Pendekar Bunga Cinta Chapter 75

NIC

"Tio hiantee, kalau begitu biarlah aku yang menghadapi si penghianat itu... !”

Tio Kang Ho tertawa, lalu dia berkata:

"Dywa pangcu, biarlah aku maju dulu. Kalau aku kalah, maka barulah kau yarg maju menghadapi dia... "

Dilain pihak Kam Cong Hin jadi sangat gusar mendengarkan percakapan itu. Dia sudah tidak ingat lagi siapa yang disebut Boe sie hengtee itu, mungkin sudah terlalu lama dia mengganas, sehingga terlalu banyak orang orang yang menganggap dia sebagai musuh !

Ketika mereka telah tiba diruangan yang biasa digunakan untuk melatih ilmu silat, maka Kam Cong Hin bersiap-siap hendak mendahulukan melakukan penyerangan, dengan sikap bagaikan seekor harimau galak hendak menerkam mangsa.

Tio Kang Ho bersikap waspada waktu melihat lawannya tidak menyiapkan senjata. Dia yakin bahwa Kam Cong Hin menantang mengajak dia mengadu tenaga dan ketangkasan tanpa memakai senjata, dan dihadapan banyak orang yang menyaksikan keadaan itu, mau tidak mau Tio Kang Ho menghindar dari tantangan lawannya.

Waktu Kam Cong Hin beberapa langkah mendekati, maka Tio Kang Ho mundur tiga langkah kebelakang buat dia mengimbangi sambil sepasang matanya mengawasi dengan penuh perhatian. Kalau Kam Cong Hin bergerak agak menyamping maka Tio Kang Ho ikut merubah kedudukannya, siap menggunakan ilmu 'burung garuda mementang sayap’, buat dia melakukan suatu tangkisan dengan mengerahkan tenaganya.

Dengan demikian keadaan kedua lawan itu saling menggeser kedudukan, belum terjadi pertarungan sebab dalam sekali bergerak, pasti akan berkesudahan yang menentukan pihak yang kalah maupun pihak yang akan menang.

Meskipun gerak kedua lawan yang saling berhadapan itu masih merupakan gerak merobah kedudukan, namun mereka melakukannya semakin lama semakin cepat; lalu disuatu saat terdengar pekik suara Kam Cong Hin oleh karena itu setelah merasa sudah cukup mengerahkan tenaga dalam mencari kelemahan lawan, maka Kam Cong Hin mulai melakukan penyerangan.

Memang hebat serangan Kam Cong Hin yang mengerahkan tenaga dalam itu, membikin angin serangannya terdengar menderu, dan hebat juga suara Tio Kang Ho menangkis serangan lawannya, karena dengan memakai lengan kirinya dia menyambuti kepalan lawan, lalu tangan kanannya membarengi melakukan penyerangan, dan serangannya itu langsung ditangkis juga oleh Kam Cong Hin. Sebagai akibat dari tangan tangan mereka yang saling bentur, maka tubuh Tio Kang Ho kelihatan agak sempoyongan dan tubuh Kam Cong Hin terdorong mundur sampai sejauh beberapa langkah kebelakang, dengan muka kelihatan pucat karena tenaga dalamnya tergempur hebat meskipun dia tidak tewas seketika.

Meskipun sudah terlihat jelas bahwa pihak Kam Cong Hin yang kalah didalam pertarungan mengadu tenaga dalam tadi, akan tetapi Kam Cong Hin tidak mau mengakui kekalahannya itu, sebaliknya dengan lagak kalap dia menyiapkan senjatanya, berupa Joan-pian atau cambuk lemas yang melibat dipinggangnya dan waktu senjata itu dia kibaskan, terlihat adanya duri-duri yang tajam, sedangkan pada duri-duri itu mengandung bisa racun yang amat dahsyat !

“Tio Kang Ho ! Aku telah mengetahui kemampuan

tenaga dalammu. Sekarang mari kita coba mengadu senjata

.. !"

Kam Cong Hin menutup perkataannya itu dengan melakukan suatu penyerangan, tanpa dia menghiraukan bahwa lawannya belum siap dengan senjatanya.

Tio Kang Ho tidak menjadi gentar dengan sikap ganas dari lawannya itu. Dia perdengarkan suara tawa mengejek dan berkata :

"Dengan senjatamu itu, kau memang sudah terlalu sering mengganas ... !"

Demikian Tio Kang Ho berkata dengan suara mengejek, sambil dia menggeser menyamping lalu secepat itu juga dia menyiapkan goloknya, yang langsung dia pakai buat memukul senjata lawannya, dan waktu cambuk lemas itu melibat goloknya, sesuai seperti yang sudah dia perhitungkan, maka Tio Kang Ho menarik dengan mengerahkan tenaga, membikin tubuh Kam Cong Hin ikut terjerumus. Akan tetapi libatan cambuk itu lepas, maka Kam Cong Hin mengulang serangannya, bahkan secara beruntun dia menyerang tiga kali, memakai gerak tipu 'lian- hoan sam pian' ( tiga cambuk saling susul ) dan senjatanya itu berputar cepat dengan perdengarkan suara bagaikan petir !

Tio Kang Ho perlihatkan kegesitan dan kelincahan untuk dia menghindar dari serangan beruntun dari pihak lawannya. Dan pada saat berikutnya Tio Kang Ho membentur senjata lawan memakai goloknya sambil dia menarik; lalu tangan kirinya membarengi menghajar iganya Kam Cong Hin.

Dengan menyertai suara seruan kaget, Kam Cong Hin sempat merobah arah senjatanya buat dia pakai menghajar lengan kiri lawannya; dan senjata yang mengandung bisa racun maut itu dapat membinasakan Tio Kang Ho meskipun hanya bagian lengannya yang terkena. Akan tetapi beruntung bagi Tio Kang Ho karena dia benar-benar sangat gesit dan lincah; dan dia sempat melompat tinggi, bergerak bagaikan seekor burung garuda terbang ke angkasa.

Melihat lawannya melompat tinggi kesebelah atas, maka sekali lagi Kam Cong Hin menyerang; kali ini cambuknya mengarah bagian sepasang kaki lawannya.

Sukar buat Tio kang Ho menghindar dari serangan yang mengarah sepasang kakinya itu, oleh karena pada saat itu tubuhnya sedang berada di udara bebas, dan sedang meluncur turun. Akan tetapi dia masih sempat membentangkan sepasang kakinya, lalu goloknya membabat kebagian bawah membiarkan goloknya terlibat dengan cambuk lawan, dan waktu lawannya menarik secara tiba-tiba, maka Tio Kang Ho membiarkan tubuhnya ikut terlempar cukup jauh dan dia berdiri bebas waktu dia tiba dilantai !

Kam Cong Hin menjadi sangat geram sebab lawan telah memanfaatkan segala serangan yang dia lancarkan, mengakibatkan serangannya itu menjadi sia sia belaka. Dalam marahnya dia lompat menerkam dan menyerang lagi, akan tetapi Tio Kang Ho membarengi bergulingan bagaikan seekor keledai malas mandi dipasir, dan tahu-tahu ujung goloknya menikam kebagian atas !

Kam Cong Hin berteriak kaget. Setengah mati dia berusaha menghindar dari serangan lawan, namun bagian pahanya terkena ujung golok, membikin darah keluar dari lukanya dan dia hampir terjatuh.

Beruntung bagi Kam Cong Hin bahwa pada waktu itu Tio Kang Ho tidak mengulang serangannya, sebaliknya dia tertawa menghina sementara dua orang kawannya Kam Cong Hin bergerak, yang seorang hendak menghadapi Tio Kang Ho, dan yang seorang lagi berusaha menolong Kam Cong Hin.

Si biang pengemis Dywa Sin Hok bergerak ingin memasuki kancah pertempuran, akan tetapi dia didahulukan oleh Soen Bian Hee.

"Tunggu ..,.!" teriak pemuda Soen Bian Hee; waktu dilihatnya Tio Kang Ho hendak melayani musuh yang sudah siap melakukan penyerangan itu.

Tio Kang Ho batalkan maksudnya yang hendak menghadapi musuh yang baru datang itu, dan membiarkan pemuda Soen Bian Hee yang menggantikan tempatnya.

Dua batang golok segera saling bentur dengan perdengarkan bunyi suara yang cukup keras, sebab lawan- lawan itu sudah tidak dapat menahan sabar buat melakukan penyerangan. Dan sebagai akibat dari benturan kedua senjata itu, baik Soe Bian Hee maupun lawannya menjadi terkejut masing-masing lompat mundur memisah diri dan kedua-duanya saling memeriksa senjata mereka, setelah itu baru mereka melanjutkan pertempuran.

Lawannya pemuda Soe Bian Hee itu ternyata memakai senjata golok yang istimewa; karena pada ujung golok terpecah menjadi dua batang golok, atau bagaikan lidah seekor binatang ular, serta memantulkan sinar berwarna agak gelap, karena mengandung bisa beracun !

"Dia adalah si golok maut Pui San Kwie, seorang pelarian dari utara ...." Tio Kang Ho berkata didekat si biang pengemis Dywa Sin Hok berdua Wie Keng Siang; membikin kedua orang tua itu menjadi terkejut, sebab mereka tidak menduga bahwa didalam markas Hong bie pang cabang kota Soan hoa, sudah berkumpul berbagai golongan jago jago golongan hitam yang berasal dari utara.

Sementara Soan Bian Hee yang sedang menghadapi si golok maut Pui San Kwie telah melakukan pertempuran dengan sikap waspada, karena dia mengetahui bahwa golok musuh yang istimewa itu pasti mengandung bisa-racun.

Pada jurus jurus berikutnya, Soen Bian Hee menggunakan ilmu silat golok Lo han sin to yang berasal dari golongan Siao lim, akan tetapi yang telah dirobah dan digubah oleh gurunya yang memang gemar menggabungkan berbagai ilmu dari macam-macam golongan maupun aliran; sehingga pihak musuh seringkali menjadi 'terjebak' karena tak menduga adanya 'kelainan' pada ilmu silat yang mereka anggap sudah mereka kenal dengan baik.

Si golok maut Pui San Kwi yang sudah berumur empat puluh lima tahun dan banyak pengalamannya, merasa sangat penasaran; sebab setelah lewat puluhan jurus masih belum juga dapat dia mengalahkan pemuda yang menjadi lawannya. Dengan cepat dia merobah cara penyerangannya, menggunakan jurus naga buas keluar dari goa, berusaha hendak mengurung pemuda lawannya dengan berbagai tikaman dan tabasan.

Wie Keng Siang yang menyaksikan pertempuran itu menjadi sangat terkejut sampai mukanya kelihatan pucat karena benar-benar dia sangat khawatir dengan keselamatannya nyawa murid sahabatnya.

Di pihak Soen Bian Hee, dia tetap berlaku tenang dan waspada. Disuatu saat waktu golok musuh lewat dekat mukanya, maka sehabis berkelit dia langsung menabas lengan lawannya, akan tetapi dengan suatu gerak yang sukar dapat dilihat ternyata si golok maut Pui San Kwie dapat menghindar dari tabasan itu.

Diam-diam dara Tan Hong Lan ikut merasa cemas waktu dia melihat cara bertempur si golok maut Pui San Kwie yang ganas. Sebagai murid yang tertua, sudah tentu dara Tan Hong Lan punya ilmu yang lebih tinggi dari ke empat saudara seperguruannya. Dia melirik kearah Kiang Cun Gee yang berdiri di sisinya, dan tepat pada saat itu si golok maut Pui San Kwie sedang mengurung dengan kecepatan kilat memakai jurus burung hantu mengibas sayap, menyapu dengan suatu tebasan mengikuti arah gerak tubuh lawannya.

Soen Bian Hee melihat ancaman maut yang mengintai. Dalam keadaan seperti habis daya dia bertindak secara nekad. Dia menggulingkan tubuhnya buat menghindar dari serangan lawan lalu dia melontarkan goloknya mencari sasaran pada tubuh musuh yang ganas itu. Si golok maut Pui San Kwie berteriak kaget, karena dia tak menduga tindakan nekad dari lawannya. Dia berusaha berkelit dari golok lawan yang meluncur pesat kearahnya dan golok itu nyaris membenam dibagian dada akan tetapi golok itu berhasil melukai Pui San Kwie dari bagian pundak sebelah kiri lalu golok itu segera meluncur terus dan menghantam dinding, sementara luka pada pundak Pui San Kwie cepat mengeluarkan darah !

Posting Komentar