Pedang Ular Merah Chapter 16

NIC

Setelah berkata demikian agaknya ia telah mengerahkan tenaganya terlalu banyak untuk menahan nyawanya, maka tiba-tiba ia menjadi lemas dan menghembuskan nafas yang terakhir!

Mengalirlah air mata dari kedua mata Eng Eng. Ia teringat kepada suhunya yang meninggal dunia. Di dalam dunia ini, baginya hanya Ting Kwan Ek dan isterinya yang dianggap sebagai manusia-manusia baik dan sayang kepadanya. Eng Eng mengambil colok yang masih dipegang oleh tangan Ting Kwan Ek, lalu katanya penuh kegemasan.

"Ting-twako, aku akan membunuh tiga iblis itu dengan golokmu ini!"

Setelah berkata demikian, ia lalu melompat ke dalam rumah dan melihat nyonya Ting menggeletak di dekat anak-anaknya yang semuanya telah menjadi mayat. Eng Eng menubruk mayat nyonya Ting dan menangis tersedu sedu. Baru kali ini selama hidupnya Eig Eng merasa amat sedih dan hancur hatinya. Kembali la berjanji kepada nyonya Ting untuk membunuh tiga iblis jahat itu. Kemudian setelah mengambil bungkusan pakaiannya, Eng Eng lalu melompat keluar dari rumah itu dan berlari cepat sekali memasuki hutan.

Iu betlari cepat sekali sehingga setelah mata hari naik tinggi, ia telah memasuki hutan ke tiga di atas pegunungan yang indah pemandangannya. Dasar sudah menjadi nasib orang kedua dari Thian-te Sam-kui, atau memang karena dosa-dosanya sudah bertumpuk-tumpuk, maka orang kedua itu, yakni Ban Yang Tojin, telah memisahkan diri dari kedua orang saudaranya dan berada di dalam hutan itu. Demikianlah ketika Ban Yang Tojin sedang berjalan di dalam hutan itu, hendak pergi ke kota Tit-le di mana tinggal seorang sahabatnya tiba-tiba bayangan seorang yang ramping tubuhnya tahu-tahu telah berkelebat dan telah berdiri di depannya!

Ban Yang Tojin terkejut dan heran melihat seorang gadis cantik dan gagah sekali telah berdiri di depannya dengan memegang sebatang golok besar. Tojin itu biarpun tidak tergila-gila wanita seperti sutenya, Ban Hwa Yang akan tetapi melihat dara muda yang cantik sekali ini mau tak mau ia memandang dengan mata terbelalak kagum. Sebelum ia sempat bertanya, gadis itu telah mendahuluinya dan bertanya dengan suaranya yang merdu dan nyaring sekali,

"Orang tua, siapakah kau dan kenalkah kepada Thian-te Sam-kui?"

Ban Yang Tojin tercengang, akan tetapi ia lalu tersenyum girang. Ia pikir bahwa gadis ini tentulah telah mendengar dan mengagumi nama dia dan kedua saudaranya dan kini mencari untuk minta menjadi murid. la lalu tertawa bergolak sambil mendongakkan kepala ke atas, komudiao la berkata.

"Nona, kau mencari tiga orang gagah itu? Ha, ha, ha! Tidak jauh! Aku adalah Bin Yang Tojin, orang ke dua dari Thiante Sam- kui (Tiga iblis Bumi Langit)! Kau mencari kami apakah hendak belajar ilmu ulat? Kebetulan sekali, nona, aku memang sedang mencari murid yang cocok, dan agaknya kau lah yang patut menjadi muridku!"

Mendengar suara tosu ini. Eng Eog memandang tajam dan teringatlah ia kini bahwa tosu ini adalah tosu yang pernah bertempur dengan dia dan bahkan telah ia kalahkan ketika ia membantu Ting Kwan Ek! Mendengar ucapan totu itu, diam-diam ia menjadi geli, karena ternyata bahwa tosu ini tidak mengenalnya lagi. Dulu ketika ia bertempur dengan Ban Yang Tojin, ia mengenakan pakaian seperti seorang pemuda, dan tentu saja tosu itu tidak mengenalnya yang kini telah berubah menjadi seorang gadis! Akan tetapi, berbareng deogan kegelian hatinya, iapun merasa marah sekali karena kalau saja ia tidak lupa akan muka tosu ini dan tahu bahwa inilah orangnya yang menjadi biang keladi kebinasaan seluruh keluarga Pek-ong Piauwkiok, tentu ia tak perlu bertanya lagi.

"Bagus sekali " Serunya dengan wajah berubah merah saking marahnya,

"Jadi kau sengaja menanti di sini untuk menunggu aku mengambil nyawamu? Mana kedua orang saudaramu agar aku dapat membasmi sekalian?" Sambil berkata demikian, Eng Eng lalu menggerakkan goloknya dan sambil menyerang dengan hebatnya!

Tentu saja Ban Yang Tojin menjadi sangat terkejut. Akan tetapi la masih memandang rendah kepada gadis cantik ini dan cepat ia mengelak. Alangkah terkejutnya ketika golok di tangan nona itu biarpun sudah dapat meng- hindarkannya namun dilanjutkan pula dengan serangan menyerong yang amat berbahaya. Tosu ini cepat melempar tubuhnya ke belakang menggunakan gerak loncat Kera Tua Melompati Cabang dan hampir saja ujung golok memakan tubuhnya. Keringat dingin keluar dari jidatnya dan cepat tosu itu lalu mencabut senjatanya yang istimewa, yakni tongkat runcing yang berbintang ujungnya.

"Eh eh, siapakah kau dan kenapa kau menyerangku tanpa sebab?"

"Tidak ada hal yang tak bersebab," jawab Eng Eng tenang,

"lupakah kau kepada Pek-eng Piauwkiok yang baru saja kaubinasakan secara keji? Dan lupakah kau pula ketika golokku masih memberi ampun kepadamu, tidak memenggal lehermu, akan tetapi hanya melukai pundakmu? sekarang aku tidak menghendaki sedikit kulit pundakmu, melainkan menghendaki kepalamu"

Eng Eng lalu menyerbu lagi dan Ban Yang Tojin tidak mendapat kesempatan barang sedikitpun untuk mengeluarkan seruan heran dan terkejut. Ia kini teringat lagi dan terbukalah bahwa gadis ini adalah "pemuda" yang dulu pernah melukainya dan yang membantu Ting Kwan Ek.

"Perempuan rendah! Jadi kaukah orangnya yang dulu membantu anjing she Ting? Bagus, kau telah menyerahkan diri tanpa dicari lagi!" Memang tosu ini merasa amat benci dan dendam terhadap "pemuda" yang telah melukainya dan semenjak dia dikalahkan oleh Eng Eng tosu Ini lalu melatih diri dan terutama sekali ia melatih ilmu pukulan Pek-lek-ciang dengan tekunnya. Tenaga lweekang kakek ini sekarang jauh lebih tinggi dan kuat daripada dulu, sedangkan ilmu pukulannya Pek-lek-ciang benar-benar amat berbahaya. Ia dapat merobohkan lawan dari jarak jauh hanya dengan hawa pukulannya ini.

Akan tetapi, setelah mereka bertempur belasan jurus lamanya, tahulah Ban Yang Tojin bahwa dalam hal ilmu mainkan senjata la masih jauh berada di bawah tingkat gadis aneh ini. Sepasang tombak bintangnya sama sekali tidak berdaya dan belum juga dua puluh jurus mereka bertempur, ia tidak kuasa menyerang lagi. Gerakan golok di tangan gadis itu benar-benar aneh dan luar biasa sekali, sukar diikuti oleh pandangan mata dan sukar pula diduga ke mana perobahan gerakannya. la hanya dapat melindungi tubuhnya dengan sepasang tombaknya dengan jalan memutarnya secepat mungkin, merupakan benteng yang kuat. Agaknya gulungan sinar golok di tangan Eng Eng merupakan halilintar yang hendak memecah dan menembus awan dari gerakan sepasang tombak bintang. Golok itu berkelebat-kelebat ke atas, ke bawah, dari kanan dan kiri, pendeknya amat sukar dijaga.

Ban Yang Tojin tidak sempat mempergunakan ilmu pukulan Pek-lek-ciang yang diandalkannya, karena gadis itu tidak memberi kesempatan scdikitpun juga kepadanya. Tosu ini memutar otak, mencati jalan keluar dari pada kepungan sinar golok ini. Pada saat sinar golok Eng Eng menyambar ke arah mukanya dengan cepat Ban Yang Tojin menggerakkan kedua tombaknya yang berbintang, dengan gerak tipu OranrgTua Menutup Pintu, la berhasil menjepit golok lawannya, ia mengerahkan tenaga Iweekangnya untuk mematahkan golok di tangan gadis itu, lalu menggerakkan sepasang senjatanya untuk diputar sedemikian rupa supaya gadis itu melepaskan goloknya.

Akan tetap, tiba-tiba Eng Eng berseru keras sekali dan tenaga yang luar biasa dahsyatnya keluar dari golok yang terpegang oleh Eng Eng. Kini gadis inilah yang menguasai keadaan dan Eng Eng membalas gertakan lawan, mempergunakan tenaga "menempel" lalu memutar goloknya cepat sekali dari kanan ke kiri! Ban Yang Tojin tak dapatt mempertahankan serangan ini dan sepasang senjatanya ikut berputar, kemudian dengan mengeluarkan suara keras, sepasang tombak berbintang ini patah menjadi empat potong!

Bukan main marahnya tosu itu. Ia menyambitkan sepasang senjatanya yang tinggal gagang itu ke arah lawannya akan tetapi dengan amat mudahnya Eng Eng mengelak dan kemudian goloknya diputar amat cepatnya menyerarg Ban Yang Toiin dengan gerak gerak tipu yang paling lihai!

Tadi ketika masih memegang sepasang senjata saja tosu itu sudah terdesak hebat dan tidak mampu mengimbangi permainan golok Eng Eng apa lagi sekarang satelah bertangan kosong! Ia berusaha hendak melarikan diri, akan tetapi sinar golok gadis lihai itu mengurungnya rapat-rapat dan tidak memberi jalan keluar sama sekali. Karenanya Ban Yang Tojin lalu berlaku mati-matian, dan sambil mengelak dan melompat ke sana ke mari, ia berusaha untuk melancarkan terangan pukulan Pek-lek-ciang yang hebat.

Posting Komentar