Kai-pang untuk me mbubarkan diri. "Tidak perlu lagi kalian se mua kembali ke kotaraja, cukup beberapa orang saja dengan menya mar sebaiknya dan kalian bersiaplah karena penyerbuan akan segera dilakukan. Nona Kim, terpaksa engkau harus ikut dulu dengan kami karena kami tidak me mpunyai waktu mengantar Nona ke San-hai-koan."
"Hong-mo i (Adik Hong), naiklah dan te mani aku!" kata Kim Lan Hwa kepada Cui Hong. Gadis itu pun tidak menolak dan tanpa banyak cakap ia me masuki kereta dan duduk di samping selir panglima besar itu. Karena keadaan mendesak, yaitu para perwira kerajaan tadi tentu akan cepat datang lagi me mbawa pasukan besar, maka Cui Hong juga tidak ada waktu lagi untuk bercakap-cakap. Kereta segera dilarikan oleh Li Cu Seng. Gu Kam dan Giam Tit men unggangi kuda mereka dan mereka me mbalap menuju daerah barat yang sudah dikuasai pasukan rakyat pimpinan Li Cu Seng. Setelah kereta berjaian dan mereka duduk bersanding di dalam kereta, barulah Kim Cui Hong yang tangannya dipegang oleh Kim Lan Hwa yang ge metaran itu berkata.
"Enci Lan, apakah artinya semua ini? Engkau adalah isteri seorang panglima besar, mengapa engkau ma lah bersa ma tiga orang yang dikeroyok para perajurit itu? Mengapa pasukan kerajaan malah mengganggumu? Dan siapakah tiga orang itu?"
"Panjang ceritanya, Hong-moi. Ketahuilah bahwa sua miku, Panglima Bu, kini berada di San-hai-koan me mimpin pasukan menjaga tapal batas di timur-laut itu. Se mua anggauta keluarganya telah diboyong pula ke sana. Hanya aku seorang diri yang tinggal di gedungnya di kota raja."
"Akan tetapi mengapa, Lan-ci (Kakak Lan)? Mengapa engkau tidak ikut puia di boyong ke sana?"
Kim Lan meng heia napas panjang. "Ahh, semenjak aku dia mbil menjad i selir Panglima Besar Bu Sam Kwi, hidupku amat pahit, Hong-moi." katanya dengan nada sedih.