Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 40

NIC

Lega rasa hati Tan Siong melihat gadis itu sudah melarikan diri. Dia melawan dengan penuh semangat dan tak la ma kemudian, Koo Cai Sun mulai terdesak. Jagoan ini juga me lihat betapa wanita yang diinginkannya itu lari maka dia cepat berteriak, "Apakah kalian diam saja terus? Hayo bantu aku menghadapi bocah ini! "

Enam orang perajurit pengawal itu segera bergerak mengepung Tan Siong me mbantu Cai Sun, akan tetapi Su Lok Bu masih berdiri saja menonton. Jagoan ini merasa sungkan untuk melawan pengeroyokan, dan juga dia kagum terhadap pemuda itu. Nampaknya seorang pemuda sederhana, pemuda petani dusun yang bodoh, akan tetapi ternyata pemuda berpakaian kuning itu adalah seorang ahli silat yang amat pandai, dan lebih dari itu, dia mengenal gerakan ilmu pedang itu sebagai ilmu pedang dari Kun-lun-pai yang besar dan amat terkenal! Pemuda ini seorang murid Kun-lun-pai yang pandai dan hal inilah yang me mbuat hati Su Lok Bu merasa tidak enak. Dia sendiri adalah murid Siauw-lim-pai dan di antara kedua perkumpulan itu, biarpun Siauw-lim-pai dipimpin oleh para hwesio beragama Buddha sedangkan Kun-lun-pai dipimpin oleh para tosu beragama To, na mun terdapat persahabatan yang baik.

Biarpun kini dikeroyok oleh Cai Sun dan enam orang pengawal, ternyata Tan Siong ma mpu menand ingi mereka, bahkan ketika dia me mpercepat gerakan pedangnya, dua orang pengawal terpaksa melom pat mundur karena yang seorang terluka pundaknya, seorang lagi terluka pahanya yang robek berdarah. Empat orang penga wal lainnya menjadi gentar juga menghadapi kegagahan pe muda itu, dan kini Tan Siong me mpercepat serangannya untuk merobohkan Cai Sun. Si mata keranjang yang gendut perutnya ini men jadi sibuk sekali. Dia pun mengerahkan seluruh tenaganya dan menge luarkan se mua ilmu silatnya untuk melawan, namun tetap saja dia terdesak hebat. Kembali dua orang pengawal roboh oleh tendangan kaki Tan Siong sehingga kini t inggal dua orang, tiga bersama Cai Sun yang mengepungnya. Melihat ini, hati Su Lok Bu merasa tidak enak. Bagaimanapun juga, Cai Sun adalah rekannya yang sama-sama melindungi Pui Ki Cong, dan kini bahkan e mpat orang pengawal telah kalah dan tidak dapat maju lagi. Dia mencabut sepasang pedangnya dan me loncat ke dalam kalangan perkelahian sambil me mbentak,

"Tahan dulu!"

Melihat berkelebatnya dua sinar pedang yang panjang dan kuat, Tan Siong meloncat mundur dan perkelahian itu terhenti. "Orang muda, siapakah engkau dan mengapa engkau berani me lawan kami yang bertugas sebagai pengawal-pengawal bangsawan di kota raja?"

Tan Siong me mandang kepada orang tinggi besar ber muka hitam yang na mpak gagah dan kuat ini. "Na maku Tan Siong dan semua orang tahu bahwa bukan aku yang mencari perkara. Aku hanya kebetulan lewat dan melihat perlakuan sewenang-wenang terhadap seorang wanita baik-baik, maka aku pun menegur." "Hemm, engkau telah lancang tangan melukai pengawal- pengawal, bagaimana fyp p ta' '' (fasBjjaiaw suara dosa

yang harus dihukum. Menyerahlah untuk kami tangkap dan kami hadapkan kepada majikan kami." Su Lok Bu masih berusaha agar tidak usah berkelahi melawan pe muda itu dan kalau pe muda itu menyerah, dia akan menjaga agar Cai Sun tidak ber tindak sewenang-wenang, dan agar pemuda itu diadili secara baik-baik.

"Aku harus menyerah?" Tan Siong me mbentak penasaran. "Kawan mu inilah yang harus dihukum, bukan aku!"

"Berani engkau melawan? Nah, sambutlah pedangku ini!" Su Lok Bu menyerang dengan sepasang pedangnya. Diam- diam terkejutlah hati Tan Siong menyaksikan gerakan pedang itu, yang demikian cepat dan juga kuat. Serangan yang a mat dahsyat dilakukan Su Lok Bu, dengan sepasang pedang me lakukan gerakan meng dari kanan kir i

"Trang-tranggg.....!" Nampak bunga api berpijar dan Tan Siong berhasil men ghalau dua pedang yang mengguntingnya dengan tangkisan beruntun ke kanan kiri. Su Lok Bu menge luarkan seruan me muji, lalu menyerang lagi dengan lebih dahsyat.

Melihat gerakan pedang Su Lok Bu, Tan Siong merasa semakin kaget. Dia pun mengenal gerakan ilmu pedang Siauw-lim-pai, ma ka sambil meloncat jauh ke belakang dia berseru,

"Tahan senjata!"

Tan Siong mengang kat kedua tangan ke depan dada me mber i hormat kepada Su Lok Bu sa mbil berkata, "Kiranya bertemu dengan seorang gagah dari Siauw-lim-pai. Terimalah hormat seorang murid Kun-lun-pai, sahabat, dan maafkan kalau aku kesalahan tangan."

Su Lok Bu mengerut kan alisnya. Kalau pertikaian ini merupakan urusan pribadinya, tentu dia pun akan merendah dan mengalah terhadap murid Kun-lun-pai seperti sikap pemuda itu. Akan tetapi, pada saat ini dia adalah seorang petugas yang harus me mbela rekan-rekan nya. Dia harus me mbantu Cai Sun, dan dia pun harus me mbantu para pengawal yang sudah menderita kerugian dengan kalahnya empat orang itu.

Dalam urusan ini, Kun-lun-pai dan Siauw-lim-pai tidak ada sangkut-pautnya, dan ia pun melihat yang ada hanyalah seorang pemuda yang telah melukai para perajurit pengawal dan aku sebagai seorang kepala pengawal. “Menyerahlah untuk kutangkap dan aku pun tidak akan me mpergunakan senjata terhadap dirimu."

Tan Siong me ngangguk. "Baiklah, ini urusan pribadi dan tidak ada sangkut-pautnya dengan Siauw-lim-pai maupun Kun-lun-pai. Akan tetapi aku tidak merasa bersalah, maka terpaksa aku menolak untuk menyerah dan ditangkap."

"Su-toako, pemuda ini so mbong sekali. Kalau tidak diberi hajaran tentu akan memandang rendah kepada kita!" teriak Cai Sun marah karena dia merasa khawatir kalau-kalau rekannya itu akan berda mai dan tidak me lanjutkan perkelahian melawan pe muda itu. Dia sendiri sudah menggerakkan pedang di tangannya melakukan serangan dahsyat yang disambut oleh Tan Siong dengan tenang. Melihat ini, terpaksa Su Lok Bu maj u lagi me lakukan serangan dengan sepasang pedangnya. Juga dua orang pengawal me mbantu dengan pedang mere ka.

Tiba-tiba muncul seorang laki-laki pendek berkulit putih dan berperut gendut, dengan rambut dan jenggot putih se mua. "Penjahat muda yang nekat, lihat golok besarku!" bentak orang itu dan begitu tiba di situ, dia me mbentak dan menggerakkan sebatang golok besar dan berat dengan gerakan yang amat dahsyat. Suara golok itu se ma kin berdesing-desing dan menya mbar-nyambar ganas menyerang Tan Siong.

Tentu saja Tan Siong terkejut bukan main karena golok itu tidak kalah bahayanya dengan sepasang pedang di tangan Su Lok Bu! Orang yang baru datang ini adalah Cia Kok Han yang menyusul rekannya dan begitu melihat rekan-rekannya mengeroyok seorang pemuda yang amat lihai dan me lihat ada empat orang pengawal yang terluka, dia pun segera maju mengeroyok.

Kini Tan Siong kewalahan sekali, apa lagi karena dia tahu bahwa yang baru datang ini tentulah seorang Bu-tong-pai hatinya merasa semakin ragu dan khawatir. Karena itu, gerakan pedangnya agak terlambat dan tiba-tiba saja sebuah bacokan pedang kir i Su Lok Bu menc ium pangkal lengan kirinya sehingga bajunya yang kuning terobek berikut kulit dan sedikit dagingnya. Untung luka itu tidak terlalu dalam benar, tidak sa mpai mengena i tulangnya. Namun rasa nyeri, perih dan panas membuat dia terhuyung dan cepat me mutar pedang dan berloncatan ke sana-sini untuk menghindarkan diri dari hujan serangan yang dilancarkan para pengeroyoknya, terutama sekali Cai Sun, Cia Kok Han, dan Su Lok Bu. Dia m- diam dia menge luh karena rasanya akan sukar untuk dapat meloloskan diri dari kepungan tiga orang yang lihai ini. Akan tetapi tiba-tiba tiga orang lawannya me mper la mbat gerakan mereka, bahkan mereka seperti tertahan oleh sesuatu dan tidak mendesaknya lagi. Kesempatan ini dipergunakan oleh Tan Siong untuk melompat jauh ke luar pintu depan pekarangan rumah itu dan dia pun terus berlompatan dan melarikan diri.

Tiga orang jagoan itu t idak me lakukan pengejaran, bahkan mereka bertiga la lu me mandang ke kanan kir i seperti orang yang merasa gentar. Ketika tadi mereka mendesak Tan Siong dan pedang kiri Su Lok Bu berhasil me lukai pangkal lengan pemuda itu, dan mereka bertiga sudah siap untuk meroboh kannya tiba-tiba saja ketiganya terkejut karena berturut-turut ada sepotong batu kerikil yang menyambar dan mengenai tubuh mere ka. Hanya batu-batu kerikil kecil saja, akan tetapi datangnya demikian kuat dan hampir mengenai jalan darah sehingga terasa nyeri dan bagian yang kena menjad i kese mutan hampir lumpuh. Hal inilah yang mengejutkan mereka dan sebagai ahli-ahli silat tinggi mereka maklum bahwa pe muda itu telah diarn-diam dibantu oleh seorang yang berilmu tinggi! Maka, ketika Tan Siong me larikan diri, mereka tidak melakukan pengejaran, melainkan menanti munculnya orang yang telah menya mbit mereka dengan kerikil-kerikil kecil tadi. Akan tetapi, tidak ada orang muncul sa mpai bayangan pemuda itu lenyap.

"Ke mana perginya Cin Hwa? Ialah yang men jadi biang keladinya!" Tiba-tiba Cai Sun berseru ketika dia me ncari-cari wanita itu dengan pandang matanya. "Biar kubawa wanita itu!" Diapun lalu masu k ke dalam rumah. Akan tetapi, di dalam rumah itu tidak ada seorang pun juga. Ok Cin Hwa telah lenyap, dan tidak nampak bayangan seorang pun pelayan. Selain itu, Cai Sun melihat bahwa peralatan dalam rumah itu sederhana sekali.

"Ah, tentu ia melarikan diri karena ketakutan." kata Cai Sun dengan hati menyesal sekali. "Aku akan mencarinya, tentu ia tidak lar i jauh."

Akan tetapi Su Lok Bu yang merasa marah karena gara- gara Cai Sun yang keluyuran sa mpai mereka berte mu dan berkelahi melawan orang pandai, berkata dengan suara ketus, "Kita pulang sekarang, dan harap kau jangan mencari gara- gara lagi, Koo-te!"

Melihat sikap rekannya itu, Cai Sun tidak berani me mbantah lagi dan berangkatlah mereka meninggalkan tempat itu, kembali ke gedung keluarga Pui. Pui Ki Cong juga menegur Cai Sun yang dikatakan sembrono sekali dan me larang teman dan pe mbantu itu untuk pergi jauh tanpa kawan.

Posting Komentar