Pendekar Bunga Cinta Chapter 70

NIC

Setelah melalui jalan yang berliku-liku di dalam bangunan markas Hong bie pang itu akhirnya Coa Giok Seng diajak memasuki suatu ruangan; dimana Ma Tay Him sudah menunggu, dan Ma Tay Him yang sekarang dilihat oleh Coa Giok Seng ternyata benar-benar lebih dahsyat dari pada dahulu untuk pertama kali pemuda itu kenal.

Dia memakai pakaian dari bahan sutera yang mahal, dengan sulaman yang tidak dimengerti maknanya oleh Coa Giok Seng. Kepalanya yang memiliki rambut panjang, dikepang dua dan dibiarkan lepas kebagian punggung, dan rambut itu hitam mengkilat karena banyaknya minyak yang dia pakai. Badannya yang gemuk mengakibatkan tidak kelihatan bagian leher yang menghubungkan kepalanya dengan bahu dan dada yang lebar, tetapi kakinya kecil bagaikan tak sanggup menahan beban berat tubuhnya.

Seorang perempuan muda dengan dandanan yang menyolok, dari bahan sutera tipis yang tembus pandang; sedang duduk menumbuki sepasang kaki Ma Tay Him; sedangkan dua orang perempuan muda lainnya sedang sibuk melayani si beruang raksasa itu menghisap candu memakai alat yang lebar panjang.

"Hayaaa, Coa Giok Seng. Aku sudah menduga kau akan datang dan kau benar-benar datang...!" Ma Tay Him menyapa dengan suara yang benar-benar seperti suara seekor beruang; "..bagaimana keadaanmu sejak kita berpisah? kau lihat aku sekarang banyak berubah. Tidak lagi aku menjadi seorang okpa yang kejam, sehingga sekarang kita dapat bersahabat .. ,"

"Hmm. Aku lihat kau tetap seperti dulu. Tanda cacad pada mukamu masih tetap ada," sahut Coa Giok Seng dengan nada suara menghina.

Merah muka Ma Tay Him waktu dia mendengarkan perkataan yang mengejek dari Coa Giok Seng. Sebelah tangannya meraba mukanya, memegang tanda cacad bekas kena guratan ujung golok Coa Giok Seng dulu.

Matanya bersinar merah waktu dia mengawasi Coa Giok Seng yang masih berdiri, dari bagian teratas sampai kaki. Tetapi tiba-tiba dia tertawa sampai perutnya yang gendut ikut berguncang-guncang:

"Silahkan duduk, temanku., " katanya setelah selesai dia tertawa.

"Tidak. Terima kasih. Aku lebih senang berdiri dan aku merasa kita tetap saling bermusuhan ...!" sekali lagi Coa Giok Seng berkata dengan sikap mengejek. "Ha ha-ha ! Kau benar-benar seorang jantan yang keras kepala, dan aku menyukai orang yang semacam kau,” suara Ma Tay Him sekarang terdengar agak lembut; tetapi tetap dengan nada yang dapat membikin orang jadi gemetar. “ ... kau mungkin akan terkejut kalau mengetahui kegiatan pekerjaanku sekarang. Aku yakin kau akan menyukai pekerjaanku dan kita dapat bekerja sama kalau ..."

"Aku tidak mau bekerja untuk suatu persekutuan penghianatan dan seorang pembunuhan dingin... !" sahut Coa Giok Seng yang memutus perkataan Ma Tay Him.

"Atau kau ingin membunuh Ma Tay Him dan menghancurkan Hong-bie pang, barangkali ? Dalam hal ini, kau bermimpi terlalu muluk ...!" Ma Tay Him berkata dan kelihatannya dia mulai menjadi kheki.

"Kita lihat nanti...!" sahut Coa Giok Seng singkat dan tegas.

Ma Tay Him menggerutu. Dia menggeser tubuhnya, mengusap bagian perutnya yang gendut dan memerintahkan semua perempuan didekatnya menyingkir. Suasana didalam ruangan itu dalam sekejap berobah menjadi tenang tetapi tegang.

"Aku tahu kau gagah, Coa Giok Seng. Kau seorang gagah akan tetapi kau jangan lupa, bahwa sekarang kau berhadapan dengan suatu persekutuan, dan persekutuan itu pengaruhnya dapat melumpuhkan suatu negara .. "

"Suatu hal yang hendak aku tanyakan kepadamu, mengapa kau bunuh Ong Sin Kian.." Coa Giok Seng memutus perkataan Ma Tay Him.

"Siapa...?" tanya si beruang raksasa seperti terkejut. Coa Giok Seng tertawa mengejek, lalu dia berkata lagi : “Ong Sin Kian. Kau pasti kenal dengan nama itu ..." "Apakah kematian Ong Sin Kian penting artinya bagimu

,...?" tanya Ma Tay Him dengan menyipitkan matanya. "Dia pernah menjadi sahabatku "

"Dia seorang pemabuk; pengecut dan penghianat bagi

persekutuan tempat dia mengabdi ,.”

"Penghianat sebab dia telah menemui kau ....?" tanya Coa Giok Seng dengan nada mengejek.

"Itu sudah menyalahkan kewajiban sebab bukan dia yang bertugas untuk menemui kau, lagipula kedatanganmu kekota ini bukanlah karena sahabatmu itu akan tetapi untuk Lie Hwat Bie; kakak misanmu. Aku menawarkan kebebasannya jika kau mau bekerja sama dengan pihak kami, sebab masih ada pekerjaan lain yang memerlukan tenaga semacam kau .... " sahut Ma Tay Him yang sempat perlihatkan senyumnya, suatu senyum yang membanggakan diri dan sekaligus membanggakan persekutuan yang sedang dia bicarakan.

"Aku mempunyai cara sendiri untuk menolong kakak misanku. Dan aku tetap menolak bekerja sama dengan kau. !'' sahut Coa Giok Seng, tetap dengan suara ketus.

"Jadi kau memilih cara permusuhan ..?” geram Ma Tay Him.

"Anggaplah sekehendakmu, sebab sejak dahulu aku memang bukan sahabatmu..!"

oooo)X(oooo

SECARA tiba-tiba Coa Giok Seng mendengar ada suara langkah kaki yang halus memasuki ruangan itu, menyusul suatu bau-harum semerbak memenuhi ruangan yang sebenarnya sedang diliputi oleh suasana tegang. Segera Coa Giok Seng menengok dan melihat datangnya seorang perempuan muda yang kecantikannya belum pernah Coa Giok Seng lihat keduanya. Dan perempuan muda itu terus melangkah melewati Coa Giok Seng, bagaikan dia menganggap pemuda itu tidak ada, sampai didekat Ma Tay Him dia menyapa dengan suaranya yang merdu, namun yang sangat mengejutkan hati Coa Giok Seng, karena ternyata perempuan muda itu adalah isterinya Ma Tay Him. Suatu pasangan yang benar-benar sangat diluar dugaan pemuda ini.

Didalam hati Coa Giok Seng mengutuk, betapa perempuan yang muda dan secantik itu kesudian menjadi isterinya si gemuk terokmok yang berhati binatang !

"Kami sedang membicarakan sesuatu urusan…” kata Ma Tay Him kepada isterinya; sementara kepada Coa Giok Seng kemudian dia menambahkan perkataannya :

“Kalau kau tetap menolak kehendak aku, maka aku

memperingatkan ..."

"Aku tidak takut kepadamu, Ma Tay Him ... !" tukas Coa Giok Seng yang sekali lagi telah memutus perkataan Ma Tay Him; dan dia bahkan menyertai senyum mengejek.

Si beruang raksasa Ma Tay Him mendekati Coa Giok Seng; namun dia dicegah oleh isterinya, dan dengan perlihatkan suatu senyum yang memikat, isterinya Ma Tay Him itu mendekati Coa Giok Seng dengan langkah kaki perlahan-lahan dan dengan gaya yang menggairahkan terutama pada bagian pinggulnya, yang membikin Coa Giok Seng jadi menahan napas; merasa tegang melebihi maut yang sedang mendekati dia.

Setelah berdiri berhadapan, isterinya Ma Tay Him itu berkata kepada Coa Giok Seng dengan suaranya yang terdengar lembut merdu: "Kau marah karena kematian kawanmu, dan aku ikut bangga dengan sikapmu itu. Akan tetapi saat ini bukanlah saat untuk kau memikirkan nasib seorang sahabat, sebaliknya kau harus memikirkan nasib kakak misanmu ..."

“Aku mengerti ..." sahut Coa Giok Seng juga dengan suara perlahan. Seolah-olah dia menjadi jinak karena dihadapi oleh seorang perempuan muda yang cantik dan merangsang, sementara didalam hati pemuda itu jadi berpikir karena ternyata isterinya Ma Tay Him mengetahui urusan yang sedang mereka perbincangkan.

Sementara itu tetap dengan suara yang lembut merdu isterinya Ma Tay Him itu berkata lagi :

"Betapapun halnya, dan meskipun kau tak sudi menjadi anggota Hong-bie pang; namun aku menghendaki kau melakukan satu tugas, tugas bagi kami, dan untuk itu kau akan memperoleh imbalan kebebasanmu dan kebebasan kakak misanmu .. "

Sekali lagi Coa Giok Seng menjadi terkejut setelah dia mendengar perkataan perempuan muda yang cantik dan merangsang itu. Agaknya kedatangannya kedalam markas Hong bie pang itu sudah dianggap menjadi seorang tawanan.

Posting Komentar