Mendengar ucapan orang itu, empat tokoh partai besar itu terbelalak kaget dan hampir berbareng mereka berseru, "Pencuri golok mestika !!"
Ciong-tosu, tokoh Kun-lun-pai, melompat ke depan menghadapi raksasa itu. Dia menudingkan telunjuknya ke arah raksasa itu sambil membentak, "Kiranya engkau pencuri golok mestika dan telah melempar fitnah kepada kami ! Sekarang berhadapa n dengan kami , sebaiknya engkau menyerah untuk kami tangkap dan kami hadapkan ke kota raja!"
"Ha-ha-ha, engkau Ciong-tosu dari Kun-lun-pai, bukan? Kalau aku takut ke pada kalian, perlu apa aku keluar menemui kalian di sini?"
"Sian-cai. ...! Manusia sombong katakan siapa namamu!" kata Ciong-tosu marah. "Apa perlunya aku memperkenalkan nama kalau kalian semua akan mati? Ha- ha-ha!" Dia menggerakkan tangan kanan dan "singggg..... !!i" sebatang golok yang berkilauan telah dicabut dari balik bajunya yang longgar. Mudah sekali, dikenal golok yang terdapat ukiran Naga itu, dan indah sekali. Itulah tentu nya Mestika Golok Naga yang telah dicuri dari gudang pusaka istana!
"Sebut saja aku Si Golok Naga, ha-ha-ha!"
Ciong-tosu semakin marah. Dia mencabut pedangnya dan membentak nyaring,
"Manusta sombong, lihat pedang !"
Dan diapun menyerang dengan tusukan kilat bertubi- tubi karena dia menggunakan jurus maut Liong-li-coan- ciam. (Liong-li Menusuk Dengan Jarum ). Jurus ini dahsyat sekali dengan pedang menusuk bertubi-tubi ke arah tigabelas-jalan darah di bagian depan tubuh lawan. Akan tetapi raksasa hitam itu sambil tertawa bergelak memutar goloknya dan terdengar suara berdenci ng nyaring dari pertemuan kedua senjata itu yang mengakibatkan Ciong-tosu terhuyung! Semua tokoh itu terkejut. ilmu kepandaian Ciong-tosu dari Kun-lun-pai itu sudah cukup tinggi, akan tetapi dalam segebrakan saja dia sudah terhuyung.
Para tokoh empat partai itu adalah tokoh-tokoh kelas tiga, kepandaian mereka sudah tinggi maka mereka juga segan untuk melakukan pengeroyokan dan tadi ketika Ciong-tosu maju, merekapun hanya menjadi penonton.
"Ha-ha-ha, dengan kepandaian serendah itu engkau hendak menangkap Si Golok Naga? Ha-ha-ha, kalian berempat majulah semua, agar lebih cepat dan lebih mudah aku membunuh ! kalian!" tantang si raksasa dengan siapa sombong. Empat orartg tokoh itu. ki ni tidak pantang untuk maju bersama karena mereka ditantang dan juga jelas bahwa Ilmu kepandaian raksasa itu tinggi sekali sehingga kalau mereka maju satu demi satu, tak mungki n mereka akan mampu menandingi nya. Kiang Cun, tokoh Butong- pai mencabut pula pedanqnya, Thian ceng Cu tokoh Hoa- san-pai juga mencabut siang-kiam (sepasang pedang) dari punggungnya dan Tek Hwat Hwe-sio dari Siauw-Iim- pai maju dengan tangan kosong karena hwe-sio ini selain tidak membawa senjata, juga ujung kedua lengan bajunya dapat menjadi senjata yang ampuh.
Raksasa hitam yang menggunakan julukan Si Golok Naga itu masih tertawa, amat memandang rendah empat orang lawan yang sudah mengepungnya, kemudian tiba- tiba dia mengeluarkan suara menggerang seperti harimau dan empat orang itu terkejut sekali karena mereka merasa betapa Jantung mereka terguncang dan mereka terhuyung.
Pada saat itu, Si Golok Naga menggerakkan goloknya dengan dahsyat. Golok itu berubah menjadi gulungan sinar terang dan mengeluarkan suara angin menderu- deru. Empat orang tokoh partai besar itu makin terkejut lagi Samar-samar mereka mengenal ilmu golok itu seperti ilmu golok Ngo-houw-toan-bun-to (Ilmu Golok Lima Harimau Menjaga Pintu), akan tetapi gerakan itu memiliki perkembangan yang aneh dan juga kokoh kuat sekali.
Mereka segera menggerakkan senjata menyerang dari empat jurusan. Tek Hwat Hwe-Sio menggerakkan kedua tangannya yang didahului oleh sepasang ujung lengan bajunya, gerakannya mengandung tenaga sinkang dan mendatangkan angi n menyambar-nyambar. Pedang Kiang Cun tokoh Bu tong-pai juga bergerak cepat dan indah seperti yang menjadi keistimewaan Ilmu pedang Butong-pai.
Demikian pula Ciong tosu sudah menyerang lagi dengan pedangnya dan Thian Seng Cu dari Hoa-San-pai memainkan siang-kiamnya dengan cepat.
Biarpun dikeroyok oleh ampat tokoh partai besar yang berilmu tinggi, namun raksasa hitam itu sama sekali tidak takut. Dia masih dapat tartawa-tawa ketlka golok di tangannya membantuk benteng sinar yang menghalau semua serangan empat orang itu.
Terjadilah perkelahian yang amat hebat. Biarpun tingkat kepandaian Si Golok Naga itu jauh lebih tinggi, akan tetapi karena empat orang tokoh itu maju bersama, mereka dapat menandingi juga dan pertandingan itu terjadi dengan hebatnya.
Sejak tadi, seorang laki-laki tengah tua berusia empatpuluhan tahun bersama seorang anak laki-laki. berusia lima tahun mendekam di balik semak belukar dengan tubuh gemetaran karana takut. Laki-laki itu seorang penduduk dusun yang pekerjaannya di samplng bertanl, juga kadang kala memburu bi natang untuk penambah penghasilannya yang sederhana.
Orang itu bernama Tan Hok, dan puteranya bernama Tan Tiong Li. Pada hari itu, tidak seperti biasanya, Tan Hok mengajak puteranya untuk mendaki ke puncak karena sejak tadi mereka tidak menemukan binatang buruan di lereng.
Ketika mereka meli hat di puncak ada orang-orang aneh, mereka lalu bersembunyi karena takut. Apa lagi ketika muncul raksasa hitam yang kini bertandi ng dengan empat orang tokoh partai besar itu. Mereka menjadi ketakutan dan mendekam di balik semak belukar de ngan tubuh gemetar.
Pertandi ngan itu sudah mencapai puncaknya ketika Si Golok Naga mengubah ilmu goloknya yang kini menyambar-nyambar bagaikani kilat. Empat orang pengeroyoknya berusaha untuk melindungi dirinya masing-masi ng, akan tetapi sia sia belaka. Golok Naga itu menyamba dahsyat, mengeluarkan bunyi berdesingan mengerikan dan robohlah Tek Hwat Hwe-sio yang pertama kali kena disambar sinar golok sehingga dadanya terluka lebar dan dia roboh dan tewas seketika!
Tiga orang rekannya menjadi merah dan mengamuk, akan tetapi belum lewat lima jurus, Ciong-tosu dari Kun- lun-pai juga roboh dan tewas dengan leher hampir putus!
Tan Hok dan anaknya menjadi semakin ketakutan melihat robohnya dua orang dengan darah muncrat mengerikan itu. Tan Hok segera menangkap tangan puteranya diajak bangkit dan melarikan diri dari tempat itu .
Gerakan mereka terlihat oleh SI Golok Naga, akan tetapi karena masih menghadapi dua orang pengeroyok Si Golok Naga melanjutkan amukannya dan berturut- turut Kiang Cun dan Thian Seng Cu juga roboh dan tewas.
Si Golok Naga tertawa bergelak dan ketika terlihat akan ayah dan anak yang tadi bersembunyi dan melarlkan diri, dia segera melompat dan melakukan pengejaran .
"Hei ....!!, kalian berdua, berhenti !" teriak Si Golok Naga ketika melihat dua orang itu sudah berlari cukup jauh, dilereng puncak bukit di depan . Mendengar teriakan yang amat nyaring itu, Tan Hok semakin panik. Dia lalu mendorong puteranya agar naik ke puncak bukit itu dan berkata, "Naiklah kau ke puncak itu dan bersembunyi di sana! Aku akan memancing dia agar mengejar ke jurusan lai n!" Tan Tiong Li memang baru lima tahun akan tetapi dia seorang anak yang cerdik sekali. Dia sudah dapat mengertl apa yang dimaksud kan ayahnya, maka diapun mendaki puncak itu seorang diri sedangkan ayahnya sengaja berlari ke padang rumput agar dapat nampak oleh pengejarnya. Ayah ini tidak memperdulikan keselamatan diri sendiri. Baginya, yang terpenting adalah keselamatan anaknya.
Usaha panci ngannya berhasil. Si Golok Naga melihat dia lari melintasi padang rumput segera melakukan pengejaran. Tak lama kemudian Tan Hok dapat tersusul dengan mudah dan tanpa banyak cakap lagi Si Golok Naga menggerakkan goloknya dan putuslah leher Tan Hok Dia roboh dan kepalanya menggelinding jatuh dari tubuhnya.
Si Golok Naga memandang ke kanan kiri. "Ehh, tadi dia bersama seorang anak kecil. Ke mana perginya anak itu? Celaka dia akan menjadi saksi yang merugikan. Aku harus dapat menemukan dan membunuhnya !" katanya seorang diri dan melihat di depan terdapat puncak Itu, dia lalu mendaki puncak dengan golok di tangan. Dia merasa yakin bahwa anak i tu tentu menyembunyikan diri di puncak itu.
Dengan napas terengah-engah Tan Tiong Li dapat tiba di puncak bukit itu. Dia lelah sekali dan kehabisan napas, maka ketika tiba-tiba dari balik batu besar itu muncul seorang-manusia, dia begitu terkejut dan ketakutan sehi ngga tubuhnya terguling dan dia sudah berlutut sambil menangis. Dua tangan dengan lembut menariknya bangun dan Tiong Li meli hat bahwa orang itu bukanlah raksasa hitam yang tadi mengejar dia dan ayahnya, melainkan seorang hwesio tua yang berjubah kuning. Hwesio tua itu tersenyum kepadanya.
"Omitohud .... seorang anak kecil mendaki puncak seorang diri. Anak yang baik, siapakah engkau dan kenapa engkau berlari-larl ke tempat ini ?"
"Lo suhu...... saya dikejar-kejar seorang raksasa hitam yang hendak membunuh saya. "
Hwe sio itu masih tersenyum, "Raksasa hitam? Di mana ada raksasa hitam, anak yang baik ? Engkau mengkhayal barangkali."
"Tidak, lo-suhu. Sungguh raksasa itu telah membunuh banyak orang di puncak sana dengan goloknya. Mengerikan. Dia lalu mengejar ayah dan saya "
" Ayahmu? Mana ayahmu ? "
"Ayah berlari ke arah lain agar raksasa Itu tidak mengejar saya. Tolonglah, lo-suhu "
Kini hwe-sio itu tidak tersenyum lagi melai nkan mengerutkan alisnya karena dia mulai percaya bahwa anak ini tidak berbohong dan tidak berkhayal Dia lalu memandang ke bawah puncak dan pada saat itu dia melihat seorang laki laki tinggi besar bermuka hitam membawa sebatang golok yang berkilauan sedang berlari cepat mendaki puncak itu.
"Omitohud.... agaknya semua ceritamu benar, anak baik. Jangan takut, pi nceng akan melindungimu dari raksasa hitam itu."
Sementara itu, Si Golok Naga dengan penasaran mendaki untuk mencari anak yang hilang itu. Anak itu harus matil Tidak seorangpun yang rnenyaksikan apa yang terjadi di puncak sana ta di boleh hidup.
Akhirnya dia tiba di puncak dan melihat anak itu berlutut di depan seorang hwesio tua renta. Dia menyarungkan goloknya dan tertawa.