Di antara para penjaga itu terdapat banyak orang lihai
...... pikirnya dan diapun cepat melompat turun dan lari ke dalam taman. Ada penjaga yang melihat bayangannya lalu berteriak mengejar. Banyak penjaga melakukan pengejaran. Akan tetapi dengan cepat sekail tubuh Tio ng Li sudah melayang naik ke pagar tembok, lalu melompat keluar dan menghilang dalam kegelapan malam. Dia berhasil lolos, akan tetapi nyaris saja dia terkepung!
Karena tidak mungki n malam itu mengadakan, penyelidikan, dia lalu berlari cepat menuju ke rumah penginapan. Akan tetapi ternyata dua kamar mereka telah kosong. Tidak nampak Siang Hwi di dalamnya dan sebagai gantinya dia melihat sebatang pisau belati tertancap di atas meja menusuk sehelai surat. Dengan jantung berdebar tegang dia membaca surat itu.
"Kalau hendak bertemu dengan gadis itu, pergilah kelereng bukit Fu-niu-san di selatan."
Tiong Li membuang pisau itu dan mengantungi suratnya, lalu tubuhnya melesat lagi keluar dari jendela. Jantungnya berdebar penuh kegelisahan.. Mencari puteri Sung Hia ng Bwee yang di culik orang belum berhasil, kini Siang Hwi telah diculik orang pula! Atau demikian mudahkah Slang Hwi diculik orang? Dia tidak percaya. Gadis itu memiliki kepandaian tinggi dan cukup lihai untuk membela diri, bahkan memiliki banyak macam pukulan beracun yang ampuh. Hanya orang yang amat tinggi ke pandaiannya saja yang akan mampu menun dukkan dan menculik Siang Hwi. Akan tetapi mengapa penculik meni nggalkan surat? Jelas, penculik itu sengaja memanci ngnya untuk datang ke Fu-niu-san. Dia tidak takut. Biar harus ke neraka sekalipun, untuk menolong Siang Hwi, akan didatanginya juga!.
Fu-niu-san terletak di sebelah selatan kota Lok-yang, maka dia lalu keluar dari kota itu melalui pintu gerbang selatan, dan terus berlari cepat menuju ke bukit itu. Akan tetapi malam terlalu gelap baginya. Terpaksa dia berjalan perlahan melanjutkan tujuannya ke bukit itu.
Baru pada keesokan harinya, ketika matahari, mulai bersinar, dia tiba di kaki bukit Fu-niu-san. Ke mana dia harus pergi? Perbukitan itu terlalu luas dan tentu saja mempunyai lereng yang tak terhitung banyaknya! Akan tetapi tiba-tiba, dalam keremangan fajar itu; dia melihat api berkelap-kelip di atas sebuah lereng di depannya. Di seluruh tempat itu hanya ada api itu yang nampak, tidak ada di tempat lai n lagi dan ini tentu bukan hal yang kebetulan saja. Agaknya orang telah memberi tanda kepadanya! Diapun tanpa ragu lagi terus mendaki lereng di depan itu.
Api itu ternyata sebuah api unggun yang sengaja dibuat orang di depan sebuah pondok besar yang terpenci l! Dan di sekitar pondok itu berdiri belasan orang yang semua memegang sebatang golok. Dari sinar api unggun itu Tio ng Li melihat bahwa golok yang mereka pegang itu merupakan sebatang golok besar yang berukir naga. Mestika Goloki Naga! Kenapa begitu banyak? Tiong Li teringat akan golok yang dahulu dirampasnya dari Si Golok Naga. Mestika Golok Naga yang dipegang oleh Hak Bu Cu itu ternyata palsu, dan kini begitu banyak orang memegang golok yang persis seperti Mestika Golok Naga. Tentu saja semuanya palsu!.
Dia menjadi khawatir sekali akan nasib Siang Hwi. Maka, diapun dengan berani meloncat ke depan belasan orang itu yang segera mengepungnya.
Pintu pondok itu terbuka dan dengan heran sekali Tiong Li meli hat seorang laki-laki tinggi besar yang berusia kurang lebih empatpuluh tahun berdiri tegak dengan golok semacam pula di tangan. Dan di sebelahnya berdiri Siang Hwi! Akan tetapi gadis ini bebas, dan bahkan tersenyum kepadanya!
"Hwi-moi. !"
"Koko, akhirnya engkau datang juga."
Siang Hwi lari menghampiri Tio ng Li dan pemuda itu memegang kedua tangannya. "Hwi-moi, apa yang terjadi? Kenapa engkau berada di sini?"
"Perkenalkan, koko. ini adalah Ciu-ciangkun. Dialah yang mengajak aku ke sini karena katanya kalau aku berada di rumah penginapan, akan berbahaya sekali. Katanya engkau belum tentu berhasil dan diketahui rumah pengi napan di mana-kita bermalam, kita tentu akan dikejar dan ditangkap. Maka dia mengajakku ke sini dan sengaja mengundangmu datang ke si ni. Mereka memperlakukan aku dengan hormat dan baik, koko. Dan Ciu-ciangkun ini telah mengenal subo." Ciu Bhok Hi, perwira itu,.memberi hormat kepada Tiong Li. "Kami telah mendengar tentang.namamu, saudara Tiong Li. Bukankah engkau yang menjadi orang buronan Kerajaan Sung? Dan nona ini adalah murid Ban- tok Sian-li yang kebetulan telah kukenal. Namaku. Ciu Bhok Hi dan aku menjadi komandan dari pasukan Golok Naga yang membantu Panglima Besar Wu Chu. Kami semua sudah mengetahui bahwa engkau hendak mendatangi gedung panglima besar.".
"Akan tetapi kalau sudah mengetahui, mengapa memanci ng aku ke sini, dan tidak mengepung dan menyerangku di sana saja? Apa artinya semua ini?"
"Ha-ha-ha engkau begitu tidak sabar. Marilah masuk kedalam pondok, saudara Tan Tio ng Li. Kita bicara di dalam!"
Dengan berani Tiong Li menghampiri dan mereka bertiga, Tiong Li Siang Hwi dan komandan itu memasuki pondok. Sementara itu, cuaca sudah mulai terang, akan tetapi api lampu penerangan dalam pondok masih dinyalakan.
Tiong Li dan Siang Hwi duduk di atas kursi menghadapi meja bundar yang besar, berhadapan dengan Ciu Bhok Hi. Setelah memandang tamunya dengan penuh perhatian, Ciu Bhok Hi menghela napas panjang.
"Tidak kusangka bahwa orang yang menggegerkan Kerajaan Sung masih begi ni muda. Bahkan engkau telah dapat menandi ngi jagoan-jagoan seperti mendiang Hak Bu Cu dan juga Tang Boa Lu, sungguh mengagumkan sekali!" "Ciangkun terlalu memuji. Sebaiknya ciangkun cepat menceritakan apa maksud ciangkun memancing kami berdua datang ke tempat ini."
"Semua ini menunjukkan bahwa Panglima Besar Wu Chu adalah seorang yang dapat menghargai dan menghormati orang orang pandai seperti taihiap. Panglima kami tidak menghendaki menyambut tai-hiap sebagai musuh, melainkan ingin sekali jika taihiap sudi membantu pemerintah Kin. Di Kerajaan Sung taihiap sudah dimusuhi, dijadikan orang buronan, karena itu alangkah baiknya kalau taihiap mulai sekarang hidup di sini. Panglima Besar Wu Chu sudah menyediakan pangkat yang tinggi untuk tai hiap dan siocia."
Tiong Li mengerutkan alisnya. Agaknya kedatangan di Kerajaan Kin disalah tafsirkan oleh mereka, disangka dia melarikan diri karena menjadi orang buruan pemerintah Sung.
"Hemm, aku menjadi orang buruan karena di fitnah, disangka menculik seorang puteri Istana. Karena itu, aku harus membuktikan bahwa bukan aku penculik nya, dan aku mendengar bahwa sang puteri itu telah berada di rumah gedung Panglima Wu Chu."
"Memang benar, akan tetapi Panglima Wu Chu bukan seorang yang suka menculik wanita. Beliau menerima puteri itu sebagai hadiah dari seseorang "
"Aku tahu! Tentu dari Perdana Menteri Jin Kui, bukan?
Sungguh laknat Perdana Menteri i tu!"
"Sudahlah, taihiap. Tugasku hanya untuk membujukmu agar suka bekerja dengan panglima besar kami. Bagaimana jawabanmu?"
"Kalau aku menolak?" "Taihiap, kepandaianmu boleh jadi tinggi, akan tetapi ketahuilah bahwa pasukan golok naga kami adalah pasukan yang amat tangguh dan kami kira taihiap berdua tidak akan dapat lolos dari sini dengan selamat. Akan tetapi kami. tidak menghendaki hal ini terjadi, maka harap taihiap suka mempertimbangkan dengan baik."
"Hemm, kalau aku menerima, apa tugasku?" "Kerajaan Kin dan Kerajaan Sung telah bersahabat
baik. Antara raja dan Kaisar Sung telah ada kesepakatan untuk tidak saling menyerang. Akan tetapi, masih banyak bekas pengikut Panglima Gak Hui yang tidak mau menerima perdamaian itu dan mereka masih suka membuat kacau dan menyerang pasukan kami. Tugas taihiap adalah membasmi pengacau itu yang berada di perbatasan, demi berlangsungnya hubungan baik antara ke dua negara."
"Hemm, bagaimana, Hwi-moi, pendapatmu?"
"Aku hanya menyerah kepadamu, koko," kata gadis itu sejujurnya karena memang ia bingung memikirkan hal itu.
"Yang aku sama sekali tidak mengerti, bagaimana engkau dapat mengetahu gerak-gerik kami, ciangkun?" tanya Tiong Li kepada Ciu Bhok Hi. Orang yang ditanya tertawa.
"Ha-ha-ha, ini menunjukkan ketelitian kami, taihiap. Semenjak taihiap memasuki wilayah kami, kami telah menerima kabar bahwa taihiap berdua mungki n masuk daerah kami dan kami telah menyebar mata-mata untuk menyelidiki. Dan ketika taihiap berdua berada di rumah penginapan, di rumah makan, peristiwa dengan para perwira yang kurang ajar, semua peristiwa itu telah kami ketahui belaka." "Ahhhh!" Tiong Li terbelalak. "Mengerti aku sekarang!
Kakek yang bercaping itu!".
"Ha-ha-ha, dia hanya seorang di antara mata-mata kami, taihiap. Nah, ketahuilah bahwa kami semua telah siap siaga dengan baik sekali. Kalau semua kekuatan kami ini ditambah lagi dengan kekuatan taihiap yang lihai, pasti Panglima Besar Wu Chu akan menjadi girang sekali dan dengan bantuan taihiap, semua perusuh di perbatasan itu akan dapat dibasmi habis."
"Tidak, aku terpaksa tidak dapat menerima penawaran kedudukan oleh panglima kalian. Selain aku sendiri masih mempunyai banyak urusan pribadi, juga aku tidak ingin terikat oleh kedudukan di manapun. Sampaikan maafku kepada panglimamu."
"Taihiap, apa lagi yang menjadi penghalang bagi taihiap untuk membantu Kerajaan Kin? Banyak pendekar yang membantunya, bahkan tokoh-tokoh kang-ouw juga membantu. Kalau ada urusan pribadi, taihiap dapat mengandalkan kami untuk membereskannya."
"Ciu-ciangkun, Li-koko sudah jelas menyatakan tidak setuju, apakah masih belum jelas bagimu? Ketahuilah, sekali Li-koko mengeluarkan pernyataan tidak akan ditarik kembali dan kami berdua tidak akan menuruti permintaanmu!" kata Siang Hwi yang agaknya gembira dengan penolakan Tiong L i itu.
"Bagus! Kalau begitu jangan harap dapat keluar dari tempat ini dengan selamat! Hanya ada dua pilihan, menjadi kawan atau menjadi lawan!" kata Ci Bhok Hi sambil melompat keluar.
"Bagaimana, koko?" "Kita lawan mereka dan melarikan diri!" kata Tio ng Li dengan tenang "Siapkan pedangmu, karena mungkin pasukan Golok Naga ini berbahaya."
Siang Hwi mencabut pedangnya dan mereka berdua keluar pula dari pondoik itu. Dan mereka meli hat bahwa mereka telah terkepung oleh delapanbelas orang yang semua memegang golok, dipimpin oleh Ciu Bhok Hi.
Melihat sikap dan kedudukan mereka, barisan golok itu nampaknya memang teratur rapi sekali .
"Ciu-ciangkun, kami tidak menghendaki permusuhan.
Maka, biarkan kami pergi !" Tiong Li masih membujuk.
"Menyerah atau mati!" bentak Ciu Bhok H i dan diapun sudah memerintahkan anak buahnya untuk menyerang. Tiga orang menerjang maju dan menyerang dengan golok mereka terhadap diri Tiong Li sedangkan tiga orang lagi menyerang Siang Hwi.