Jika sekarang kubunuh diri didepan mereka, maka urusan akan menjadi beres dan Sau-toako tidak akan ikut menjadi korban.
-Segera aku melolos pedangku yang patah itu, selagi aku hendak melompat masuk kesana, mendadak kulihat Sautoako tergeliat, orangnya berikut kursinya jatuh terguling, kulihat tangan Sau-toako menahan lantai dan berusaha merangkak bangun dengan kursi yang masih menindih tubuhnya.
Tapi lantaran lukanya cukup parah, seketika dia tak dapat berbangkit.
-Thio Yan-coan sangat senang, katanya dengan tertawa: 'Bagaimana.
jago nomor dua bertempur sambil berduduk, lalu jago nomor berapa jika merangkak"' Sambil bicara dan bergelak tertawa terus berdiri.
-Mendadak Sau-toako ter-bahak2, katanya: 'Aha, kau 'kalah!' Thio Yan-coan tertawa dan menjaWab: 'Kau sendiri sudah kalah sedemikian rupa, masa kau bilang aku yang kalah"' Sambil mendekam di lantai Sau-toako bertanya: 'Coba jawab, bagaimana menurut perjanjian kita"' -Thio Yan-coan menjawab: 'Kita sudah berjanji akan bertempur dengan berduduk, barang siapa berdiri lebih dulu, bila pantat meninggalkan kursinya lantas dianggap ....
dianggap.
dianggap .
'sampai beberapa kali dia menyebut dianggap dan tak dapat menyambung.
Baru sekarang dia menyadari telah terjebak.
Dia sendiri sudah berdiri, sebaliknya Sau-toako sejak tadi belum pernah berdiri, bahkan kursi juga masih menempel ditubuhnya, meski keadaannya rada runyam, tapi menurut perjanjian jelas Sau-toako yang menang." Serentak semua orang bersorak dan tertawa gembira.
Hanya Ciamtay Cu-ih saja yang mendengus, katanya: "Hm, bocah bergajul itu sengaja main akal bulus dengan bangsat cabul semacam Thio Yan-coan itu, apakah tidak membikin malu kaum Beng-bun-cing-pay kita?" "Akal bulus apa katamu?" damperat Ting-yat dengan gusar.
"Seorang lelaki sejati boleh adu akal dan tidak perlu adu kekuatan.
Memangnya Hong hoa-wan kalian ada ksatria muda yang berbudi luhur begitu?" Rupanya ia sangat berterima kasih kepada Sau Peng-lam setelah mengikuti cerita Gi-lim tadi, tanpa menghiraukan keselamatan sendiri Peng-lam telah menjaga nama baik Siong-san-pay serta menyelamatkan kesucian Gi-lim.
Maka rasa marahnya semula kepada Sau Peng-lam kini sudah melayang ke-awang2.
Ciamtay Cu-ih menjengek pula: "Hm, ksatria muda ahli merangkak yang hebat!" Dengan murka Ting-yat menjawab: "Apakah Hong-hoawan kalian.
" Belum lanjut ucapannya, cepat Wi Kay-hou menyela, katanya kepada Gi-lim: "Lalu bagaimana Siausuhu, Thio Yan-coan mengaku kalah atau tidak?" Gi-lim menutur pula: "Thio Yan-coan berdiri dengan melenggong, seketika ia merasa bingung dan dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.
Sau-toako lantas berseru: 'Siau-sumoay dari Siong-san-pay, turunlah kemari, bahagialah kau mendapatkan murid baru!' Kiranya dia sudah tahu sejak tadi persembunyianku di atas rumah.
Meski orang she Thio itu terkenal jahat, tapi apa yang pernah dikatakannya tidak diingkarinya, waktu itu dengan mudah mestinya dia dapat membunuh Sau-toako, habis itu baru membekuk lagi diriku.
Tapi semua ini tidak dilakukannya, dia malah berseru padaku: 'Dengarkan, nona cilik, lain kali bila kau berani bertemu lagi denganku.
sekali tabas segcea akan kubinasakan kau.' -Memangnya aku tidak sudi menerima orang jahat begitu sebagai murid, ucapannya itu sudah tentu kebetulan bagiku.
Habis bicara Thio Yan-coan lantas menyimpan goloknya terus melangkah pergi.
Baru sekarang aku berani melompat turun, kubangunkan Sau-toako dan membububi lukanya dengan obat, kuhitung luka diseluruh tubuhnya berjumlah 18 tempat." Mendadak Ciamtay Cu-ih menyeletuk; "Selamat, Tingyat Suthay, selamat!" "Selamat apa?" tanya Ting-yat dengan heran.
"Selamat padamu karena kau baru saja menerima seorang cucu murid yang termashur," kata Ciamtay Cu-ih.
Keruan Ting-yat menjadi murka, ia menggebrak meja dan hendak melabrak orang.
Tapi Thian-bun Tojin keburu mencegah.
katanya: "Ciamtay-sicu, kukira tidak boleh kau omong begitu.
Antara Su-ki dan Sam-yu kita mana boleh berkelekar iseng begini?" Karena merasa bersalah, pula merasa segan terhadap Thian-bun Tojin, maka Ciamtay Cu-ih melengos kesana dan pura2 tidak dengar.
Gi-lim lantas menyambung lagi ceritanya: "Sehabis kububuhi obat pada luka Sau-toako, tiba2 tangga loteng berbunyi, naiklah dua orang yang kukenal sebagai murid Hong-hoa-wan, satu diantaranya ialah si jahat Lo Ci-kiat ini.
Dia memandang padaku, lalu memandang pula Sau toako, akhirnya aku lagi yang ditatapnya dengan sikap yang kurang sopan.
Sau-toako melototi orang she Lo itu, mendadak ia tanya padaku: 'Sumoay, apakah kau tahu Kungfu apa yang menjadi andalan Hong hoa-wan"' -Aku menjawab tidak tahu, sebab Kungfu Hong-hoa-wan kabarnya sangat banyak.
Sau-toako berkata pula: "Kungfu andalan Hong-hoa-wan memang sangat banyak, tapi satu diantaranya yang paling terkenal ialah ....
Hehe, agar tidak menyakitkan hati, biarlah tidak kukatakan.' -Habis berkata ia melirik sekejap kearah Lo Ci kiat.
Karena itulah Lo Ci-kiat lantas mendekati Sau-toako dan membentak: 'Kungfu apa" Coba sebutkan!' Dengan tertawa Sau-toako berkata: 'Sebenarnya tidak ingin kukatakan, apakah kau sengaja memaksa kukatakan" Baiklah, Kungfu itu adalah jurus yang disebut belibis hinggap ditanah pasir dengan pantat lebih dulu!' "Lo Ci-kiat menggebrak meja dan membentak: 'Omong kosong! Tidak ada jurus belibis jatuh dengan pantat lebih dulu segala! Ngaco belo!' Sau-toako tertawa dan menjawab: 'Itulah jurus andalan Tang-wan kalian.
masa tidak pernah kau-dengar.
Apa kau ingin tahu" Coba kau membalik tubuhmu, biar kupertunjukkan jurus tersebut!' -Rupanya Lo Ci-kiat tahu Sau-toako sengaja hendak menyindirnya, segera ia menjotos.
Mestinya Sau-toako hendak mengelak, tapi dia sudah terlalu banyak kehilangan darah, tenaganya sangat lemah, baru bergerak segera dia jatuh terduduk lagi, Jotosan lawan dengan tepat mengenai hidungnya sehingga mencucurkan darah pula.
Segera Lo Ci-kiat hendak menghantam lagi, tapi dapat kutangkis, kataku: 'Jangan kau serang orang yang terluka parah, memangnya terhitung orang gagah macam apa tindakanmu ini"' Lo Ci-kiat lantas memaki: Nikoh cilik, rupanya kau terpikat oleh bangsat cilik yang ganteng ini ya" Hayo, menyingkir, kalau tidak, nanti kaupun kuhajar!' -Aku menjawab: 'Kutahu kau ini murid Tang-wan, kau berani menghina diriku, pasti akan kulaporkan kepada gurumu Hong-hoa-wancu.' -Dia menjawab dengan cengar-cengir: 'Huh; kau sendiri tidak patuh pada peraturan suci, setiap orang dapat menghajar kau!' Berbareng sebelah tangannya terus meraih diriku, cepat kutangkis, tak terduga dia cuma memancing saja, tangan yang lain mendadak mencolek pipiku sambil bergelak tertawa.
Gusar dan dongkol aku, beruntun kuserang tiga kali dan semuanya dapat dihindarkan olehnya.
-Tiba-tiba Sau-toako berkata padaku: 'Sumoay, tidak perlu kau gubris dia, biar kuatur tenagaku sebentar lagi dan segalanya akan beres.' Kulihat air muka Sau-toako pucat lesi.
Pada saat itulah Lo Cia-kiat berlari maju hendak memukulnya lagi.
Tapi mendadak sebelah kaki Sau-toako mendepak dan tepat mengenai bokongnya.
Karena depakan yang cepat lagi jitu itu.
Lo Ci-kiat tidak dapat berdiri tegak lagi, ia jatuh terguling ke bawah loteng.
-Dengan suara pelahan Sau-toako berkata padaku: Sumoay, inilah jurus paling diandalkan Hong-hoa-wan mereka, namanya belibis hinggap di padang pasir dan jatuh dengan pantat lebih dulu.
Coba lihat, cara jatuhnya tadi mirip nama jurus itu bukan" -Aku hendak tertawa.
tapi melihat wajahnya kian lama kian pucat, aku menjadi kuatir, kataku: 'Hendaklah kau istirahat sebentar dan jangan bicara.' Kulibat lukanya mengalirkan darah lagi, jelas depakannya tadi terlalu kuat menggunakan tenaga sehingga lukanya pecah lagi.
-Dalam pada itu Lo Ci-kiat yang terguling kebawah loteng itu telah berlari ke atas loteng lagi, kini dia sudah membawa sebilah golok melengkung ia membentak: 'Kau ini Sau Peng-lam dari Lam-han bukan"' Sau-toako menjawab dengan tertawa: 'Murid Tang-wan yang pamer jurus jatuh dengan bokong lebih dulu, termasuk anda sudah berjumlah tiga orang.
Pantas ....
pantas .
' -Sambil bicara ia terus ter-batuk2.
Kukuatir Lo Ci-kiat mencelakai dia, maka akupun melolos pedang dan berjaga disamping.
Lo Ci-kiat lantas bicara kepada temannya: 'Le-sute, kau layani Nikoh cilik ini.' Temannya mengiakan, dengan golok melengkung segera dia membacok diriku.
Terpaksa kutangkis dengan pedang, Disebelah sana Lo Ci-kiat juga melancarkan serangan gencar terhadap Sau-toako.
Sekuatnya Sau-toako menangkis, keadaannya cukup gawat.
Bseerapa jurus lagi, pedang Sau-toako terbentur jatuh.
Segera golok Lo Ci-kiat mengancam di dada Sau-toako dan mengejek dengan tertawa: 'Asalkan kau panggil kakek tiga kali padaku, segera kuampuni jiwamu.' -Sau-toako tertawa, jawabnya: 'Baik, akan kupanggil, sesudah itu, kau harus mengajarkan jurus.
jurus belibis jatuh dengan pantat lebih dulu padaku.
' Belum habis ucapannya, si jahat Lo Ci-kiat ini terus mendorong goloknya dan menancap di dada Sau-toako, hati orang jahat ini sungguh amat keji dan kejam.
" Bercerita sampai disini, air mata Gi-lim lantas berderai membasahi kedua pipinya.
Dengan tersendat ia menyambung pula: "Mel.
melihat keadaan Sau-toako itu.
segera kuterjang kesana hendak mencegahnya, namun golok melengkung Lo Ci-kiat itu sudah menikam dada Sautoako .
" Seketika semua orang sama bungkam.
suasana menjadi hening.
Ciamtay Cu-ih merasa sorot mata orang banyak tertuju kearahnya dengan penuh rasa benci dan gusar serta menghina.
Dia ingin bicara sesuatu, tapi tidak tahu apa yang yang harus dikatakan.
Selang sejenak barulah dia berucap: "Ceritamu ini kukira tidak seluruhnya benar dan tidak sejujurnya.
Kau bilang Lo Ci-kiat telah membunuh Sau Peng-lam, tapi mengapa Ci-kiat meninggal pula di tangan bocah she Sau itu?" "Setelah tertikam goloknya, Sau-toako tertawa." tutur Gi-lim pula.
"Dia lantas membisiki aku; 'Siausumoay, ada ....
ada suatu rahasia besar akan kuceritakan padamu.
Kau tahu jurus pedang nomor satu didunia, yaitu Siang-liu-kiam-hoat, kitab ....
kitab pusaka ilmu pedang itu ber....
berada di .
makin lirih suaranya sehingga akupun tidak mendengar, hanya kelihatan bibirnya saja ber-gerak2 dan entah apa yang dikatakan.
" Tujuan Ciamtay Cu-ih mengirim keempat muridnya, yaitu "Eng Hiong Ho Kiat", kedaerah Tionggoan, maksudnya ingin mencari tahu sumber berita mengenai Siang-liu-kiam-hoat ilmu pedang nomor satu di dunia itu.
Jika di Tionggoan betul muncul ilmu pedang tersebut, maka mereka diwajibkan segera memberi laporan.