Sekejap kemudian terdengarlah suara jeritan histeris laki- laki itu. Disusul dengan suara Bluk! seperti benda berat yang jatuh. I Ki Hu pun tertawa dingin.
"Sudah tahu kehebatanku?" katanya sinis.
Rupanya ketika jari tangan I Ki Hu sudah berhasil menjepit pisau tadi, dia segera mengerah-kan tenaga dalamnya ke ujung jari. Pisau itu pun terpental membalik dan menghunjam ke orang itu sendiri. Benar-benar senjata makan tuan.
Kali ini terdengarlah suara bising berkumandang dari atas.
Rupanya mereka terkejut sekali melihat kelihaian I Ki Hu.
"Cepat pergi! Dia toh sudah terkurung di dalam bangunan ini. Cepat atau lambat dia pasti mati kelaparan," seru seseorang dari keluarga Sang.
Orang-orang itu bergegas meninggalkan atap bangunan. Mereka tidak memperdulikan I Ki Hu lagi. Tangan I Ki Hu yang sebelah menelusup ke dalam saku. Kemudian menyusup kembali ke dalam celah lubang angin lalu mengibas. Saat itu juga terdengar suara pekik kesakitan, juga suara Bak! Buk! Bak! Buk! seperti benda jatuh. Rupanya barusan dia menyambitkan sejumlah senjata rahasia dan pasti ada beberapa orang yang menjadi korban. I Ki Hu tersenyum puas, tubuhnya pun melayang turun lagi ke bawah.
Tampak Kuan Hong Siau memandanginya sam-bil menarik nafas panjang.
"Kepandaian saudara seperti dewa," kata Kakek Kuan. "Apakah kau bisa menghitung berapa orang yang menjadi
korban senjata rahasiaku tadi?" tanya I Ki Hu dengan tawa datar.
Kuan Hong Siau ikut tertawa.
"Yang jatuh dari atas saja ada sembilan orang, mungkin ada yang mati sebelum sempat melompat turun," jawabnya.
I Ki Hu merasa bangga sekali, dia meremas-remas tangannya sambil tertawa senang.
"Tampang saudara gagah sekali. Ilmu kepandaian juga mengejutkan. Apalagi orang-orang dari keluarga Sang tadi memanggil Anda I sian sing. Jangan-jangan saudara ini yang mendapat julukan Gin leng hiat ciang I Ki Hu."
"Tidak salah. Sahabat Kuan, tidak disangka kita bisa bertemu di tempat seperti ini, bukan?"
"Memang benar-benar tidak disangka," ucap Kuan Hong Siau dengan tawa getir.
Kuan Hong Siau adalah seorang pendekar dari golongan lurus dan berjiwa besar. la paling membenci segala macam kejahatan. Sebetulnya bertolak belakang dengan I Ki Hu. Tetapi justru tidak terduga-duga mereka bisa terkurung dalam ruangan yang sama.
"Sahabat Kuan, mengapa pasangan suami istri Lie Yuan bisa tertotok jalan darahnya? Dan sebetulnya bagaimana cara Sang Hao menemui kematiannya? Dapatkah kau menjelaskannya dengan terperinci?" tanya I Ki Hu.
"Baik," sahut Kuan Hong Siau.
Dia langsung menceritakan kedua peristiwa yang disaksikannya dengan mata kepala sendiri. I Ki Hu mendengarkan dengan penuh perhatian. Kenyataannya apa yang ia dengar dari Kuan Hong Siau tidak banyak bedanya dengan cerita yang pernah didengarnya dari orang lain.
I Ki Hu merenung sejenak setelah cerita Kuan Hong Siau selesai.
"Kalau begitu, Lo Sang secara tidak langsung dibunuh oleh perasaan terkejutnya ketika mengetahui siapa yang menotok jalan darah pasangan suami istri Lie Yuan?" tanyanya kemudian.
"Cayhe juga mempunyai pendapat yang sama. Tempo hari ketika pertama kali Sang Cu Ce melihat totokan yang terdapat di tubuh pasangan suami istri Lie Yuan, wajahnya langsung berubah hebat. Tetapi rasa terkejut yang diperlihatkan oleh Sang Cu Ce berbeda maknanya dengan rasa terkejut yang diaiami Sang Hao. Dalam anggapan Sang Cu Ce, ilmu totokan keluarga Sang terkenal di dunia bu lim. Tetapi kenyataannya dia tidak tahu jalan darah mana di bagian tubuh pasangan suami istri Lie Yuan yang tertotok. Belum tentu dia tahu siapa orang yang melakukannya. Bagaimana menurut pendapat saudara?"
"Betul. Tetapi sekali lihat saja Lo Sang sudah mengenali siapa pelakunya. Karena itu, saking terkejutnya jantungnya jadi putus seketika. Tampaknya sahabat yang melakukannya patut bangga juga karenanya. coba aku ingin melihatnya, siapa tahu aku akan mengikuti jejak Lo Sang?" kata I Ki Hu dengan maksud bergurau.
Sembari berkata, bibirnya menyunggingkan senyuman. Dia berjalan menghampiri pasangan suami istri Lie Yuan yang terbaring di lantai. Kemudian dia membungkukkan tubuhnya meme-riksa dengan teliti. Padahal senyuman yang menghiasi bibirnya wajar sekali, namun setelah memper-hatikan keadaan pasangan suami istri Lie Yuan, senyumannya langsung terpaku. Mimik wajahnya jadi aneh sekali. Mirip seseorang yang sedang tersenyum tetapi tiba-tiba tertotok jalan darahnya sehingga tetap seperti semula tapi kaku.
Kuan Hong Siau yang melihat keadaan itu jadi bingung. Dia mengantarkan pasangan suami istri Lie Yuan ke Si Cuan ini sebetulnya dengan niat baik. Karena dia sendiri tidak sanggup membebaskan jalan darah kedua orang itu
Begitu sampai di kediaman keluarga Sang, si Kakek berambut putih yang melihat keadaan pasangan suami istri Lie Yuan langsung mati terkejut. Hal ini menimbulkan kemarahan anggota keluarga Sang lainnya. Maka mereka pun terlibat pertarungan yang sengit, karena seorang diri meng-hadapi begitu banyak anggota keluarga Sang yang semuanya berilmu cukup tinggi. Dirinya sampai terluka di sana sini, Akhirnya mereka dikurung dalam ruangan batu ini.
Hati Kakek Kuan memang merasa her an. Mengapa tokoh seperti Sang Hao yang menguasai kepandaian tinggi dan namanya sudah demikian terkenal di dunia kang ouw, juga mempunyai pe-ngetahuan yang luas bisa mati terkejut begitu melihat totokan di tubuh pasangan suami istri lie Yuan. Sekarang melihat mimik wajah I Ki Hu, dia semakin kebingungan. Diam-diam hatinya sadar bahwa I Ki Hu pasti sudah mengetahui siapa orangnya yang menotok jalan darah di tubuh pasangan suami istri Lie Yuan.
Lagipula nama orang penotok jalan darah itu bisa membuat Gin leng hiat ciang begitu terkejut sehingga wajahnya pucat pasi. Entah siapa tokoh yang misterius itu?
Keheranan di hati Kuan Hong Siau jangan ditanyakan lagi. Dia juga tidak mengerti apa sebenarnya yang ada di balik semua ini. Tampak I Ki Hu merenung sekian lama, senyuman di wajahnya baru dikembangkan kembali. Tetapi tam-paknya terlalu dipaksakan. Sepasang tangannya menyilang di depan dada. Di dalam ruangan batu itu dia berjalan mondar mandir, seakan-akan sedang memikirkan persoalan yang amat rumit.
Sampai lama sekali masih belum terdengar I Ki Hu mengucapkan sepatah kata pun.
"Apakah I sian sing sudah mengenali siapa orangnya yang menotok jalan darah mereka?" tanya Kuan Hong Siau yang sudah tidak tahan lagi menahan rasa ingin tahunya.
I Ki Hu hanya mendehem satu kali sebagai jawaban.
"Kalau begitu, tentu I sian sing dapat mem-bebaskan totokan mereka, bukan?" tanya Kakek Kuan kembali.
Mendengar pertanyaan itu, langkah kaki I Ki Hu langsung terhenti. Sepasang matanya menyorot-kan sinar yang dingin. Dari alisnya terpancar hawa pembunuhan yang tebal. la menatap Kuan Hong Siau lekat-lekat.
Mendapat tatapan sedemikian rupa, tanpa di-sadari tubuh Kuan Hong Siau bergetar hebat.
"Sahabat Kuan, kau toh tidak mungkin keluar lagi dari ruangan batu ini. Untuk apa kau masih memikirkan hidup?" ucap I Ki Hu dengan nada suara dingin.
Seumur hidupnya, Kuan Hong Siau tidak per-nah meninggalkan dunia bu Lim. Terhadap ucapan I Ki Hu barusan, ia mengerti bahwa dirinya tidak akan luput dari kematian. Tetapi hatinya justru merasa heran mengapa tiba- tiba saja timbul niat jahat dalam hati I Ki Hu kepadanya? Apalagi barusan sikap yang diperlihatkan si Raja Ibiis itu baik- baik saja. Tidak terkandung kesan akan men-celakainya.
"Orang she Kuan itu sudah lama hidup di dunia. Kematian bukan suatu hal yang menakut-kan. Tetapi cayhe justru ingin tahu mengapa tiba-tiba timbul keinginan membunuh di hati saudara?" tanya Kuan Hong Siau dengan tawa getir, "Kau memang tidak malu disebut laki-laki sejati. Terns terang saja aku katakan kepadamu bahwa aku tidak sanggup membebaskan jalan darah kedua orang itu. Tetapi aku justru tidak ingin hal ini diketahui orang-orang bu lim. Jangan sampai ada yang tahu bahwa dengan kepandaian yang kumiliki, ternyata masih ada hal yang tidak sanggup kulakukan. Karena itu pula, aku tidak akan membiarkan ada mulut yang hidup."
Hati Kuan Hong Siau tercekat. Diam-diam dia berpikir dalam hati. Nama husuk si Raja Ibiis itu ternyata bukan nama kosong. Hanya karena alasan yang sederhana, dia tidak segan melakukan pembunuhan.
Setelah termangu-mangu sejenak, Kuan Hong Siau tertawa sumbang.
"Kalau begitu, harap I sian sing turun tangan saja!" ucap Kakek Kuan.
Tiba-tiba tubuh I Ki Hu berkelebat ke depan. Lengan bajunya mengibas tepat di jalan darah terpenting bagian dada Kuan Hong Siau. Orang tua itu juga sadar dirinya sudah terluka parah, per-cuma saja menghindar. Karena itu dia memejam-kan matanya dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Begitu jalan darah di dadanya terkena kibasan lengan baju I Ki Hu, orang tua itu pun terkulai jatuh dan mati seketika.
I Ki Hu tertawa seram. Kemudian dia berjalan ke arah pasangan suami istri Lie Yuan. Langkah-nya perlahan tapi pasti.
Sejak masuk ke dalam ruangan batu, kecuali seruan terkejut tadi, Tao Ling tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ketika ia melihat I Ki Hu meng-hampiri pasangan suami istri Lie Yuan, hatinya langsung tercekat. Kedua orang itu, bagaimana pun merupakan orang tua Lie Cun Ju.
Entah di mana sekarang Lie Cun Ju berada. Tetapi selama Tao Ling masih hidup, ia tidak ingin bertemu lagi dengan pemuda itu. Sekarang kedua orang tua Lie Cun Ju sedang menghadapi kesulitan. Tentu saja dia tidak bisa berdiam diri tanpa memberikan pertolongan apa-apa.
"Hu kun, tunggu dulu!" seru Tao Ling tanpa sadar. I Ki Hu menolehkan kepalanya.
"Apakah Hu jin ingin memintakan pengampunan bagi kedua orang ini?" katanya.
Tao Ling maju selangkah.
"Sekarang jalan darah mereka sudah tertotok, mengapa Hu kun niasih ingin menurunkan tangan jahat?" ujar Tao Ling.
I Ki Hu tertawa terbahak-bahak.
"Hu jin tidak tahu, orang yang menotok jalan darah mereka mempunyai hati yang keji sekali. Bahkan jauh lebih keji daripadaku. Seandainya mereka dapat berbicara, tentu mereka memilih mati daripada tersiksa sedemikian rupa. Apabila aku turunkan tangan jahat kepada mereka sama halnya aku melepaskan mereka dari kesengsaraan. Di alam baka, arvvah mereka malah akan berterima kasih atas budiku ini."
Tao Ling terdiam mendengar kata-katanya. I Ki Hu melanjutkan kemhali. "Tetapi aku harus membebaskan dulu jalan darah mereka agar bisa menjawab beberapa pertanyaanku."
Tao Ling terkejut sekali.
"Aih .. . Bukankah tadi kau mengatakan bahwa kau tidak sanggup membebaskan jalan darah mereka?"
"Aku memang tidak bisa membebaskan jalan darah mereka. Tetapi aku bisa menggunakan semacam cara untuk mengedarkan hawa murni tubuh mereka, lalu memutuskan seluruh urat nadi dalam tubuh. Dengan demikian totokan di bagian mana pun bisa lancar kembali?" tukas I Ki Hu. Tao Ling memang gadis yang cerdas. Dia langsung memahami maksud I Ki Hu.