"Sekalian hadirin, berhubung dengan belum adanya wanita yang naik panggung, maka aku sekarang yang jadi pelopor menunjukan sedikit kejelekanku hanya sekedar untuk membuktikan, bahwa dikalangan wanita juga tidak kalah perhatiannya dari kaum laki untuk naik keatas panggung ini "
Parasnya yang cantik tampak berseri-seri memikat.
Oet-ti Keng dan oet-ti Koen melihat itu jadi saling pandang.
oet-ti Koen yang berangasan tabiatnya sudah tidak sabaran- segera mencelat naik menghadapi Li losat le Ya. Sebetulnya oet-ti Koen mau jadi wakil Tay-cu bermaksud hendak mempertontonkan kepandaiannya kepada nona Seng, sebab hatinya telah tertarik betul oleh kecantikan dan gerak-geriknya si cantik.
Tidak tahunya, bukan lelaki yang naik tapi Li lo-sat le Ya perempuan-
"Aku oet-ti Koen wakil Taycu boleh main-main dengan kau," katanya dengan suara dingin dan memandang rendah kepada le Ya.
Li lo-sat Ie Ya hanya tersenyum. Tanpa banyak kata-kata lagi mereka lantas bergerak.
Li- lo-sat membuka serangannya dengan gerak tipu ganas sekali, hingga oet-ti Koen sangat terperanjat menghindarkan dirinya. Lantas ia membalas dengan tipu pukulan Kui-eng Pek sat atau "Raja setan mengibaskan kipasnya." Ilmu pukulan ini mengeluarkan angin santar mengarah musuh, tapi Li lo sat dengan tenang memunahkan pukulan hebat itu.
Lalu balas menyerang dengan ganas dan kejam, meskipun tidak mengenakan sasarannya dengan telak. angin pukulannya cukup menyerempet lengan baju kirinya oet-ti Koen, hingga ia ini jadi kaget sekali.
Meskipun setiap serangannya ada hebat, tapi Li- lo-sat le Ya tidak mendesak musuhnya, maka oet-tie Koen jadi dapat melayani tanpa mundur.
Melihat serang-serangan musuh makin lama makin ganas oet ti Koen lalu keluarkan tipu pukulan nya tiga belas gaya menyembah Tuhan, tiap serangannya berubah- rubah dan berbahaya sekali, hingga le Ya ke teter dan melayani musuhnya berputar-putar sekeliling panggung.
Sebentar saja sudah berjalan dua puluh enam jurus, tinggal tiga jurus lagi pertandingan berakhir seri dan Ie- Ya sedang memikirkan jalan untuk balas menyerang pada musuhnya tiba-tiba oet ti Koen telah menarik serangannya dan berkata padanya.
"Ya, nona le, ilmu silatmu memang tinggi, aku tak dapat menang darimu."
le Ya mengerti oet-ti Koen ingin mengakhiri pertandingan itu, tapi bagaimana jalannya? Sedangnya mereka buntu jalan untuk mencari penyelesaian, tiba-tiba ada seorang lompat dari bawah panggung mencegah mereka melanjutkan pertempurannya.
"Kalian berdua berhenti dahulu bertempur, aku ada berita penting untuk disampaikan kepada kawan-kawan dalam rimba persilatan-" katanya.
Kiranya orang itu ada Seng Pocu sendiri setelah berkata demikian ia lalu menghadapi para hadirin berkata.
"Sekalian saudara-saudara aku mengabarkan berita penting kepada kalian, yalah Tok kay yang membunuhnya pada kemarin malam dalam sebuah kuil yang letaknya tidak berapa jauh dari sini. Dengan begitu, pengemis kejam itu tidak akan meneruskan kekejaman dan kejahatannya lagi dalam dunia ini. Kematiannya itu entah siapa yang melakukannya." Seng Eng berkata demikian, matanya berbareng menyapu pada sekalian tetamunya.
Tiba-tiba matanya melihat Ho Tiong Jong mendadakan saja sudah mendelik, hingga orang banyak yang mengikuti pandangan-nya sudah pada mengarahkan perhatiannya pada Ho Tiong Jong.
Tiba-tiba Song Boe Ki yang mengenali Ho Tiong Jong sudah berteriak. "Aaa.. itu dia Ho Tiong Jong, achli waris dari San-yu Loreng Khong Teng Sho?" Kenapa Song Bee Ki berteriak demikian
keras?
Itulah karena ia sudah dapat dengar, bahwa Seng Eng ada bermusuhan dengan San-yu Lo tong Khong Teng Shoe dan sudah sesumbar akan membasminya musuh itu berikut semua murid-muridnya .
Soe coe Liang, Kiauw Jang dan Ko Jang yang melihat matanya Seng Eng beringas mengawasi kearahnya sudah menjadi ciut nyalinya, dengan perlahan-lahan telah mengendurkan diri dan
meninggalkan Ho Tiong Jong berdiri sendirian-sekarang semua mata ditujukan pada Ho Tiong Jong.
Seng Pocu sudah marah betul, tapi ia bisa kendalikan amarahnya itu, karena mengingat diseputarnya banyak tetamu.
Ia berteriak menegur. "Hai, Tiong Jong, kau semalam ada bersama-samanya dengan Tok kay, sebetulnya Tok kay telah dibunuh oleh siapa? Kau tentu mengetahuinya, lekas katakan"
Ho Tiong Jong tampak tidak keder menghadapi Seng Pocu, malah ia ketawa dingin. Dengan suara keras ia menjawab.
"Seng Pocu, kalau kau mau tahu, orang itu telah ditabas lehernya olehku dengan golokku sendiri."
Seng Eng terperanjat. Tidak terkecuali dengan semua tetamu yang hadir, karena untuk membunuh Tok- kay yang berkepandaian sangat tinggi, kecuali Seng Eng yang berkepandaian tinggi orang sembarangan tidak gampang membunuhnya. Semua orang bingung dengan pengakuannya Ho Tiong Jong.
oet-ti Koen saat itu ada perhatikan Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie yang kelihatan perhatiannya sangat tertarik oleh Ho Tiong Jong. ia jadi cemburu dari atas luitay ia berteriak.
"Ho Tiong Jong, kau jangan omong gede disini. Kau ini sebangsa pengecut, siapa yang mau percaya kau membunuh Tok-kay."
Ho Tiong Jong marah sekali, ia berkata pada Seng Eng.
"Seng Pocu, ijinkanlah aku naik ke luitay."
Belum habis bicaranya, orangnya sudah melayang dan hinggap diatas luitay menghadapi oei-ti Koen yang sedang petangtang-petingting melembungkan dada.
"Hei oet ti Koen, bagaimana aku harus berbuat supaya kau percaya." kata Ho Tiong Jong gemas.
oet-ti Koen tertawa bergelak-gelak.
Lagaknya sombong sekali, seolah-olah orang dihadapannya itu sudah tentu akan menjadi pecundangnya. ia memikir demikian memang tidak salah sebab tempo hari Ho Tiong Jong sudah jadi pecundangnya. Tapi ia tentu saja tidak menyangka, kalau Ho Tiong Jong yang tempo hari bersama Ho Tiong Jong yang sekarang ada lain tingkat kepandaiannya.
"Tiong Jong, Tiong Jong," katanya dengan lagaknya yang tengik, "sekarang begini saja, coba kau menyerang aku dan aku yang menangkisnya. Kita bertempur satu gebrakan saja, akur? Ha ha
ha... "
Ho Tiong Jong sudah tidak tahan melihat lagak tengik oet ti Koen, maka ia lalu menghadap pada Seng Eng.
"Seng Pocu ijinkan aku main-main sebentar di luitay melayani ini orang gagah she oet-ti." kemudian ia balik menghadapi Li lo sat le Ya. "Nona le, kau mengaso sebentar, biarkan aku yang kasih hajaran pada bedebah ini "
le Ya anggukkan kepalanya sambil kasih lihat senyumannya yang memikat.
Setelah le Ya lompat turun dari luitay, oet-ti Koen berkata lagi.
"Hei Tiong Jong, apa kau tahu pertempuran ini ditetapkan tiga puluh jurus untuk menentukan menang kalahnya? Tapi, tidak apa, aku boleh potong lima belas jurus untuk melayani kau, sebab dalam lima belas jurus sudah tentu kau jadi pecundang, bukan?"
oet-ti Koen ada demikian memandang rendah kepada Ho Tiong Jong, akan tetapi sebaliknya dengan Seng Eng. Pocu dari benteng Seng keepo ini merasa kuatir oet-ti Koen bukan
tandingannya Ho Tiong Jong, maka ia berteriak pada oet-ti Koe n supaya peraturan yang sudah di tetapkan tiga puluh jurus itu tidak boleh dilanggar.
oet-ti Koen mendongkol hatinya. "Hmm... Pocu tentu takut aku menyesal, bukan ? Kau legakan hatimu, Pocu. oet-ti Koen tidak akan membuat malu kepada Seng Pocu."
Seng Eng kewalahan menghadapi kebandelannya oet-ti Koen, tapi ia tetap menasehati supaya oet ti Koen tetap memegang peraturan- Diam-diam ia memberi isyarat kepada kawan karibnya Pek Boe Tay-su, supaya ia siap-siap turun rangan melindungi oet-ti Koen dan mengambil jiwanya Ho Tiong Jong.
Pek Boe Tay-su seperti sudah paham akan maksudnya Seng Eng. maka ia sudah anggukkan kepalanya. Tapi hatinya ia sungkan berbuat curiga begitu malu terhadap jago jago tua yang hadir disitu.
Ketika pertandingan sudah hendak dimulai, terdengar suara sangat tajam dan keras menanya kepada Ho Tiong Jong.
"Hei, Tiong Jong, apakah kau itu ada akhli warisnya San yu Lo long Khong Teng shoe?" Kiranya yang mempunyai suara demikian hebat ada IHan Goat Tojin dari golongan Liong-bun.
"Hm. aku bukan muridnya," jawab Ho Tiong Jong, tapi ia berpikir sebaliknya dirinya sudah tidak lama lagi hidup didunia karena racunnya Tok- kay, maka sebaiknya semua permusuhan dengan Kho Kie itu ia sendiri saja yang menanggungnya. Maka setelah memikir demikian, ia menyambung kata-katanya. "tapi, apabila totiang mau menuntut balas urusan yang bersangkutan dengan San-yu Lo-long Khong Teng Shoe totiang boleh perhitungkan diatas diriku saja."
"Bagus, bagus." kata Han Goan Tojin sambil mengacungkan jempolnya, "kau memang ada satu laki-laki sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab. sebentar aku akan minta pelajaran darimu."
Mendengar bicaranya Han Goat Tojin, semua orang hampir percaya bahwa pemuda ini akan mempunyai kepandaian luar biasa. Sementara itu oet-ti Koen yang melihat suasana seperti menguntungkan Ho Tiong Jong sudah semakin jelus saja hatinya.
"Hmm TiongJoag, Tiong Jong sebelum lima belas gebrakan semua orang akan mencari kau
ke Giam- lo-ong Ha ha ha... " demikian oet-ti Koen mengejeknya.
"Bedebah, tutup mulutmu. Kau buktikan sendiri, perkataanmu itu benar akan menjadi suatu kenyataan apa akan menjadi sebaliknya? Kaulah yang nanti pergi menghadap Giarm lo ong, apa kau sudah pesan tempat disana?" Ho Tiong Jong balas mengejek. oet-ti Koen marah betul. Tanpa banyak rewel lagi ia menyerang dengan hebat.
Ho Tiong Jong tidak gentar. ia menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya pada kedua telapakan tangannya.Jari-jari tangan kirinya dibuka. Telapakan tangan kanannya menangkis serangan, sedang jari-jari tangan kirinya secepat kilat mengancam jalan darah ditubuh oet ti Koen yang berbahaya.
Inilah ada ilmu serangan istimewa, yalah Kim-ci Gin ciang jari emas telapakan tangan ilmunya Khong Teng Shoe yang diturunkan pada Ho Tiong Jong melalui Khoe Kie, muridnya orang tua petani dari gunung San cu itu.