Golok Sakti Chapter 72

NIC

"Dia dapat hidup dalam beberapa jam saja." jawab si nenek.

"Aaaaa locianpwee keliru?"

"Mana lohu bisa keliru ?"

"Tiong Jong tidak bisa mati, Aku tidak percaya ia bisa mati ."

"Sebabnya ?"

"Kalau dia memang harus mati, tempo hari saja ketika kena Ceng ciauw Ni Kouw punya Tok-Kim chi. Senjata rahasianya itu amat berbisa, aku tidak percaya jarum maut cianpwee ada lebih berbisa dari Ciauw Nikouwpunya Tok-Kim chi."

"Bisa jarum yang lohu tusukan di tubuhnya itu termasuk diantara "Lima Bisa" sedang Ceng Ciauw punya Tok kim chi

termasuk juga dalam itu "Lima Bisa", Kalau Tiong Jong tidak mati oleh Tok-kim-chi tentu dia bakalan mati oleh jarum mautku, itulah rupanya, Tiong Jong memang sudah nasibnya akan binasa dengan racun kesian-"

"Sudahlah," menyelak Kim Toa Lip. "sekarang lekas kau keluarkan itu anak yang kau tahan, Dan kami akan berlalu dari sini?"

Si kakek delikin matanya akan tetapi ia tidak kata apa-apa, ia ngeloyor pergi sekian lamanya, kemudian datang lagi dengan Tan Kie Seng, cu Coan Liang dan Kong soe Tek.

Mereka kegirangan dapat berjumpa kembali dengan paman dan kawan-kawan, terutama Kong soe Tek yang kegarangannya paling besar karena telah dapat berjumpa kembali dengan Kong Soe Jin, engkonya.

Kedua saudara itu, yang mendapat julukan im yang Siang kiam, telah berpelukan kegirangan dengan berlinang-linang air mata.

Kim Toa Lip sendiri tenang-tenang saja, karena puterinya telah diselamatkan oleh Ho Tiong Jong. Meskipun anak muda itu sudah kena tusukan jarum beracun si kakek, ia percaya Ho Tiong Jong dapat membawa putrinya ketempat yang selamat,

Mereka lantas pada meninggalkan tempat itu, karena orang-orang yang hendak ditolong nya sudah beres dan kembali dengan selamat. Hanya Seng Giok Cin yang tidak turut mereka pulang.

Seng Eng yang percaya puteri-nya bisa membawa dirinya, tidak berkata apa-apa, ketika si nona menolak untuk turut pulang dengan alasan hendak bercakap-cakap sebentar dengan si kakek, ia hanya memesan supaya si nona berlaku hati-hati.

Seng Giok Cin hiburkan sang ayah dengan kata-kata yang menentram bati, maka ayahnya telah meninggalkan ia dengan hati lega.

Meskipun dimulut tidak mengucapkan apa-apa, tapi dihati Seng Eng sudah menebak seratus persen bahwa puterinya tidak turut pulang bersama sama tentu hendak menyelidiki Ho Tiong Jong.

Sebagai orang tua yang menyayang pada putrinya, Seng Eng mengerti bahwa puterinya telah jatuh hati kepada pemuda yang gagah berani itu.

souw Kie Han heran melihat si nona tidak turut pergi, maka ia lalu menanya. "Hei nona mengapa kau tidak turut kepada mereka?"

Seng Giok Cin tersenyum manis, Pelahan-lahan ia mendekati si kakek dan berkata pelahan "cia npwee, aku tidak turut berlalu dari sini karena aku ada sedikit urusan dengan cianpwee."

"Hei, urusan apa lagi ?" menentang si kakek dengan heran-

"Soal Tiong Jong." jawabnya.

Si kakek buka lebar matanya, Pikirnya, si cantik Kim Hong Jie telah menyintai Ho Tiong Jong begitu rupa, kini kembali satu nona elok menaruh perhatian begitu besar kepada si pemuda, Betul-betul Tiong Jong sangat beruntung, hanya sayang dia pendek umur, sudah kena jarum mautnya dan tidak bisa tertolong jiwanya.

"Tiong Jong kenapa," tanya si kakek.

"Kalau Tiong Jong sudah mati, dimana kuburannya ?"

"Kau mau bersembahyang ?"

"Ya," jawab si nona telengas .Souw Kie Han mengelah napas, ia mengawasi paras muka si nona yang cantik menarik, yang saat itu mengandung kedukaan-

Hatinya kasihan, akan tetapi apa mau di kata, ibarat beras sudah jadi bubur ia sendiri tak dapat menolonGi Ho Tiong Jong, Tapi ia bisa menghiburi si nona, katanya.

"Nona, Tiong Jong masih belum mati, sebentar malam kira-kira jam dua baru dia mati..."

Setelah berkata demikian, kembali si kakek mengawasi wajah yang cantik menarik nona didepannya, pikirannya saat itu melayang kepada istrinya yang telah meninggalkan dunia.

Maka sambil menghela napas ia pelahan lahan angkat kakinya meninggalkan Seng giok cin berdiri sendiri.

Seng Giok Cin tak tahu, ia harus berbuat bagaimana sekarang.

Mau menyusul Ho Tiong Jong, menyusul kemana? ia tak tahu kemana perginya si pemuda yang membawa Kim Hong Jie.

Ia jadi berdiri menjublek sekian lamanya, pelahan napas terdengar beberapa kali, wajahnya menunjukkan rasa duka.

Ho Tiong Jong barusan mendengar Souw Kie Han memuji-muji dirinya, diam-diam ia merasa bangga, Kalau saja pujian itu pada beberapa waktu berselang, tentu ia sudah keluar dari tempat sembunyinya dan mengunjuk diri sambil tepuk-tepuk dada.

Tapi kini Ho Tiong Jong sudah ada pengalaman, ia tidak mau unjukkan dirinya sewaktu dirinya diangkat tinggi-tinggi, meskipun sang hati kepingin menonjolkan mukanya didepan orang banyak. terutama diiepan gadis jelita seperti nona Seng. seban saat ia tidak bisa wajahnya yang cantik dan kebaikannya.

Kini tegas ia menyaksikan bagaimana nona Seng begitu memperhatikan dirinya. ia tidak turut pulang dengan ayah dan pamannya karena ingin mengetahui hal kematian dirinya, pembicaraan yang dilakukan antara nona Seng dan Souw Kie

Han tertangkap nyata dalam telinga si pemuda, hingga diam-diam ia berkata kepada dirinya sendiri.

"Dia juga menyintai diriku, bagaimana ini jadinya? Hong Jie dan giok Cin dua nona cantik jelita pada menyintai aku, kenapa ?"

Ia sendiri tak tahu, Apakah lantaran wajahnya cakap cakap? Atau karena sikap dan pengawakannya gagah? Aaaa..... mustahil, sebab tak kurang-kurang pemuda pemuda lain yang lebih tampan dan gagah, malah mereka ada dari tingkatan atas, sedang ia sendiri hanya seorang muda dari kalangan gelandangan saja, IHemn, ia tidak habis mengerti.

Tiba-tiba ia teringat bahwa dirinya hanya tinggal beberapa jam lagi saja, hatinya menjadi cemas.

Diwaktu ia mengelah napas, matanya melihat nona Seng dengan perlahan lahan angkat kakinya menuju lembah. Cepat cepat ia keluar dari tempat sembunyinya dan dengan tindakan ringan yang tidak menerbitkan suara ia menghampiri si nona. Dari belakang nya ia berkata perlahan-

"Adik Giok, kau jangan berduka, aku ada disini."

Kaget bukan main Seng giok Cin, cepat ia berbalik dari depannya berdiri Ho Tiong Jong dengan muka berseri seri, wajahnya yang tampan menawan yang selalu menjadi buah matanya.

Tapi herannya Seng Giok Cin bukannya mengunjuk wajah girang melihat si pemuda saat itu, sebaliknya air mukanya tampak dingin.

"Ya, bagaimana sekarang setelah kau ada disini?" katanya ketus. Ho Tiong Jong jadi berdiri bengong.

Sama sekali ia tidak mengira bahwa akan mendapat jawaban begitu ketus dan air muka yang dingin, Aneh, pikirnya.

"Kau kira dirimu seorang gagah perkasa, bukan? Hm.... tidak tahu malu."

Kegirangan dan kemesraan Ho Tiong Jong seketika itu lenyap tak berbekas. ia seolah-olah diguyur air dingin dengan mendadak saja badannya dirasakan menggigil.

Tadinya ia menduga Seng giok Cin menyambut ia dengan mesra, karena ia menyaksikan sendiri, bagaimana gelisah dan benar perhatian Seng giok Cin terhadap dirinya yang dikatakan sudah kena racun dan akan menemukan ajalnya. Heran kenapa sikapnya demikian dingin? Ah, dasar hati wanita sukar diduga. Ketika Seng giok Cin perlakukan Ho Tiong Jong demikian?

Soalnya adalah karena si nona merasa malu. Tadi perbuatan dan percakapannya dengan si kakek pikirnya telah diketahui oleh sipemuda, itulah berarti bahwa rahasia hatinya telah diketahui semua oleh Ho Tiong Jong.

Ia merasa malu sendiri, maka juga ketika mataaya kebentrok dengan matanya sipemuda, lantas saja selebar mukanya menjadi merah jengah. Untuk menebus rasa malunya ia coba unjukkan muka dingin dan ucapan perkataan ketus, tapi ia salah hitung, karena justeru demikian sipemuda yang beradat angkuh lantas mengambil jalannya sendiri.

Ho Tiong Jong bukannya itu pemuda yang gampang menekuk lutut didepannya wanita cantik, boleh diinjak injak kepalanya, asal si nona untuk sikap manis pemuda she Ho itu adatnya angkuh dan dapat menghargai dirinya sendiri.

Mukanya lantas berubah, ia tidak unjuk senyumannya lagi dan menjawab ucapannya si nona.

"Ya, nona Seng harap kau suka maafkan, kalau karena kedatanganku ini ada mengganggu ketentramanmu. Budimu yang telah kuterima, aku tidak akan melupakannya. Nah, selamat tinggal."

Setelah berkata demikian Ho Tiong Jong lantas berlalu dari depan si cantik. seng Giok Cin jadi kebingungan-

Barusan kedengarannya enak sekali ketika Ho Tiong Jong mengucapkan kata kata adik giok, sekarang sudah berubah lantas dengan "Nona Seng," inilah ada tanda bahwa pemuda itu menolak sikapnya yang barusan di unjuk itu. ia tidak menduga sama sekali kalau pemuda itu berkepala batu dan tidak tunduk oleh kecantikan-

Maka cepat-cepat ia memburu, "Eh, Engko Jong, kau tunggu dahulu." teriaknya. Ho Tiong Jong hentikan tindakannya.

"Ada urusan apa lagi?" tanyanya.

" Kau sekarang hendak pergi kemana?"

Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia harus angkat bahunya dan gelengkan kepala.

Posting Komentar