Melihat betapa tiga orang yang tadi menangkap dia dan Giok Cu berkelahi melawan dua orang yang kelihatan gagah, Han Beng mengambil kesimpulan bahwa tentu dua orang gagah itu yang berusaha menolong dia dan Giok Cu. Dia memandang dengan hati kuatir, lalu memegang tangan Giok Cu dan berbisik “Giok Cu, mari kita cepat lari!”
Akan tetapi anak perempuan itu mengeluh.
“Aku ……… aku merasa panas sekali, Han Beng
rasanya mual dan hendak muntah ah, perutku panas
sekali !”
Memang terdapat perbedaan antara Han Beng dan Giok Cu sebagai akibat mereka menghisap darah ualar yang disebut anak naga oleh para tokoh kang-ouw tadi. Han Beng menghisap darah jauh lebih banyak dari Giok Cu dan andaikata dia tidak tergigit oleh ular itu tentu dia sudah tidak kuat bertahan dia sudah tewas. Akan tetapi, Han beng digigit ular pundaknya, dan racun ular itu menyerangnya. Perlu diketahui bahwa ular itu memang merupakan semacam ular yang langka, ular yang kalau malam mengeluarkan cahaya di bagian kepalanya dan di dalam kepalanya itu terdapat semacam benda yang dianggap mustika oleh para tokoh kang- ouw, benda yang amat langka dan juga ampuh. Akan tetapi, gigitan ular ini mengandung racun yang mematikan! Dan Han Beng tentu sudah sejak tadi tewas kalau saja dia tidak menghisap darah ular itu. Darah itu yang sekaligus menjadi obat penawar racun, bahkan pencampuran dua benda beracun, yang satu melalui gigitan dan yang kedua melalui darah ular, mendatangkan kekuatan luar biasa di dalam tubuhnya. Namun, tetap saja Han Beng terancam maut karena racun yang memasuki tubuhnya itu sungguh amat ampuh. Adapun Giok Cu hanya menghisap darah ular, tidak tergigit. Namun darah ular itu pun memabukkan dan mengandung racun yang dasyat disamping mengandung kekuatan yang aneh pula. Seperti juga Han Beng, Giok Cu juga terancam maut dengan adanya darah ular dalam tubuhnya, darah yang dihisapnya dari ekor ular untuk menolong temannya tadi.
Perkelahian itu berjalan dengan seru. Sebetulnya, tingkat kepandaian Huang-ho Sam-kwi masih kalah dibandingkan dengan Kiu-bwe-houw Gan Lok ataupun Kim-kauw-pang Pouw In Tiang. Akan tetapi, kiranya kedua orang jagian itu tidak bekerjasama. Agaknya mereka berdua yang juga tadinya memperebutkan anak naga, kebetulan saja menghadang Huang-ho Sam-kwi di pantai sunyi itu secara berbareng.
Setelah terjadi perkelahian, mereka berdua maju sendiri- sendiri dan tidak saling Bantu. Hal ini menguntungkan Huang- ho Sam-kwi yang maju bertiga.
Seorang diantara mereka dapat membantu teman kanan kiri untuk mengeroyok dua orang lawan itu. bagaimanapun juga, permainan pecut ekor sembilan dari Kiu-bwe-houw dan permainan tongkat sakti dari Kim-kauw-pang memang hebat dan membuat tiga orang Huang-ho Sam-kwi itu kocar-kacir dan permainan pedang mereka menjadi kacau balau.
Melihat ini, orang pertama dari Huang-ho Sam-kwi merasa kuatir lalu berseru kepada adiknya yang ketiga.
“Cepat larikan dua orang bocah itu, kami akan menahan mereka!” Orang ketiga dari Huang-ho Sam-kwi yang tinggi dan kurus sekali sampai seperti ikan layur, maklum akan maksud kakaknya. Satu-satunya jalan bagi mereka adalah melarikan diri lewat dalam air! Dan sebelum melarikan diri tentu saja lebih dulu dua orang anak itu harus disingkirkan agar jangan terjatuh ke tangan orang lain.
Kalau mereka bertiga melawan terus akhirnya akan roboh, dua orang anak dengan darah naga sakti itu tentu akan terampas, bahkan keselamatan nyawa mereka terancam. Maka dia lalu menubruk Han Beng dan Giok Cu. Kedua tangannya hendak mencengkeram dan menangkap dua orang anak itu untuk dibawa loncat kedalam air.
Han Beng dan Giok Cu mampu menghindarkan diri dan lengan kiri Han beng sudah tertangkap, juga lengan kanan Giok Cu. Keduanya meronta dan tiba-tiba Han-beng mengangkat tangan kiri, dikepalnya tangan itu dan memukul kearah perut orang termuda Huang-ho Sam-kwi.
“Desssss… !”
Hebat bukan main akibat pukulan anak laki-laki berusaha dua belas tahunan itu. tubuh tinggi kurus itu terjungkang terbanting keatas tanah dan dia bergulingan mengaduh-aduh sambil memegangi perutnya.
”Aduhhh ………… panas ………… panas !” Dan dia pun
berkelonjotan tak mampu mengeluh lagi! Tentu saja dua orang saudaranya terkejut. Melihat keadaan tidak menguntungkan itu, mereka lalu meloncat kebelakang, menyambar tubuh saudara yang terluka, lalu membawanya loncat ke dalam air, lalu menyelam lenyap.
Kiu-bwe-houw gan Lok dan Kim-kauw-pang Pouw In Tiang daling pandang dengan mata terbelalak. Mereka terkejut dan merasa heran sekali melihat peristiwa tadi. Seorang diantara Huang-ho Sam-kwi sekali pukul oleh bocah berusia dua belas tahun itu! bagaimana mungkin ini! Mereka berdua tahu benar betapa lihainya Huang-ho Sam-kwi, walaupun tingkat masing- masing anggota Tiga Setan Sungai Kuning masih kalah oleh mereka namun selisihnya hanya sedikit dan tidak sembarang orang akan mampu mengalahkan mereka.
Dan kini, sekali pukul saja anak itu dapat merobohkan seorang diantara mereka yang mengaduh-aduh mengatakan bahwa perut yang dipukul itu terasa panas! Mereka berdua adalah tokoh kang-ouw yang berpengalaman dan cerdik, maka mereka sudah dapat menduga bahwa tentu kehebatan bocah itu adalah akibat dari minum darah anak naga tadi! Makin gembira dan bersemangat hati mereka untuk dapat memiliki dua orang anak kecil itu dan mereka lalu menghampiri Han Beng dan Giok Cu.
Han Beng masih bergandeng tangan dengan Giok Cu dan kini dia berkata kepada dua orang gagah itu.
“Terima kasih atas pertolongan paman berdua. Sekarang orang-orang jahat itu telah tidak ada, kami hendak pergi mencari keluarga kami.” Dan dia hendak menarik lengan Giok Cu, diajak pergi dari situ, kedua anak itu berjalan terhuyung- huyung seperti mabuk.
“Nanti dulu, anak-anak baik ?” dua orang jagoan itu melompat menghadang di depan dua orang anak itu Kim-bwe- houw Gan Lok menyentuh lengan Han Beng dan Kim-kauw- pang Pouw In Tiang menyentuh lengan Giok Cu.
Keduanya mengeluarkan seruan kaget dan meloncat mundur karena ketika mereka menyentuh lengan kedua orang anak itu terasa amat panas seolah-olah mereka menyentuh besi membara! Diam-diam mereka merasa semakin gembira. Dua orang ini telah menjadi anak yang luar biasa! “Anak baik, jangan dikira bahwa kalian terlepas dari orang- orang jahat. Ketahuilah, hampir semua orang di permukaan air sungai itu sedang mencari untuk menangkap kalian. Marilah kalian ikut bersama kami, dan kami akan mencarikan keluarga kalian,” kata Kiu-bwe-houw.
“Benar,” sambung Kim-kauw-pang. Jangan kalian pergi sendiri mencari mereka. Kalian sedang sakit, lihat, jalan darah pun terhuyung. Biarlah kami yang akan mengkabari keluarga kalian dengan berpencar.”
Giok Cu mengangguk dan ia melepaskan tangan Han Beng, menghampiri Kim-kauw-pang Pouw In Tiang dan hendak memegang tangan orang ini. Akan tetapi, Kim-kauw- pang mengelak.
“Jangan jangan pegang tanganku. Tanganmu panas
sekali. Kita berjalan berdampingan saja,” kata jagoan itu.
Akan tetapi, sebelum mereka pergi tiba-tiba bermunculan belasan orang di tempat itu. mereka berloncatan dan sudah mengepung tempat itu. terkejut sekali hati dua orang jagoan itu ketika mereka melihat bahwa belasan orang itu adalah orang-orang kang-ouw yang agaknya sudah dapat mencari mereka dan tiba di tempat ini, siap memperebutkan dua orang bocah yang sudah terjatuh ke tangan mereka.
Ini pun hasil perbuatan Hiuang-ho Sam-Kwi!
Setelah mereka dikalahkan karena seorang diantara mereka terluka parah oleh pukulan Han Beng mereka melarikan diri dengan hati menyesal, kecewa dan penuh penasaran. Maka, mereka lalu memberitahukan kepada para tokoh kang-ouw yang masih berseliweran di atas perahu mereka bahwa dua orang bocah itu telah terjatuh ke tangan Kiu-bwe-houw dan Kim-kauw-pang yang berada di tepi sungai dalam hutan yang sunyi itu. Mendengar keterangan ini tentu saja para tokoh kang-ouw berbondong-bondong pergi ke tempat itu dan sebelum dua orang jagoan itu sempat membawa dua orng bocah itu, para tokoh kang-ouw sudah berdatangan dan mengepung tempat itu.
“Kiu-bwe-houw perlahan dulu! Anak laki-laki itu harus diserahkan kepadaku!” kata seorang laki-laki tinggi besar muka hitam yang sudah memalangkan toyanya dengan sikap bengis.
“Kim-kauw-pang, anak perempuan itu bagianku!” kata pula seorang laki-laki tua yang berpakaian seperti sastrawan sambil melintangkan sepasang pedang di depan dadanya.
Juga banyak orang lain yang mengambil sikap mengancam dan siap untuk menyerang siapa saja demi memperebutkan dua orang anak yang mereka percaya mempunyai darah yang ajaib dan yang akan banyak sekali manfaatnya bagi mereka.
Tentu saja Kiu-bwe-houw dan Kim-kauw-pang yang tadi telah menguasai dua orang anak yang diperebutkan, andaikan orang makan daging sudah dipegang dan dibawa ke depan mulut, tinggal telan saja, tidak rela menyerahkan anak itu kepada siapapun juga. Mereka pun menggerakkan senjata dan tak dapat dicegah lagi terjadilaha perkelahian kacau- balau. Tidak ada kawan tertentu atau lawan tertentu.
Setiap orang lain menjadi musuh dan diserang karena mereka semua beranggapan bahwa siapa yang keluar menjadi pemenang tunggal dialah yang akan menguasai dua orang anak itu!
Suasana menjadi rebut dan ramai bukan main, seperti terjadi perang campuh saja dan beberapa orang sudah nampak roboh menjadi korban. Darah mulai mengalir dan nyawa melayang. Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring sekali, suaranya membawa getaran yang terasa oleh semua orang.
“Haiiiiiii! Semua saudara, hentikan perkelahian gila ini !”
Di dalam suara itu terkandung tenaga khi-kang yang amat kuat, dan semua orang merasa betapa jantung mereka tergetar hebat. Mereka terkejut dan otomatis semua orang menghentikan perkelahian dan menengok kearah orang yang mengeluarkan teriakan itu. mereka melihat seorang laki-laki berusia lima puluh tahun lebih, bertubuh tinggi besar dan gagah perkasa, dengan mata mencorong penuh wibawa, pakainnya sederhana sekali mendekati miskin, namun sikapnya anggun dan jelas bahwa dia bukan orang sembarangan. Akan tetapi, para tokoh kang-ouw itu tidak mengenalnya dan semua orang memandang heran.