Maksud kedatangan Kwee Su Liang sebenarnya ingin mengajak Liu Giok Ing bicara, akan tetapi dia menjadi sangat marah waktu menemui ciangkun Sie Pek Hong yang sedang mengintai kedalam kamar Liu Giok Ing; sebab dia memang sudah melihat tentang niat tidak baik dari ciangkun yang
1 hendak merayu sang adik yang binal itu, yang keadaannya sedang dia risaukan.
Akan tetapi Kwee Su Liang jadi mengeluh didalam hati waktu sang adik yang binal itu pun ikut menyerang dia, bahkan memaki, dan dia menjadi lebih mengeluh lagi, waktu dibagian bawah sudah berkumpul barisan pengawal yang mengetahui adanya pertempuran itu.
Segera Kwee Su Liang perhebat serangannya terhadap ciangkun Sie Pek Hong, disamping berulangkali dia harus berkelit menghindar dari berbagai serangan Liu Giok Ing, dan dia bahkan berteriak kepada Liu Giok Ing.
"Giok-Moay, kau telah tertipu oleh mereka....,” cuma itu yang sempat Kwee Su Liang ceritakan, sebab ciangkun Sie Pek Hong sudah ikut berteriak:
“Tangkap mata-mata! Siapkan barisan tukang Panah...!” Dalam keadaan marah bercampur penasaran, Kwee Su Liang lompat kebagian bawah dan mengamuk dikalangan tentara yang sedang mempersiapkan barisan tukang-panah. Sepasang kaki Kwee Su Liang ikut bergerak lincah sehingga dua-kali Ma Kong dan Ma-Kiang kena tendang, membikin kedua perwira itu berteriak marah-marah dan mengepung lagi, tetap memakai golok-golok mereka.
Jelas tidak mungkin buat Kwee Su Liang mengajak bicara sang adik yang binal, sebaiknya dia harus menjebol kepungan pihak musuh yang demikian ketatnya; bagian punggungnya bahkan kena gebuk gagang-pedang Ku-tie kiam, waktu dia sedang memusatkan penyerangannya terhadap Ma Kong
2 berdua Ma Kiang; sehingga Kwee Su Liang terjerumus kebagian depan, hampir terkena tikaman golok Ma Kiang.
Melulu karena geraknya yang gesit dan tangkas, Kwee Su Liang berhasil mendahului memukul Ma Kiang memakai gagang pedangnya, mengakibatkan Ma Kiang terdorong mundur dan nyaris goloknya mencapai sasaran; dan Kwee Su Liang masih sempat menyampok golok Ma Kong memakai pedangnya, berhasil membikin golok Ma Kong terlempar lepas dari pegangan, akan tetapi waktu Kwee Su Liang memutar tubuh mengawasi Liu Giok Ing, maka terlihat pada bagian mulutnya mengeluarkan darah, akibat dia terkena pukulan Liu Giok Ing tadi.
Bagaikan merasa terpengaruh karena melihat darah yang mengalir keluar dari mulut Kwee Su Liang, maka Liu Giok Ing membatalkan serangannya yang hendak menikam memakai pedang Ku tie kiam. Sejenak Liu Giok Ing terdiam mengawasi, juga Kwee Su Liang ikut diam mengawasi; akan tetapi ciangkun Sie Pek Hong telah menggunakan kesempatan itu dengan baik, membacok dengan gerak tipu tay-san ap-teng atau gunung tay-san menindih.
Kwee Su Liang sangat terkejut bagaikan baru tersadar bahwa mereka sedang berada didalam gelanggang pertempuran, bergegas dia lompat mundur buat menghindar dari bacokan pedang ciangkun Sie Pek Hong; akan tetapi di luar dugaannya; ciangkun Sie Pek Hong justeru membarengi bergerak memakai tipu 'Sun ciu twie coan', atau mengikuti tangan sambil mendorong perahu, menendang kena tepat
3 dibagian betis Kwee Su Liang, sehingga Kwee Su Liang rubuh terguling.
Ma Kong berdua Ma Kiang ikut bergerak membacok Kwee Su Liang yang sedang rubuh terguling, akan tetapi dua bersaudara itu tidak berhasil mencapai niat mereka, meskipun sampai berulangkali mereka melakukannya; sebab tubuh Kwee Su Liang masih lincah bisa menghindar bahkan masih sanggup dia lompat berdiri dan dia melarikan diri, namun tiga- butir senjata rahasia berbentuk bunga cinta membenam dibagian paha dan betisnya sehingga dia rubuh lagi bahkan dia kena ditangkap hidup-hidup atas perintah ciangkun Sie Pek Hong.
Dipihak Ceng-hwa Iiehiap Liu Giok Ing, dia bagaikan tidak sadar waktu dia menyerang Kwee Su Liang memakai senjata rahasia itu, dan masih sempat pula sekilas dilihatnya bahwa Kwee Su Liang mengawasi dia; setelah itu Kwee Su Liang dikepung rapat oleh sedemikian banyaknya tentara negri yang menangkap hidup-hidup, namun yang dalam anggapan Liu Giok Ing bahwa saat itu Kwee Su Liang pasti sudah tewas.
Secara tiba-tiba Ceng-hwa Iiehiap Liu Giok Ing berteriak cukup keras akan tetapi terdengar begitu mengharukan; setelah itu dia rubuh pingsan lupa diri !
Ciangkun Sie Pek Hong bergerak cepat mendekati Iiehiap Liu Giok Ing, yang lalu dia bopong, diangkatnya tubuh yang pingsan itu memakai sepasang tangannya. Sempat ciangkun Sie Pek Hong memerintahkan membawa Kwee Su Liang ke dalam kamar tahanan sementara yang letaknya dibelakang
4 rumah, setelah itu dia membawa Iiehiap Liu-Giok Ing kekamar janda muda itu, yang kemudian dia rebahkan diatas ranjang.
Sejenak ciangkun Sie Pek Hong mengawasi Iiehiap Liu Giok Ing yang masih lupa diri. Alangkah cantiknya dan betapa lamanya dia menyimpan rasa rindu, ingin meraba dan ingin menikmati tubuh yang merangsang itu. Baru sekarang dia mendapat kesempatan, akan tetapi saatnya agaknya tidak tepat, sebab kedatangan Kwee Su Liang yang mengacau.
Sekilas ciangkun Sie Pek Hong kelihatan bersenyum seorang diri, lalu dia bangun berdiri dan menuang secangkir air teh yang memang terdapat didalam kamar Iiehiap Liu-Giok Ing. Dari dalam kantong baju kemudian diambilnya sebungkus kecil obat perangsang itu didalam cangkir yang berisi air teh.
Dia melangkah dan duduk ditepi ranjang mengawasi muka liehiap Liu Giok Ing yang rebah celentang dalam keadaan pingsan. Lembut tetapi sedikit gemetar sebelah tangannya waktu dia meraba muka yang halus dan putih itu, lalu pindah meraba kebagian leher.
Keadaan liehiap Liu Giok Ing masih lemah dan terasa pening kepalanya, waktu dia siuman dan merasakan belaian lembut dari tangan ciangkun Sie Pek Hong; namun yang waktu itu dia anggap sebagai belaian mesra dari tangan suaminya, yang begitu besar kasih sayangnya.
"Siangkong..." dia berbisik lemah membiarkan tangan ciangkun Sie Pek Hong yang masih membelai bagian lehernya, didekat daun-telinga yang menjadi bagian kelemahannya.
5 ''Giok-moay, kau minumlah air teh ini..." kata ciangkun Sie Pek Hong, dan sebelah tangannya pindah kebagian punggung Liu Giok Ing duduk buat minum.
Liehiap Liu Giok Ing membiarkan waktu punggungnya dipegang, dia bahkan menurut dan bergerak duduk; bagaikan tanpa sadar diminumnya air teh yang diberikan ciangkun Sie Pek Hong. Pikirannya sedang terpengaruh waktu didengarnya suara ciangkun Sie Pek Hong yang menawarkan minum tadi akan tetapi pandangan matanya kelihatan agak samar, mengawasi muka Sie Pek Hong yang dilihatnya bercampur antara muka suaminya dan muka Kwee Su Liang yang dia benci; tetapi yang telah mencuri hatinya.
Sekali lagi dia membiarkan waktu tubuhnya direbahkan diatas ranjang; dan dia masih membiarkan waktu tangan ciangkun Sie Pek Hong membelai rambutnya yang masih tetap indah, sampai sekali lagi ciangkun Sie Pek Hong membelai bagian belakang daun telinga.
“Giok moay, alangkah cantiknya kau..." kata Sie Pek Hong membisik lembut, sementara sebelah tangannya pindah meraba ke belakang dada.
Dalam keadaan terpengaruh kena obat perangsang, tubuh Liu Giok Ing menggeliat bagaikan bergelinjang saat menikmati rabaan tangan ciangkun Sie Pek Hong. Dibiarkannya waktu Sie Pek Hong mencium pipinya, dengan hangat dia ikut mencium waktu bibir Sie Pek Hong menutup mulutnya; bahkan sepasang tangannya ikut merangkul tubuh Sie Pek Hong.
6 "Siangkong, oh siangkong..," bagaikan merintih Liu Giok Ing bersuara; tenggelam di dalam alam bercinta dengan suaminya.
Akan tetapi, selagi tangan-tangan tjiangkun Sie Pek Hong hendak melepaskan pakaiannya, secara mendadak Liu Giok Ing teringat bahwa suaminya sudah marhum; kemudian waktu sepasang matanya terbentang membuka, maka dia menjadi sangat terkejut mendapati dirinya berada didalam rangkulan tjiangkun Sie Pek Hong. Bagaikan tersentak dia bergerak mendorong tubuh Sie Pek Hong sehingga tjiangkun Sie Pek Hong yang tidak siaga menjadi terpental jatuh dari tempat ranjang.
"Giok-moay ..." tjiangkun Sie Pek Hong bersuara gemetar, selagi dia berusaha hendak bangun berdiri; sementara Iiehiap Liu Giok Ing juga sudah terduduk diatas ranjang, merah sepasang matanya mengawasi ciangkun Sie Pek Hong, menyimpan rasa dendam dan marah, disamping dia merasa malu.
"Giok moay, maafkan aku; akan tetapi aku sangat menyintai kau ..." ciangkun Sie Pek Hong memberanikan bicara, selagi lambat-lambat dia mendekati.
“Cinta ...?" ulang Liu Giok Ing menunduk, sebab diam- diam dia sedang berusaha mengatasi diri dari rasa terangsang akibat pengaruh obat 'lian hoan lo-hap sie, "bukankah ciangkun sudah mempunyai isteri ...?''
Sejenak ciangkun Sie Pek Hong terdiam, berdiri mengawasi Iiehiap Liu Giok Ing; dalam hati dia merasa cemas, takut kalau Iiehiap Liu Giok Ing akan marah dan menyerang
7 dia secara mendadak; akan tetapi waktu dilihatnya Iiehiap Liu Giok Ing masih menunduk, maka dia berkata :
"Giok moay, kalau kau tidak bersedia dimadu, aku bersedia menceraikan isteriku—“
Liehiap Liu Giok Ing mengangkat mukanya mengawasi ciangkun Sie Pek Hong yang masih berdiri diam dihadapannya!
“Ciangkun, begitu cepat kau memutuskan hendak menceraikan isterimu; selekas kau merasa jatuh-cinta dengan lain perempuan..." kata liehiap Liu Giok Ing yang harus mengatasi rasa marah sebab masih teringat olehnya akan kebaikan budi ciangkun Sie Pek Hong, yang telah bersedia menampung dia merasa sebatang-kara.
“Tetapi Giok-moay, aku..,"
Liehiap Liu Giok Ing memutus perkataan Sie Pek Hong memakai gerak sebelah tangannya, lalu ganti dia yang berkata lagi:
"Sie ciangkun, sebaiknya kau tinggalkan aku. Aku ingin berada seorang diri...."
Si ciangkun Sie Pek Hong meninggalkan kamar Liu Giok Ing. Dia merasa sangat kecewa akan tetapi dia tidak berputus- asa, akan dia usahakan cara lain buat dia memperoleh janda muda yang merangsang itu.
—oOo—
KEADAAN Ceng-hwa liehiap Liu Giok Ing masih dalam pengaruh obat perangsang 'lian-hoan lohap sie’, waktu
8 ciangkun Sie Pek Hong sudah meninggalkan dia seorang diri dikamarnya. Secara mendadak Liu Giok Ing kemudian teringat lagi dengan Kwee Su Liang yang waktu itu sudah ditangkap dan ditahan. Terbayang lagi oleh liehiap Liu Giok Ing, betapa mesra waktu dahulu mereka berdua melakukan petualangan dikalangan rimba-persilatan; bagaikan dalam keadaan tidak sadar, Liu Giok Ing meninggalkan kamarnya menuju keruang penjara yang letaknya dibagian belakang dari gedung tempat kediaman ciangkun Sie Pek Hong.
Para penjaga yang bertugas menjaga penjara itu dengan ketat, semuanya sudah kenal dengan liehiap Liu Giok Ing; sehingga membiarkan waktu liehiap Liu Giok Ing memasuki ruangan penjara, dan melihat Kwee Su Liang yang waktu itu sedang duduk dilantai, bersandar pada dinding batu dengan sepasang kaki dan tangan terbelenggu memakai rantai besi, sementara pakaiannya banyak yang robek bahkan penuh berlumuran darah, bekas kena siksa selagi tadi dia melakukan perlawanan waktu ditangkap.
Keadaan Kwee Su Liang tidak dalam pingsan, akan tetapi dia kelihatan lemah tidak bertenaga. Tiada suara keluhan maupun rintihan yang dia perdengarkan; bahkan sepasang sinar matanya merah menyala menyimpan rasa dendam dan marah; dan sepasang mata itu cepat berobah menjadi sayu selekas dilihatnya kehadiran Liu Giok Ing yang berdiri diam diluar pintu kamar tahanan.
Sementara itu Liu Giok Ing memerintahkan petugas penjara membiarkan dia berada seorang diri ditempat itu; dan
9 sepasang sinar matanya ikut berobah sayu waktu dia mengawasi Kwee Su Liang.
“Liangko..." Liu Giok Ing bersuara lembut perlahan; dan menunduk tak kuasa menatap sepasang mata Kwee Su Liang.
Sejenak Kwee Su Liang terdiam mengawasi sang adik yang binal itu, yang tidak meneruskan bicara. Akan tetapi secara mendadak berulang lagi 'penyakit lama’ yang menjadi kebiasaan Kwee Su Liang; kalau dia sedang marah-marah terhadap sang adik yang binal itu.
"Sudah puas kau melihat keadaan aku?"
Terdengar menyakitkan telinga waktu Kwee Su Liang mengucap kata-kata itu, sehingga lembut-lesu waktu Liu Giok Ing mengangkat muka, mengawasi laki-laki yang sudah mencuri hatinya dan yang selama sepuluh tahun lebih tidak pernah dia lihat. Ada sedikit air mata yang dia keluarkan, namun dia berusaha mengatasi diri dan berkata :