Pedang Pusaka Naga Putih Chapter 16

NIC

"Han Liong...!" nyonya tua itu merasa seluruh anggota tubuhnya lemah dan tangannya meraba-raba ke sandaran kursi mencari pegangan untuk menahan tubuhnya yang hendak roboh karena kepalanya tiba-tiba menjadi pusing. Beberapa saat berlalu sunyi, hanya terdengar suara pernapasan wanita itu yang terengah-engah berat.

"Han Liong... kau datang mencari ibumu...?" tanyanya lemah.

"Bukan," jawab pemuda itu tegas tanpa pikir lagi, sehingga ia sendiri menjadi heran akan kata-katanya karena mengapa sedang hatinya bagaikan hancur luluh melihat ibu kandungnya sendiri yang sudah lama dirindukannya, dengan seluruh hasratnya yang menggelora ingin memeluk kaki ibunya dan ingin pula menjatuhkan kepalanya di pangkuan ibunya, maka tiba-tiba mengeluarkan kata-kata ketus.

"Aku datang hendak mencari pembunuh ayahku. Ibu tentu sudah lupa ayahku orang she Si yang terbunuh oleh suami ibu yang sekarang ini. Tapi aku tidak lupa, dan aku ingin menuntut balas!" Suaranya makin keras dan lantang, semua diucapkannya diluar kesadarannya. Mendengar kata-kata yang bagaikan pisau tajam menusuk hatinya dan yang penuh pernyataan penyesalan dari anak kepada ibunya ini. Yo Lu Hwa, wanita itu, mendekap dadanya dan menjerit ngeri, lalu roboh tak sadar diri! Buyar seketika semua kekerasan hati Han Liong melihat ibunya pingsan.

Ia maju dengan lemah lembut diangkatnya tubuh ibunya ke atas pembaringan. Yo Lu Hwa mulai sadar tapi masih merasa pening dan matanya memandang gelap, lalu dipeluknya leber anaknya dengan hati hancur. Tapi Han Liong melepaskan pelukan ibunya karena pada saat itu ia mendengar suara langkah kaki memasuki kamar. Ia hendak meloncat keluar, tapi ibunya memegang tangannya seakan-akan hendak menahannya, sehingga hal ini membuatnya terlambat untuk keluar dan pada saat itu pintu kamar terpentang lebar. Orang yang memasuki kamar itu adalah seorang gadis muda yang tadi berbicara dengan ibunya, dan ketika ia melihat tegas, hampir saja ia berteriak karena heran. Karena yang berdiri di depannya memegang sepasang pedang itu tiada lain ialah Lie Hong Ing sendiri, gadis gagah yang baru pagi tadi meninggalkan perahunya!

"Ibu... ada apa, ibu?" kata gadis itu melihat ibunya dengan cemas. Ibunya yang terserang tekanan batin hebat itu hanya dapat menuding ke arah Han Liong sambil berkata lemah,

"Ia... ia..." lalu menangis tersedu-sedu, Hong Ing cepat menengok dan ketika ia melihat Han Liong, kedua alis matanya bergerak-gerak tercengang.

"Kau...?? Kau... datang ke sini mengganggu ibuku? Berani benar kaul" Segera ia menusuk dengan pedang kanan ke arah leher Han Liong. Pemuda itu kini maklum bahwa Hong Ing adalah anak ibunya dan Lie Ban! Hebat rasanya kenyataan ini. Hong Ing adalah anak musuh besarnya, tapi adalah adiknya sendiri, adik seibu. Dan kini adiknya itu menyerangnya dengan tusukan maut!

"Hong Ing... ia... kakakmu...!" Yo Lu Hwa masih sempat berbisik, tapi tak terdengar oleh Hong Ing yang sedang marah sekali. Tusukannya dapat dikelit Han Liong yang segera turut mundur keluar dengan cepat.

"Bangsat, jangan lari!!" teriak Hong Ing lalu menyusul. Han Liong melompat ke atas genteng, disusul oleh nona itu. Untuk sesaat Han Liong ingin berlari pergi karena ia segan melawan nona itu, tapi sifat jantannya melarang ia pergi sebelum ia membatas sakit hati ayahnya. Maka ia berdiri menanti dengan tenang. Ketika Hong Ing yang tertinggal karena kalah gesit itu tiba di hadapan Han Liong, gadis itu menahan serangannya dan bertanya dengan suara ketus,

"Tak kusangka kau adalah golongan orang jahat! Sekarang terangkan maksud kedatanganmu sebelum kupisahkan kepalamu dari tubuhmu!" Man tak mau Han Liong memainkan senyum di bibirnya mendengar kecongkakan gadis itu.

"Kau hendak tahu maksud kedatanganku? Baiklah aku berterus terang. Kepadamu aku tak bermaksud apa-apa, maka baiknya panggil saja ayahmu keluar. Bukankah ayahmu adalah Lie Ban si Naga Tanduk Besi?"

"Ada urusan apa kau mau berjumpa dengan ayahku?" tanya Hong Ing.

"Ia adalah pembunuh ayahku dan aku datang hendak membalas dendam dan membunuhnya!"

"Bangsat kecil! Kau hendak membunuh ayahku? Bagus, besar sekali nyalimu. Tak perlu ayahku keluar untuk membereskan kau, cukup aku sendiri dengan sepasang pedangku ini!" Terus ia menyerang kembali dengan hebat.

"Apa boleh buat! Kau sendiri yang mencari celaka!" kata Han Liong dan tiba-tiba Hong Ing merasa matanya kabur ketika pemuda itu berkelit menghindari serangannya sambil mencabut Pek liong pokiam yang bersinar putih melepak dan menyilaukan mata ketika ditimpa sinar bulan!

Tapi Hong Ing tidak takut, ia segera menyerang kembali dengan gerak tipu Dua Dewa Kecil Bermain-main. Pedang kanannya diputar-putar seperti baling-baling lalu diarahkan ke leher lawan, sedangkan yang kiri langsung menusuk perut lawannya itu. Han Liong kelit tusukan dan menangkis sabetan pada lehernya. Trang! dan tahu-tahu pedang kanan Hong Ing telah putus! Hong Ing terkejut tapi tidak mau mengalah. Pedang kiri segera pindah tangan, lalu ia menyerang pula dengan hebat. Tapi kali ini ia berlaku hati-hati karena pedang lawan luar biasa tajamnya sehingga sebilah pedangnya sendiri yang terbuat dari baja tulen pun dengan mudah dipatahkan lawan. Han Liong banyak mengalah dan berkelit ke sana sini mengandalkan kegesitan tubuhnya yang diwarisinya dari si Iblis Bumi. Tiba-tiba dari bawah melayang keluar enam bayangan dengan sangat gesitnya dan terdengar suaranya berseru,

"Tangkap bangsat itu!" Ternyata mereka ini adalah Lie Ban Naga Tanduk Besi sendiri, diikuti oleh adiknya Lie Kong. Sepasang Macan Tutul she Beng, dan dua orang tua tamu Lie Ban yang dilihat oleh Han Liong tadi ketika keenam orang itu tengah duduk bercakap-cakap. Melihat enam orang itu telah berada di depannya, Han Liong gunakan pokiamnya memapas pedang Hong Ing sehingga terdengar suara "Trang" untuk kedua kalinya dan gadis itu kehilangan pedangnya! Hong Ing menjadi marah sekali, tapi sebelum ia dapat berbuat sesuatu, Han Liong berteriak.

"Tunggu!!" sambil lompat mundur setindak lebih.

"Bangsat dari mana berani membikin kacau di sini?" teriak Lie Ban dengan marah.

"Yang mana di antara kalian yang bernama Lie Ban Naga Tanduk Besi?" tanya Han Liong.

"Aku sendirilah Lie Ban! Kau mau apa?" jawab si Naga Tanduk Besi. Sepasang mata Han Liong menyinarkan penuh kebencian. Ia gunakan ketika itu untuk memandang musuh besarnya dengan teliti. Hm, jadi inikah pengrusak rumah tangga orang tuaku? Inikah orangnya yang membunuh ayahku dan kemudian menawan ibuku serta memaksanya menjadi isterinya?

"Hm, tua bangka she Lie yang rendah budl! Dengarlah baik-baik, aku adalah Si Han Liong!! Ingatkah kau nama ini??" Lie Ban terkejut.

"Han Liong?? Kau anakku! Ibumu selalu mengharapkan kedatanganmu."

"Siluman tua! Jangan sebut-sebut nama ibuku untuk meredakan sakit hatiku! Ayahku telah kau bunuh dan sekarang aku anaknya harus mengambil kepalamu untuk dipakai sembahyang di depan arwah ayahku!"

"Tapi... tapi..." ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena pada saat itu Pek liong pokiam telah menyambar ke arah lehernya! Namun Lie Ban bukanlah orang lemah. Ia bekas panglima yang berkepandaian tinggi, maka dengan melompat ke samping ia dapat mcnghindarkan dirinya dari tusukan walaupun keringat dingin mengucur dari jidatnya karena sinar Pek-liong pokiam yang begitu lebat dan mendatangkan angin dingin!

"Jangan banyak tingkah!" berteriak Lie Kong lalu menyerang dengan toyanya dengan ilmu toyanya yang hebat sekali, yaitu Hok-houw-kun-hoat atau Ilmu toya Penakluk Harimau. Toyanya yang berat itu dimainkan dengan cepat hingga anginnya bersuara. Dengan sengit Han Liong mengayun pokiamnya. Kembang api memancar ketika ujung toya itu terpotong karena tertebas Pek-liong-pokiam.

"Haya!" teriak Lie Kong dengan terkejut sekali. Kawan-kawannya melihat kehebatan pokiam lawan, segera memegang senjata masing-masing dan maju mengeroyok! Kedua saudara Beng dengan pedang di tangan memainkan ilmu Ji-pa-cu Siang-kiam-hoat atau ilmu Pedang Sepasang Dua Macan tutul yang bengis dan dulu dikagumi oleh Liok tee-sin-mo Hong In! Sedangkan Lie Ban sendiri segera mencabut goloknya dan kedua tamunya, yang seorang bernama Ma Kui si jagoan dari Sinkiang dan Ban Cat-lin si orang Tua Dewa Arak, masing-masing bersenjata tombak dan pian baja, maju pula menyerang Han Liong.

Posting Komentar