Kata pula Iblis Mayat Hidup.
"Ampun.... ampun.... Si tinggi kurus itu mengeluh ketakutan.
"Desss....!"
Tiba-tiba Iblis Akhirat menggerakkan kakinya dan kaki kanan yang pendek itu sudah menendang. Tubuh yang berlutut itu terlempar ke atas, tinggi sekali, sampai ada lima tombak tingginya. Si tinggi kurus berteriak kesakitan dan ketakutan. Ketika tubuhnya melayang turun, dia disambut oleh tendangan Raja Iblis Hitam.
"Desss....!"
Kembali tubuhnya terlempar ke atas, kini tendangan itu lebih keras lagi. Akan tetapi seperti juga tendangan Iblis Akhirat tadi, tendangan ini mengenai pangkal pahanya dan tidak mematikan, hanya menimbulkan rasa nyeri dan membuat tubuhnya terlempar jauh ke atas. Kembali si tinggi kurus berteriak ketakutan ketika tubuhnya melayang turun.
"Dukkk....!"
Sekali lagi tubuhnya mencelat ke atas ketika Iblis Mayat Hidup memperoleh giliran menyambut tubuhnya dengan tendangan. Agaknya tiga orang kakek ini tidak mau cepat membunuh korban mereka dan mereka seperti bermain bola, menendangi tubuh itu sampai berkali-kali terlempar ke atas. Baru setelah si tinggi kurus tidak mengeluh, mereka membiarkan tubuh itu terjatuh ke atas tanah.
"Brukkk...."
Si tinggi kurus terbanting keras dan tidak mengeluh lagi karena sudah pingsan.
"Byurrr....!"
Tubuh itu terbaring ke kubangan air yang tidak dalam, akan tetapi cukup membenamkan tubuh yang jatuh miring itu. Begitu mukanya terbenam ke dalam air yang amat dingin, si tinggi kurus sadar kembali dan gelagapan bangkit dari genangan air. Dia segera teringat akan ancaman mengerikan dari tiga orang kakek itu yang kini berdiri melihat kepadanya sambil menyeringai. Rasa takut mendatangkan tenaga dalam tubuhnya yang ngilu dan nyeri semua itu, lalu dia melompat dan melarikan diri.
"Ho-ho-ho, berani melarikan diri?"
Tiba-tiba Iblis Akhirat berseru dan sekali tubuhnya yang bulat bergerak, seperti sebuah bola yang menggelinding, cepat sekali dia mengejar dan tahu-tahu rambut kepala si tinggi kurus yang terurai karena terlepas dari lindungan topi pasukan dan ikatan rambut ketika dijadikan bulan-bulan tendangan tadi, sudah dijambaknya dan tubuh itu diseretnya seperti seorang anak kecil menyeret sebuah benda permainannya.
"Ampun, locianpwe.... ampun!"
Si tinggi kurus merintih ketakutan.
"Brukkk....!"
Kakek gendut itu membanting tubuh korbannya ke atas tanah dan mereka bertiga mengepungnya, seperti tiga orang anak yang sedang bermain-main dengan gembira.
"Ha-ha-ha, kau suka bermain dengan golok dan tadi mengetuk kepalaku dengan golokmu? Hemmm, coba sampai di mana ketajaman golok rompalmu!"
Kakek gendut itu mengambil golok rompal milik si tinggi kurus yang memandang dengan pucat sekali dan mata terbelalak.
"Iblis Hitam dan Mayat Hidup,"
Kata Iblis Akhirat kepada dua orang temannya.
"Aku telah melatih semacam ilmu yang menarik sekali. Dari jauh, dengan golok ini, aku mampu mengambil daun telinga kiri tikus ini. Kalian mau lihat?"
"Apa sukarnya itu?"
Iblis Mayat Hidup mendengus.
"Golok ini kubikin terbang mengambil daun telinga dan membawanya kembali ke tempat aku berdiri."
Sambung si gendut.
"Ah, masih harus dibuktikan itu!"
Kata Raja Iblis Hitam tak percaya. Tentu saja kedua orang datuk iblis itu tahu dan bahkan pandai menyerang lawan dengan golok terbang, yaitu hui-to atau golok yang disambitkan. Akan tetapi membuat golok itu mengambil daun telinga dan membawanya kembali ke tuannya, sungguh mustahil!
"Ha-ha-ha, kalian lihat baik-baik,"
Kata kakek gendut sambil meloncat menjauhi korbannya sampai sejauh limabelas meter. Dia lalu menggunakan jari-jari kedua tangannya menekuk golok itu menjadi sebuah benda melengkung seperti gendewa patah tengahnya, dan beberapa kali ditimangnya di tangan kiri, lalu dibenarkan tekukannya, Setelah merasa puas dan menganggap bahwa bentuk senjatanya itu sudah sempurna, dia lalu mengukur jarak dengan matanya. Si tinggi kurus hanya memandang dengan muka pucat sekali, tidak tahu apa yang akan menimpa dirinya.
"Terbanglah!"
Tiba-tiba Iblis Akhirat menggerakkan lengan kanannya yang pendek dan benda melengkung terbuat dari golok tadi melayang cepat ke arah si tinggi kurus, dengan berputar-putar aneh.
"Cratt...! Auhhh...."
Tiba-tiba si tinggi kurus berteriak dan menutupi telinga kirinya yang berdarah. Kiranya daun telinga kirinya sudah putus disambar benda terbang tadi dan hebatnya, daun telinga itu seperti menempel pada benda itu yang kini terbang terus, kembali kepada Iblis Akhirat! Kakek gendut ini bergelak dan menerima kembali senjata aneh itu yang dilemparkannya ke atas tanah bersama daun telinga itu.
"Bagus....!"
Dua orang kakek yang menjadi temannya memuji.
"Kalau hanya buntung sebelah menjadi kurang patut."
Tiba-tiba Raja Iblis Hitam berkata dan sebelum si tinggi kurus tahu maksudnya, tiba-tiba si tinggi besar seperti raksasa itu sudah menjulurkan tangannya. Lengannya yang panjang itu terjulur dan betapa takutnya hati si tinggi kurus melihat betapa lengan yang dijulurkan itu terus mulur semakin panjang mengejarnya. Dia terkejut dan ketakutan, bangkit berdiri dan dengan tangan memegangi bagian telinga kiri yang buntung, dia mencoba lari.
"Krakkk.... aduhhhh....!"
Tubuh si tinggi kurus terpelanting dan dia bergulingan ke atas tanah, kini sebelah tangannya menutupi telinga kanan yang sudah tidak berdaun lagi karena tadi, jari-jari tangan yang diulurkan panjang itu tahu-tahu sudah meremas daun telinga itu sehingga hancur dan buntung!
"Heh-heh-heh-heh, ilmu memanjangkan lenganmu itu bagus sekali untuk melakukan pencopetan di pasar. Iblis Hitam!"
Iblis Akhirat terkekeh kagum. Tidak mudah menguasai ilmu membuat anggauta tubuh dapat mulur seperti itu.
"Kedua tangannya menyembunyikan hasil pertunjukan kalian, biar kusingkirkan!"
Kata Iblis Mayat Hidup yang melangkah maju menghampiri si tinggi kurus yang kini sudah ketakutan setengah mati. Melihat betapa kakek yang seperti mayat hidup itu menghampirinya, dia melupakan rasa nyeri pada kedua telinganya dan diapun cepat bangkit berdiri dan lari sekuatnya!
"Tak-tuk-krok-krok....!"
Terdengar suara berkerotokan dan itulah suara tubuh Iblis Mayat Hidup yang lari berloncatan mengejar. Gerakannya cepat sekali dan tahu-tahu iblis ini sudah berdiri menghadang di depan si tinggi kurus yang tentu saja terbelalak kaget melihat iblis itu telah berada di depannya. Dia membalikkan diri dan berlari ke lain jurusan, akan tetapi terdengar pula suara berkeretokan dan tahu-tahu iblis itu sudah menghadang pula di depannya.Beberapa kali dia membalik sampai akhirnya dia digiring kembali ke tempat tadi.
"Ampun.... ampun....!"
Katanya mengangkat kedua tangan ke atas, melepaskan pinggir kepala yang tadi ditutupinya. Nampak kedua telinga itu tidak bardaun lagi dan hanya merupakan sebuah lubang berlumuran darah.
"Wuuuuut.... krakkkkk!"
Tangan Iblis Mayat Hidup bergerak menyambar ke arah dua pundak si tinggi kurus dengan cepat bukan main dan tahu-tahu nampak darah menyembur dari kedua pundak si tinggi kurus itu ketika lengannya tahu-tahu sudah buntung disambar jari-jari tangan kurus dari Iblis Mayat Hidup! Dengan babatan jari-jari tangan saja tengkorak hidup itu mampu membikin buntung dua lengan sebatas pundak. Sungguh merupakan ilmu yang amat luar biasa dan keke-jaman yang mencapai puncaknya.
"Ha-ha-ha, bagus!"
Teriak Iblis Akhirat.
"Bagus sekali!"
Raja Iblis Hitam juga memuji. Akan tetapi si tinggi kurus hanya dapat menjerit dan diapun roboh pingsan. Darah bercucuran dari kedua pundak yang sudah tidak berlengan lagi itu.
"Heh-heh, dia tidak boleh mati dulu!"
Iblis Akhirat berkata dan cepat dia meloncat ke dekat tubuh yang pingsan itu, sedangkan Iblis Mayat Hidup memutar-mutar kedua lengan yang dipatahkannya itu seperti seorang anak kecil main-main, lalu melemparkan dua lengan itu jauh sekali ke dalam jurang.
Si gendut itu mengeluarkan sebuah botol dan menuangkan isi botol yang berupa cairan hitam, ke atas luka di kedua pundak dan juga di kedua telinga. Obat ini manjur bukan main, cepat kerjanya karena seketika darah berhenti mengalir. Dengan beberapa tekanan pada jalan darah, si tinggi kurus disadarkan kembali oleh Iblis Akhirat. Si tinggi kurus itu begitu sadar, merintih-rintih karena merasakan nyeri yang amat hebat menusuk sampai ke ulu hati. Ketika dia melihat bahwa dua lengannya telah lenyap, dia mengeluh dan dengan susah payah dia dapat bangkit duduk, memandang ke arah tiga orang kakek itu. Tahulah dia bahwa minta ampun tidak ada gunanya, maka diapun menggigit bibir menahan nyeri lalu berkata,
"Kalian bunuh sajalah aku!"