Ketika sudah datang dekat, Ho Tiong Jong berkata.
"Enci ie, harap kau suka terangkan kedatanganmu tadi. Apakah kau datang membawa bala bantuan untuk membikin susah pada Co lopek?"
Ie Ya tak menjawab, hanya ia menyerang dengan ikat pinggangnya yang panjang.
si nona memang sangat mahir memainkan senjata itu, ia menyalurkan tenaga dalamnya ke ikat pinggang sehingga kelihatan seperti sedang menari-nari diatas kuda.
Kelihatannya bagus sekali, sedang Ho Tiong Jong yang saban-saban disatroni oleh ikat pinggang itu telah berkelit kesana-sini menggunakan kelincahan kudanya, Tapi ternyata ia tak dapat mencegah ketika ikat pinggangnya Ie Ya melibat dirinya sampai sepuluh libatan, hingga ia tidak berdaya.
Ie Ya kegirangan, pikirnya kali ini Tiong Jong akan menyaksikan kelihayannya.
Tapi dibalik rasa bangga itu, iapikir juga apakah, Ho Tiong Jong kena dilibatoleh ikat pinggangnya itu hanya pura pura kalah saja?
Tapi biar bagaimana ia harus selesaikan kemenangannya itu, maka sebentar lagi ia mengentak ikat pinggangnya dan tubuhnya Ho Tiong Jong mencelat dari tunggangannya melayang kedekat si cantik.
cepat Cepst Ie Ya turun dari kudanya dan menghampiri Ho Tiong Jong yang masih tidak berdaya, ia telah memberikan totokan pada jalan darahnya, tapi alangkah herannya ketika ia
merasakan jarinya yang halus ditusukkan pada tubuhnya Ho Tiong Jong seperti juga ia menusuk papan baja.
Ie Ya menjadi jerih, Pikirnya. Ho Tiong Jong sekarang bukan tandingannya, maka sebelum Ho Tiong Jong berdaya lebih baik ia cepat-cepat melarikan diri. Maka seketika itu, tanpa menghiraukan ikat pinggangnya lagi ia sudah lompat pula keatas kudanya dan kabur dari sana dengan kecepatan kilat.
Ho Tiong Jong melihat Ie Ya meninggaikan ikatpingganya yang panjangnya tujuh-delapan tumbak melibat tubuhnya, sudah lantas hendak memutuskan dengan kekuatan tenaga dalamnya yang dahsyat, tetapi urung karena dipikir lagi kalau ia berbuat demikian Ie Ya tentu tidak senang hatinya, ikat pinggang yang sangat disayangnya itu, jika ia putuskan pasti Ie Ya tentu tidak senang hatinya, tidak mandang muka pemiliknya.
Dari sebab itu, maka ia sudah menggunakan ilmu mengkeratkan tubuh untuk meloloskan diri dari gubetan ikat pinggang.
Setelah mana, lalu ia gulung lagi dengan baik baik barang si cantik, kemudian ia bawa naik kuda mengejar si nona, Pikirnya, ie Ya melarikan kuda tentu akan mengundang teman-temannya untuk membikin susah Co Kang Cay.
Maka hatinya merasa cemas, ketika kudanya hanya dapat sepuluh li saja dan telah mogok. karena kakinya terluka, Terpaksa IHo Tiong Jong turun dan kudanya. ia berdiri celingukan mencari cari Ie Ya, tapi orang yang dicari tidak kelihatan mata hidungnya,
Tidak tahunya ie Ya sudah masuk kedalam rimba untuk menghindarkan diri kecandak Ho Tiong Jong.
Dalam hatinya ie Ya berpikir, bahwa seumur hidupnya belum pernah jadi pecundang dan diuber-uber oleh lelaki. Baru kali ini ia mengalaminya, jadi sangat malu.
Meskipun Ho Tiong Jong tidak menaruh cinta padanya, akan tetapi ia sangat mengagumi akan tenaga dalamnya Ho Tiong Jong sekarang ini. Entah dari mana Ho Tiong Jong sudah belajar ilmu kepandaian sedemikian tinggi, sehingga ia sudah bisa menutup jalan darahnya tidak dapat ditotok orang.
Sedang ia jalankan kudanya sambil ngelamun, tiba-tiba mendengar orang menguber padanya dengan menggunakan ilmu jalan cepat yang hebat. Ketika ia mencleh, dilihatnya itu bukan lain dari Ho Tiong Jong.
Ia jadi gemas dan nekad, maka ia lantas hentikan kudanya dan turun menantikan kedatangannya IHo Tiong Jong.
Tatkala mereka sudah berhadapan dengan suara dingin Ie Ya menanya. "Tiong Jong, kau terus terusan menguber-ku, apa maksudmu ?"
"ow, aku tidak berani mengganggu enci, Aku menyesal enci tidak mau menceritakan duduknya urusan sehingga aku menjadi bingung, Tapi, tidak apalah, hanya aku minta pertolongan enci, setelah kembali berkumpul dengan orang-orang dari Perserikatan Benteng perkampungan harap enci tidak menceritakan tentang tempat tinggalnya co lopek, Aku tidak tahu apakah selainnya enci masih ada lain orang pula yang mengetahui tempat tinggalnya co lopek..?"
"Kenapa kau begitu sungguh-sungguh melindungi orang tua itu?" memotong si nona.
"Ya, enci, seperti tempo hari aku pernah cerita, bahwa co lopek sudah dua puluh tahun lamanya disiksa oleh Seng Eng. sekarang dia sudah dapat kemerdekaannya pula dan dengan susah payah dapat membangun rumah-nya, sepantasnya dia dapat kebahagiaannya dalam melewati sisa hidupnya yang sudah tua."
"Selainnya aku, masih ada lagi seorang yang tahu, tapi dia orangnya sembarangan, aku kuatir dia tak dapat memegang rahasia."
"Siapa dia, enci ie "
"Aku tak bisa mengatakan padamU, karena kaU tentu akan membunuh dia sekeluarga bukan ?"
"Tak mungkin aku akan berlaku sekejam demikian ?"
"Tapi Tiong Jong, aku heran sekali, kau mau korbankan diri untuk co Kang cay, tapi kenapa berlaku demikian terhadap adik Giok cin...?"
Hatinya IHo Tiong Jong curiga, Pikirnya, tentu ada kejadian yang tidak beres dengan dirinya Seng Gick Cin. Makanya ie Ya saban-saban timbulkan nama si nona yang menjadi kekasihnya itu.
"Enci ie," katanya, "sejak tadi kau menuduh aku bersalah saja. sebenarnya ada kejadian apa dengan adik Giok? sudilah enci yang baik memberitahukan kepadaku yang rendah."
Ho Tiong Jong bergurau sembari mesem, ia mengambil tindakan itu, dengan pengharapan nona ie akan ceritakan duduknya urusan karena dengan sikap serius ada ia menanya tidak juga mendapat keterangan yang tidak di ingini.
Mendengar kata katanya sipemuda, mau tidak mau Li lo sat ie Ya ketawa juga, "Kau ini pengecut aku benci benar," katanya, "di hadapanku kau masih berpura-pura tidak tahu saja. Kau boleh mengelabuhi adik Seng Gick Cin dan Hong Jie, tapi aku hm..."
Ho Tiong Jong betul-betul kewalahan menghadapi Ie Ya yang masih terus terputar-putar bicaranya, tidak mau diajak berunding kelihatannya, Apalagi mendengar dirinya dikatakan pengecut, hatinya Ho Tiong Jong merasa sangat perih.
Ia tidak menjawab kata-katanya Ie Ya tadi, hanya sebentar lagi terdengar ia mengelah napas dan tundukan kepalanya.
Untuk membuka mulut lagi, rasanya tidak ada harapan nona ie akan cerita duduknya perkara, maka pikirnya lebih
baik ia balik lagi saja kerumahnya Co Kang Cay, sahabat tuanya itu.
Mengingat si orang tua kedudukannya ada berbahaya, karena tempatnya sudah ketahuan maka ia mengambil putusan minta si orang tua menyingkir dari gangguannya pihak Seng Eng. setelah mana ia akan mencari tahu hal nya Giok Cin, sebab ada kemungkinan besar si nona sedang ngalamkan kesusahan, jikalau dilihat kata-katanya ie Ya yang selalu menyesalkan padanya karena tidak menaruh perhatian kepada nona Seng.
Setelah kembali ia mengelah napas, lalu putar tubuhnya balik kerumahnya co Kang cay, sambil tundukan kepala denganpikiran kusut. Ie Ya melihat kelakuannya si pemuda merasa kasihan juga.
Sebenarnya ia sudah cukup mengocok si pemuda yang terus menghadapi teka teki karena kata-katanya yang selalu tidak ada juntrungannya.
Ia berjalan kira-kira sepuluh lie, tiba-tiba ia mendengar dari sebelah belakangnya ada suara kaki kuda yang dilarikan. Keruan ia menoleh itulah kuda putih yang dinaiki Ie Ya.
Ketika Ie Ya hentikan larinya sang tunggangan dan memandang pada Ho Tiong Jong yang terus berjalan dengan tunduka n kepala, seolah-olah ia tidak menghiraukan pada si iblis cantik yang jalan disisinya.
"Waduh, lagi ngambek nih?" kata ie Ya dengan suara merdu. Ho Tiong Jong tinggal terus berjalan tanpa menolehkan mukanya.
Ie Ya melihat sikapnya Ho Tiong Jong tidak menghiraukan padanya, tidak menjadi marah, malah ia berkata lagi. "Aku tidak kira si orang she Ho yang berparas tampan menawan gede ambeknya...."
Ho Tiong Jong kini menoleh pada si iblis cantik, setelah memandang paras Ie Ya yang bersenyum-senyum memikat, lalu tundukan lagi dan berjalan terus.
Ie Ya merasa menyesal telah berlaku keterlaluan kepada pemuda ini, yang parasnya cakap dan pengawakannya yang kokoh kuat selalu merupakan bayangan didepan matanya.
Mungkin si pemuda tidak bersalah, kenapa ia terus-terusan mendesak dan menyalahkan padanya? ia memang tidak kasih kesempatan kepada Ho Tiong Jong untuk membela diri, karena hatinya merasa gemas atas perbuatannya Ho Tiong Jong yang disangkanya telah membalas budi kebaikannya Seng Giok Cin dengan kejahatan-
"Tiong Jong, kan jangan marah, apa kau ingin tahu duduknya urusan?" Ho Tiong Jong masih terus berjalan tanpa menoleh.
"Tiong Jong, betul-betul kau marahan sama encimu?" tanya Ie Ya dengan suara merdu.
Baru si pemuda menoleh kepadanya, sambil tertawa getir ia berkata, "Enci ie, sebaiknya kau jangan ganggu aku lagi. Pergilah kau mengundang kawan kawanmu."
"Ngaco" kata Ie Ya. "Siapa yang hendak mengundang kawan? Aku mengundang kawan-kawan untuk apa ?"
"Untuk mencelakakan Co lopek."
"Hi hi hi...." Ie Ya tertawa, "Aku yang bergelar Li lo-sat, kalau mau, tak usah mengundang kawan-kawan, Co Kang Cay sudah lama celaka ditanganku, Kenapa mesti menanti kedatanganmu dahulu ?"
IHo Tiong Jong melengak, perkataannya Ie Ya benar juga, kalau memang ia hendak membikin susah kepada Co Kang Cay tidak perlu menanti kedatangannya.
"Tapi kenapa barusan kau hendak menyerang Co lo-pek dan perlakukan padanya dengan tidak mengenal aturan?" ia menanya.
"Itulah karena menuruti hatiku yang sedang angin-anginan, aku gemas padamu dan situa bangka yang jadi sasaran-.."
"Hei, enci le, kau gemas padaku, kenapa co lopek dibuat sasaran?"
Ie Ya membungkam wajahnya kemerah-merahan-
"Kenapa enci ie?" tegur s i pemuda.
"Karena aku..."
"... tidak tega, bukan?"
"Oh, kau Tiong Jong..."
XXVI. MASUK PERANGKAP
SAMBIL berkata seraya turun dari kudanya dan kini dengan menuntun tunggangan-nya ie Ya berjalan di sisinya sianak muda.
Ho Tiong Jong sambil berjalan matanya melirik- lirik pada si cantik dengan wajah bersenyum-senyum karena merasa geli dalam hatinya.
Ia tahu, bahwa iblis cantik ini ada jatuh hati kepadanya, beberapa kali ia sudah mengulurkan pertolongannya, tentu bukan tidak ada sebab musababnya. Dan ini dapat dipahami oleh Ho Tiong Jong, cuma saja ia tak dapat membagikan cintanya kepada wanita ketiga, ia tidak ingin Ie Ya menjadi cemas dalam cita-citanya sebab ia menghadapi dua jelita Giok Cin dan Hong Jie saja sudah cukup memusingkan kepalanya, Dua dua ada besar cintanya terhadap dirinya, ia tak dapat memilih yang satu dan mengabaikan yang lainnya, sebab itu berarti akan parahnya orang punya hati juga untuk mengambil
dua-duanya, ia merasa ragu ragu akan keikhlasan masing-masing, kalau ia melihat Giok Cin ada begitu besar cemburunya ketika di Po-kay-san-
Disamping tabeatnya yang jujur dan polos wajahnya yang tampan dan pengawakannya yang kuat tegap Ho Tiong Jong orangnya Jenaka, suka membanyol dan bikin orang ketawa. oleh karenanya Giok Cin dan Hong Jie menjadi lengket padanya.
Ie Ya juga sebenarnya sudah lama menaruh hati pada si pemuda, cuma ia tidak mempunyai kesempatan untuk mengutarakan isi hatinya dan lagi ia merasa bahwa dirinya ada lebih tua dari Ho Tiong Jong.
Cuma, bagaimana juga wajahnya Ho Tiong Jong yang cakap dan kelakuannya yang Jenaka, tak dapat ia singkirkan dalam lamunannya mencicipkan kebahagiaan hidup.
Demikianlah ketika berjalan berendeng, Ie Ya melihat IHo Tiong Jong saban-saban ketawa kepadanya seperti yang merasa geli hatinya, lantas menegur. "Hei, Tiong Jong, kenapa kau cengar-cengir saja?"
"Tidak apa apa, hanya aku merasa geli, kau marah padaku tapi yang menjadi korban mengapa orang lain"
"Habis bagaimana?"
"Kau harus hajar aku."
"AKU, aku. ..ti... ."
"....dak tega, bukan? Kalau kau menghajar aku dengan telengas, tentu saja bisa bikin aku semaput. kau menghajarnya harus..."
"Harus apa..?" memotong Ie Ya dengan senyuman mesra.
"Harus menggigit..."