Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 24

NIC

segera dia paham isi hatinya Sau Kim-leng menyangsikan Cin Yak-leng pasti bukan adik perempuan kandung Soat Peng-say, makanya nona itu memandang Peng-say dengan sorot mata yang menyangkut hubungan mesra antara lelaki dan perempuan.

Rasa sangsi ini disimpannya dalam hati, mungkin dia merasa lelah berdiri, maka ia duduk dikursi yang terletak disebelah Soat Peng-say, lalu berkata: "Soat-kongcu.

ayahku menghilang pada lebih 20 tabun yang lalu, tadi aku menyangka gurumu mungkin ayahku, tapi sekarang setelah kupikirkan lagi.

hal ini memang tidak mungkin." "Guruku bernama Tio Tay peng," tanpa ditanya sekarang Soat Peng-say bicara urus terang.

Sau Kim-leng berdiri dan memberi hormat, katanya: "Terima kasih atas keterangan Kongcu ini.

Ayahku Sau Cin-in, jelas bukan orang yang sama dengan gurumu, tapi Co-pi-kiam-hoat ajaran gurumu itu...." dia merandek sejenak, lalu menyambung dengan rasa menyesal: "maaf.

Co-pit-kiam-hoat itu jelas adalah Siang-liu-kiam-hoat.

Ciptaan ayahku." "Hal ini masih harus dibuktikan lagi lebih lanjut, untuk sementara ini Cayhe tidak dapat menerima pernyataan nona ini," jawab Peng-say.

Bibir Sau Kim-leng yang merah dan mungil itu bergerak2, seperti mau bicara lagi.

tapi urung.

"Ada urusan apa, silakan nona bicara saja." ujar Peng-say.

Sau Kim-leng memang nona pemalu, mestinya ia ingin tanya dimana tempat tinggai guru Soat Peng-say, tapi dia kuatir disemprot orang, maka tak berani dikemukakannya.

Liok-ma tahu isi hati sang Siocia.

segera menukas: "Dimana tempat tinggal gurumu?" Sebenarnya Soat Peng-say cukup menghormati orang tua semacam Liok-ma, sejak tadi iapun memanggilnya "Lolo" atau nenek, tapi sekarang ia malas menggubrisnya, ia pura2 tidak tahu pertanyaan orang tua itu.

Merasa diremehkan, segera Liok-ma hendak mengumbar marahnya lagi, tapi tidak jadi.

Ia pikir anak muda ini hanya boleh diperlakukan secara halus dan tidak mau dihadapi dengan sikap keras.

jalan paling baik sekarang adalah berunding secara damai dengan dia.

Maka ia lantas menoleh dan berkata: "Siau Tho, lepaskan Hiat-to nona Soat." Diluar tahu Soat Peng-say.

diam2 si nenek mengedipi Siau Tho pula.

Pelayan itu tahu apa artinya itu, waktu dia membuka Kim-sok-hiat, seperti tidak sengaja sikutnya menyodok pelahan pula Leng-tay-hiat di tubuh Cin Yakleng.

Hiat-to yang tersebut belakangan ini adalah Hiat-to mematikan.

bila tertutuk tepat bisa binasa seketika.

sedikit tersodok juga akan mengakibatkan kepala pusing dan semaput.

Siau Tho menyikut dengan pelahan, seketika Yakleng merasa kepalanya pening dan sekujur badan tak bertenaga.

Sudah tentu Siau Tho tidak melepaskan Cin Yak-leng, ia pura2 menyilakan duduk si nona dan memayangnya berduduk di suatu kursi.

Karena kepala pening dan badan lemah, Cin Yak-leng jadi mengantuk dan ingin tidur saja.

sedapatnya ia bertahan diatas kursi.

Diam2 Liok-ma memuji kecekatan bekerja Siau Tho, ia sengaja berseru kaget: "He, air muka nona Soat seperti kurang sehat.

lekas membawanya mengaso kekamar tidur Siocia." Cin Yak-leng tidak tahu telah dikerjai orang, dalam keadaan pening ia berkata: "Kakak Peng, aku ....aku tidak enak badan .

" "Ya, lekaslah pergi tidur sebentar," ujar Peng-say dengan penuh perhatian.

Siau Tho lantas membawa Cin Yik-leng kedalam kamar.

Setiba disana, kuatir si nona akan cepat sadar kembali.

segera ia menutuk pula Kin-sok-hiat serta Hiat-to yang membuatnya bisu.

Sekarang umpama Hiat-to Cin Yak-leng yang tertutuk tadi dapat terbuka sendiri, tapi jelas tak dapat bergerak dan bicara lagi.

Dengan sendirinya Soat Peng-say tidak tahu apa yang terjadi, ia menyangka Yak-leng sedang tidur didalam kamar.

Diam-diam dia merasa sangat berterima kasih atas kebaikan Liok-ma yang menyuruh Siau Tho membawa Yak-leng ke kamar.

Lalu Liok-ma berkata dengan tersenyum kepada Pengsay: "Biarpun aku tidak paham Siang-liu-kiam-hoat, tapi pernah kulihat Loya (tuan besar) berlatih maka sedikit aku masih ingat caranya, sebab itulah ketika Soat-kongcu menghajar Peng dan Kwa tempo hari, segera aku tertarik oleh ilmu pedangmu.

Pertama demi menyembuhkan sakit rindu Siocia.

selain itu juga untuk dibuktikan sendiri oleh Siocia akan ilmu pedangmu, terpaksa kuserang mendadak dan membawa Kongcu ke sini." Didepan Sau Kim-leng si nenek bicara tentang sakit rindunya, tentu saja Kim-leng malu dan menunduk, ia ingin mengomeli si nenek, tapi tidak enak karena hadirnya Soat Peng-say.

Cara bicara Liok-ma memang tanpa tedeng aling2, segera ia mencerocos lagi: "Tak tersangka orang yang dirindukan Siocia kami bukanlah kau melainkan.

" " Sampai disini, Sau Kim-leng tidak tahan lagi, ia sengaja berdehem perlahan.

Baru sekarang Liok-ma melihat air muka sang Siocia yang kurang senang itu, dia bukan orang bodoh, maka cepat ia putar haluan dan menyambung pula: "Sudahlah, hal ini tidak perlu kukatakan lebih banjak Hanya satu hal, coba Kongcu pikir.

apakah orang tidak mendongkol, sudah lama ayah Siocia tak diketahui jejaknya, ibunda meninggal dunia pula, Siocia hidup sebatangkara.

semua ini sudah cukup membuatnya sengsara dan harus dikasihani.

tapi sekarang dia terhina pula.

Kalau menuruti watakku, betapapun harus kubunuh kau dan adik perempuanmu untuk melampiaskan dendam Siocia." Dengan kurang senang Sau Kim-leng berkata: "Ai, buka mulut bunuh orang, tutup mulut bunuh orang, sifat Liok-ma yang pandang jiwa manusia seperti tak berharga ini harus diubah." "Hm, jika bukan sifatku yang keras ini, apakah Lenghiang-cuy dapat bertahan sampai sekarang!" ujar Liok-ma.

Apa yang dikatakannya memang bukannja tidak beralasan.

Semenjak menghilangnya Sau Cing-in, ibu Sau Kim-leng lantas keluar rumah mencari kesegenap pelosok tanpa berhasil.

Sau-hujin (nyonya Sau) dan Sau Cing-in hidup rukun bahagia, hilangnya suami dalam beberapa tahun saja telah membuat nyonya yang baru berumur 40-an itu tampak lebih tua belasan tahun.

Akhirnya segala petunjuk yang mungkin dapat menemukan Sau Cing-in putus asa sama sekali, Sau-hujin jatuh sakit dan masih bertahan hingga beberapa tahun, waktu meninggal, umur Sau Kim-leng baru sebelas tahun.

Selagi Sau-hujin masih hidup, sementara orang persilatan yang berniat jahat masih jeri terhadap nyonya rumah itu dan tidak berani menyatroni Leng-hiang-cay, tapi begitu Sau-hujin wafat, orang2 jahat itu sama mengincar kitab pusaka ilmu silat keluarga Sau, begitu pula kekayaannya yang tertumpuk selama turun-temurun.

Dalam keadaan begitu di rumah keluarga Sau hanya Liok-ma saja yang ilmu silatnya cukup memadai untuk menghadapi para penyatron itu, dia melanggar pantangan membunuh secara besar2an.

setiap pengacau yang datang, hampir sembilan di antara sepuluh orang yang binasa di bawah cambuknya.

Terkadang ada kaum pelancongan yang tidak sengaja lalu di Leng-hiang-cay juga telah menjadi korban keganasan Liok-ma, sampai akhirnya Ngo-tay-san yang terkenal indah permai itu putus oleh kunjungan wisatawan.

Tapi setelah Liok-ma berhasil membinasakan beberapa gembong iblis penyatron itu, namanya lantas disegani sehingga kawanan perusuh tidak berani mengincar Lenghiang-cay lagi.

Sebaliknya nama Leng-hiang-cay masih tetap gemilang di dunia Kangouw.

nama Pak cay tidak tercemar sedikit pun oleh karena hilangnya Sau Cing-in, setelah Sau-hujin Wafat juga Pak-cay tetap berjaya.

Kalau Liok-ma menonjolkan jasanya itu, siapapun tidak berani menyangkalnya.

Apalagi tujuan utama Liok-ma adalah untuk melindungi keselamatan Sau Kim-leng, hal ini cukup diketahui si nona, maka biarpun kata2 Liok-ma tadi agak kaku dan kurang hormat, terpaksa Sau Kim-leng diam saja.

Betapapun Liokima memang budak tua yang setia, setelah mengucapkan kata2 tadi, ia menjadi kuatir si Siocia akan tersinggung.

cepat ia berkata pula dengan tersenyum: "Siau Leng, kutahu kau paling anti kubunuh orang.

Baiklah.

mulai sekarang, kecuaii terpaksa, aku berjanji takkan membunuh orang lagi.

Seperti halnya sekarang, lepas dari kebiasaanku, akan kuampuni jiwa Soat-kongcu dan adik perempuannya." Kesempatan itu tidak di-sia2kan oleh Soat Peng-say, cepat ia menanggapi: "Jika begitu.

Cayhe dan adik Leng harus mengucapkan terima kasih kepada kemurahan hati Lolo." Tapi mendadak si nenek menarik muka pula, katanya: "Jangan buru2 berterima kasih segala.

ucapanku belum lagi habis.

Sekarang setelah Siau Leng membuktikan ilmu pedangmu adalah Siang-liu-kiam-hoat, maka melalui dirimu kami ingin cari tahu mengenai jejak Loya kami."' Peng-say menggeleng, jawabnya: "Sekarang belum dapat dipastikan ilmu pedang tangan-kiriku ini adalah Siang-liu-kiam-hoat, untuk ini masih harus diselidiki dan dipelajari lebih lanjut." "Harus dipelajari bagaimana?" tanya Liok-oia.

"Cara yang paling sederhana adalah minta Siocia kalian memainkan ke 49 jurus Co-pi-kiam-hoatku yang diapalkan olehnya tadi, jika dia dapat memainkannva dengan tidak salah sedikitpun barulah aku mau percaya." "Jika tidak?" tanya Liok-ma.

"Jika tidak, maka jelas cuma nama jurusnya saja yang sama, tapi prakteknya berbeda," jawab Peng-say.

"Maka Co-pi-kiam-hoat ajaran guruku tak dapat dikatakan sebagai Siang-liu-kiam-hoat segala, pula, kalianpun tidak perlu mencari tahu jejak Sau-locianpwe melalui diriku." "Tapi kau mesti tahu bahwa Siocia kami hakikatnya tidak mahir ilmu silat," kata Liok-ma.

"Jika begitu, mengapa dia dapat memastikan ilmu pedangku sebagai Siang-liu-kiam-hoat?" Peng-say balik bertanya.

"Sejak masih kecil Siocia sudah senang melihat Hujin berlatih ilmu pedang yang sakti ini.

sebab itulah Siocia dapat mengingatnya dengan baik." tutur Liok-ma.

"Apakab permainan ilmu pedangmu betul atau salah.

sekali pandang saja Siocia akan segera tahu, misalnya ketiga jurus serangan gabungan kedua pedangmu tadi dikatakannya salah besar.

Posting Komentar