Pedang Ular Merah Chapter 08

NIC

"Kalau begitu, marilah kita berangkat, taihiap. Kota Hun-leng tidak berapa jauh lagi dari sini."

Demikianlah Eng Eng lalu mengikuti Ting Kwan Ek menuju ke Hun-leng. Sampai pada saat itu, Eng Eng belum memberitahukan namanya dan Ting piauwsu juga tidak berani mendesaknya, takut kalau kalau pemuda aneh ini menjadi marah dan membatalkan niatnya mengunjungi Hun-leng.

Pek eng-to Ouw Tang Sin si golok garuda putih adalah seorang berusia kurang lebih empat puluh lima tahun. Biarpun ia sudah termasuk golongan tua, namun melihat potongan tubuhnya yang kekar kuat dan mukanya yang gagah, ia masih nampak muda dan terhitung tampan menarik. Ouw Tang Sin yang kini lebih terkenal dengan sebutan Ouw piauwsu setelah mengepalal Pek eng Piauwkiok, sesungguhnya adalah seorang ahli silat yang mempunyai jiwa gagah dan budlman. Akan tetapi ia mempunyai cacat batin, yakni bersifat mata keranjang, lstrinya masih muda berusia dua puluh lima tahun dan cantik pula. Akan tetapi agaknya Ouw-piauwsu masih belum puas dan masih selalu main-main di Iuar sungguhpun ia tidak mau melakukan gangguan mengandaIkan kepandaiannya.

Betapapun juga ia kini mempunyai banyak uang, wajahnya tampan, namanya terkenal. maka mudahlah baginya untuk mencari kekasih di luar. Hal ini rnembuat istrinya selalu menaruh hati cemburu. Ouw Tang Sin tinggal di rumah yang besar dan di situ ia membuka kantor piauwkiok. Juga Ting Kwan Ek, sutenya, setelah bekerja membantunya lalu pindah bersama isteri dan dua orang anaknya di rumah itu pula, menempati bangunan sebelah kiri. Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, setelah Ting-piauwsu datang membantu, Ouw plauwsu menjadi malas dan jarang sekali menguruskan piauwkiok, cukup ia serahkan kepada sutenya saja. la Iebih senang pergi main-main dengan kawan-kawannya bermain judi atau mencari kekasih baru di lain kota!

Selain Ouw piauwsu dan Ting piauwsu berdua yang mengepalai perusahaan ekspedisi ini, disitu terdapat juga pembantu yang jum-lahnya sampai dua puluh orang. Barang-barang yang dipercayakan kepada Pek eng Piauwkiok amat banyak dan barang barang ini harus dikirimkan ke banyak tempat. Untuk mengirimkan barang-barang kecil yang begitu berharga, cukup dilakukan oleh para pembantu.

Serombongan diantar oleh sedikitnya lima orang piauwsu dan cukup ditancapi bendera garuda Putih tanda bahwa barang-barang itu dilindungi oleh Pek eng Piauwkiok. Untuk benda-benda kiriman yang berharga, maka barulah Ting piauwsu turun tangan sendiri untuk mengawal barang itu. Dua puluh orang pembantu ini boleh juga disebut murid-murid dari Ouw piauwsu karena biarpun ketika masuk bekerja di situ mereka telah memiliki kepandaian silat yang sudah diuji oleh Ouw piauwsu, namun mereka masih mendapat latihan-latihan ilmu golok Pek eng to yang Iihai! Oleh karena pengaruh Pek eng Piauw-kiok masih besar dan namanya makin terkenal, maka sampai bertahun-tahun belum pernah kiriman barang yang mereka kawal itu diganggu oleh penjahat. Perampok-perampok akan berpikir masak-masak dahulu sebelum berani meraba kumis harimau, yakni sebelum mengganggu barang yang dilindungl oleh Pek-eng Piauwkiok.

Pada hari itu kebetulan Ouw Tang Sin berada di rumah. Ketika ia melihat Ting Kwan Ek datang bersama seorang pemuda yang tam-pan dan bermuka putih, ia merasa heran, lain bangun menyambut.

"Bagaimana, sute? Tidak ada gangguankah di jalan dan apakah patung itu sudah kau bawa dengan aman!" tanyanya tanpa mem-perdulikan Eng Eng karena disangkanya bahwa pemuda itu tentu seorang langganan saja.

"Aman? Ah, suheng, hampir saja celaka. Jangankan patung itu, bahkan nyawaku sendiri hampir saja melayang dalam tangan Ban Yang Tojin."

Ouw Tang Sin menjadl pucat.

"Apa? Orang kedua dari Thian te Sam-kui itu turun tangan kepadamu? Dan bagaimana selanjutnya?"

Ting piauwsu lalu menggerakkan tangannya dan Eng Eng yang mendengarkan percakapan itu dengan sikap tidak mengacuhkan,

"kalau tidak ada In-kong (tuan penolong) yang gagah perkasa ini tentu sutemu sekarang hanya tinggal nama saja dan nama besar Pek-eng Piauwkiok kita akan hancur!"

Baru sekarang Ouw Tang Sin menengok dan memandang kepada Eng Eng. Ia merasa heran dan masih belum mengerti akan maksud ucapan sutenya. Dengan cara bagaimanakah seorang pemuda lemah seperti ini menolong nyawa sutenya?

"Apa maksudmu, sute? Bagaimanakah kong-cu (tuan muda) ini dapat menolongmu?"

Ting piauwsu dapat mengerti mengapa suhengnya menjadi heran, dan dengan senyum bangga ia ber kata,"Tentu saja dengan mengalahkan Ban Yang Tojin!"

Kini benar-benar Ouw Tang Sin melongo.

"Apa? Ban Yang Tojin kalah dengannya..? Sute, jangan kau main-main!"

Ting piauwsu tertawa dan sambil menjura ia berkata kepada Eng Eng.

"Taihiap, perkenalkanlah. Inl adalab su-hengku yang bernama Ouw Tang Sin, kepala dari Pek-eng Piauwkiok. Dan suheng, kongcu ini adalab ......

" Sampai di sini Ting Kwan Ek nampak bingung karena sesungguhnya ia belum tahu siapa nama penolongnya yang muda ini! Eng Eng tersenyum, mengangguk kepada Quw Tang Sin dan berkata,"Suhu menyebutku Eng Eng dan kalau tidak salah namaku adalah Suma Eng."

Tentu saja Ouw Tang Sin dan Ting Kwan Ek saling pandang dengan heran. Di mana ada orang memperkenalkan namanya dengan tambahan kata kata kalau tidak salah? Bagaimana orang bisa merasa ragu-ragu atas namanya sendirl? Dan pula, nama Eng Eng lebih patut dipergunakan oleh seorang wanita! Setelah untuk sejenak berdiri melenggong, akhirnya Ting piauwsu ingat masih saja berdiri berhadapan maka buru-buru ia lalu mempersilakan Eng Eng duduk.

Dengan tidak sabar Ouw Tang Sin lalu bertanya kepada sutenya tentang peristiwa yang terjadi. Ketika Ting piauwsu menceritakan betapa ia hampir terbunuh kemudian betapa Suma Eng mengalahkan Ban Yang Tojin, Ouw Tang Sin merasa sukar sekali untuk dapat percaya omongan adik seperguruannya.

Pada saat itu, muncullah dua orang wanita dan dua orang anak kecil. Mereka ini adalah nyonya Ting, nyonya Ouw, dan kedua orang anak dari Ting piauwsu. Nyonya Ting adalah seorang wanita yang berwajah sabar dan manis budi, nyonya Ouw juga berwajah cantik, akan tetapi dalam pandangan Eng Eng adalah seorang wanita muda yang cantik dan genit. Sepasang mata nyonya Ouw yang bening itu mengerling kepadanya dengan genitnya.

Sebagai seorang wanita, tentu saja Eng Eng lebih senang berkenalan dengan wanita pula, maka ketika ia diperkenalkan, ia lalu bangkit berdiri, menghampirl mereka dan ia lalu memegang tangan nyonya Ting dan nyonya Ouw sambil berkata,

"Cici, aku girang sekali dapat berkenalan dengan kalian!" Eng Eng masih ingat bahwa terhadap seorang wanita yang lebih tua, harus menyebut cici!

Bukan main kagetnya semua orang melihat perbuatan ini. Ting Kwan Ek, Ouw Tang Sin sampai melompat bangun dari tempat duduk mereka dengan mata terbelalak. Sedangkan kedua orang nyonya muda itu tersipu-sipu dan muka mereka menjadi merah sekali. Nyonya Ting memandang marah, akan tetapi nyonya Ouw memandang wajah yang tampan itu dengan senyum di bibir dan kembali kerling matanya menyambar ganas!

Akan tetapi Eng Eng tidak memperdulikan ini semua karena ia merasa tidak tahu akan perasaan hati mereka. Ia lalu melihat anak bungsu dari keluarga Ting, seorang anak perempuan berusia lima tahun. Sambil tersenyum Eng Eng lalu berjongkok, mencium anak ini dan menggendongnya dan menimang-nimangnya.

"Adik yang manis? Mari bermain-main dengan cici."

Empat orang yang tadinya melongo itu kini saling pandang dan meledaklah suara ketawa mereka. Eng Eng menjadi terheran dan cepat memandang, lalu bertanya "Eh.. eh, apakah yaug kalian ketawakan?"

Nyonya Ting lalu memegang tangannya dan berkata,

"Sesungguhnya, bukankah kau seorang perempuan?"

"Eh, cici, kau ini aneh benar. Siapa bilang bahwa aku adalah seorang laki laki!"

Ting piauwsu memukul-mukul kepalanya sendiri sambil tertawa geli, lalu berkata,

"Sungguh lucu dan sungguh bodoh aku ini. Mengapa mataku seperti buta, tidak tahu bahwa kau adalah seorang lihiap (pendekar wanita)? akan tetapi, mengapa kau diam saja dan tidak mau menyangkal ketika aku menyebutmu-taihiap? Ah, nona, kau benar-benar telah mempermainkan aku!"

"Siapa yang mempermainkan orang? Dan mengapa kau mengira bahwa aku seorang laki-laki?" tanya Eng Eng sambil menurunkan anak perempuan itu dari gendongan,

"Pakaianmu.. siapa yang mengira bahwa kau seorang wanita?"

"Mengapa pula pakaianku? Aku memang sudah seringkali mengenakan pakaian seperti ini," jawab Eng Eng.

Tiba tiba teringatlah Ting Kwan Ek bahwa gadis perkasa ini adalah murid dari Hek Sin-mo yang miring otaknya, maka kembali timbul dugaannya kalau-kalau gadis ini juga gila seperti gurunya! Ia berkata kepada suhengnya.

"Suheng, Suma lihiap ini adalah murid tunggal dari Hek Sin mo!"

Ouw piauwsu tercengang mendengar ini dan iapun timbul dugaan seperti yang dipikirkan oleh sutenya, Ting piauwsu tentu saja tidak mau menyatakan keinginannya mendapat bantuan dari Eng Eng di depan gadis itu, maka ia lalu berkata kepada istrinya.

"Suma lihiap tentu lelah, kau antarkanlah dia ke kamarnya, agar supaya dia bisa beristirahat." Diam-diam ia mengejapkan matanya kepada istrinya itu. Eng Eng tidak membantah karena ia Iebih senang bercakap-cakap dengan nyonya Ting yang nampak manis budi itu, sedangkan nyonya Ouw yang bernama Lo Kim Bwe itu semenjak tadi memandang dengan muka merah dan terheran-heran.

Setelah Eng Eng masuk ke dalam bersama Ting hujin (Nyonya Ting) OuW Tang Sin menghela napas dan berkata,

"Sute, sungguh sukar untuk percaya bahwa dia bisa mengalahkan Ban Yang Tojin. Dan dia seorang wanita pula!"

"Akupun heran sekali, suheng. baru sekarang aku tahu bahwa dia adalah seorang wanita! Sikapnya benar-benar aneh sekali, jangan-jangan dia........" Ting Kwan Ek lalu menunjuk ke arah keningnya sendiri.

"Gurunya terkenal sebagai seorang sakti yang berotak miring." kata Ouw piauwsu yang duduk kembali. Lo Kim Bwe lalu menyuruh pelayan mengeluarkan minuman untuk mereka berdua, kemudian nyonya muda yang cantik dan genit ini lalu masuk ke ruang dalam untuk ikut bercakap-cakap dengan tamu mereka yang aneh itu.

"Suheng. betapapun juga, dia benar benar berkepandaian tinggi." la lalu menceritakan tentang jalannya pertempuran antara Eng Eng dan Ban Yang Tojin sehingga Ouw piauwsu merasa makin terheran-heran.

"Celaka, kau telah menanam bibit permusuhan dengan Thian te Sam kui, bagaimana kalau mereka datang mengganggu kita?"

Posting Komentar