Kita balik pada Ho Tiong Jong telah mengikuti jalannya acara dengan tenang. Ketika Kwe Hoei habis bicara, ia lihat ada seorang naik keatas luitay. ia kenali itu ada Soe coe Liang yang tempo hari ada makan bersama sama satu meja dengannya, la ada satu pejabat kaliber besar dibagian selatan-
Soe coe Liang lantas berhadapan dengan Kwee Hoei sebagai wakil Tayeu. Ternyata menghadapi Kwee Hoei ia tidak bisa berbuat banyak. Meskipun Soe coe Liang sudah keluarkan simpanannya, cuma dalam beberapa gebrakan saja ia sudah dipukul terpelanting jatuh kebawah panggung yang memalukan sekali.
KWE HOEI gembira dapat menjatuhkan lawannya demikian cepat, maka ia lalu menjura kepada penonton dan berkata.
"Aku Kwei Hoei tidak punya kepandaian istimewa, cuma lantaran kebetulan saja sudah dapat mengalahkan saudara Soe, maka jikalau diantara hadirin ada yang berminat naik panggung aku akan merasa girang sekali."
Belum habis bicaranya, lantas kelihatan lompat naik keatas panggung seorang yang bertubuh jangkung kurus. Ia menghampiri Kwee Hoei memberi hormat.
"Saudara Kwei, bagus sekali ilmu silatmu barusan- Hanya dalam beberapa gebrakan saja sudah dapat mengalahkan lawan- Aku Kwie Boen Peng ingin coba-coba mengunjukan kepandaiannya yang rendah, harap saudara Kwee tidak mencelanya." Kwee Boen ceng yang bertubuh kurus itu mana dipandang mata oleh Kwee Hoei.
Setelah perdengarkan suara dingin "Marilah, kita jangan buang tempo." lantas saja melancarkan serangannya.
Si jangkung kurus menghindari serangan dahsyat lawan, kemudian mainkan ilmu pukulannya yang lelompatan kesana sini, rupanya ia meyakinkan iimu pukulan kera.
Tapi rangsekannya Kwee Hoei hebat sekali, hampir tidak mengasih kesempatan untuk menancapkan kakinya dengan tetap. Tidak heran, diserang dengan cara demikian KweoBoen ceng dalam sedikit tempo saja sudah harus menyerah kalah, tubuhnya kena dicengeram dan di lemparkan kebawah panggung.
suara tampik sorak riuh sekali menyambut kemenangannya Kwee Hoei.
Diantara tampik suara riuh itu tampak melompat kepanggung Kiauw Yang kawannya soe coe Liang yang telah dipecundangi.
Tanpa banyak cerita lagi, Kwee Hoei sudah melayani penjahat kaliber besar ini. Pertandingan ramai juga. cuma sayang hanya memakan tempo tidak lama. Hanya lima belas jurus saja mereka bertempur, Kiauw Yang sudah kena dilemparkan ke bawah panggung.
Melihat saudara sekomplotannya kembali dijatuhkan, Ho Yang naik darah, lantas enjot tubuhnya melayang naik keatas luitay.
"Saudara Kwee, kau benar-benar lihay, dua saudaraku sudah dipukul jatuh, aku juga ingin belajar kenal dengan ilmu silat mu yang tinggi."
"Silahkan, silahkan- menyelak Kwee Hoei dengan paras dingin hingga Ho Yang tak dapat meneruskan kata-katanya. Sebagai gantinya ia harus cepat cepat menangkis serangan Kwei Hoei yang dilancarkan dengan cepat kembali dan mengandung tenaga yang hebat.
"Betul-betul hebat pantasan dua saudara-ku kena dijatuhkan mentah-mentah " demikian Ho Yang diam-diam berkata dalam-hatinya.
Tapi ia tak dapat kesempatan untuk berpikir banyak-banyak. karena serangan Kwee Hoei yang dilancarkan saling susul membuat ia kepepet ketepi panggung dan akhirnya, seperti dengan dua saudara yang sudah ia juga kena dilemparkan mentah-mentah.
Sungguh memalukan, tiga jago dikalangan hitam yang sudah terkenal namanya dengan secara mudah saja sudah dijatuhkan satu persatu.
Kwee Hoei merasa puas hatinya ia tahu bahwa tiga saudara dari kalangan rimba hijau itu adalah gara-gara sangat sombong. Kini mereka mendapat bagiannya yang setimpal dimukanya orang banyak.
Tapi sebelumnya Kwee Hoei dapat membanggakan kemenangannya, tiba-tiba kembali seorang berpengawakan kurus muncul d i- depannya. Ia perkenalkan dirinya bernama Kie cin.
Menghadapi orang kurus kali ini Kwee Hoei tidak segalak seperti menghadapi lawan-lawannya terlebih dahulu, karena Kie cin meskipun berbadan kurus kecil ia sangat gesit dan lincah sekali. ilmu pukulannya tangan kosong juga cukup mahir, ia sama sekali tidak takuti menghadapi Kwee Hoei yang mempunyai pukulan berat dan terus menerus coba mendesak pada dirinya. Pertandingan berjalan dengan ramai sekali.
Rupanya Kwee Hoei sudah kecapaian atau memang musuhnya sangat ulet yang meminta ia mengerahkan banyak tenaga untuk melayaninya, maka jurus demi jurus telah dilalui akhirnya sampai pada jurus ke tiga puluh batasannya dari pertandingan babak pertama. Pertandingan babak pertama ini dinyatakan serie. Sekarang di mulai dengan pertandingan menggunakan senjata. Dalam pertandingan menggunakan senjata ternyata Kwee Hoei kalah setingkat.
Biar bagaimana wakil Taycu yang kosen itu mempertahankan dirinya, tapi akhirnya ia harus menyerah kalah kepada lawannya yang lebih pandai. Kwee Hoei terdesak dan lompat turun dari luitay.
Melihat kekalahan ini, Beng Siong Tojin yang mendapat giliran menjadi Taycu saat itu. telah mendelikkan matanya. Entah bagaimana tosu licik itu telah gerakan tubuhnya tahu-tahu sudah berada dihadapanya Kie cin.
Kie cin kaget juga menghadapi Ban Siong Tojin yang sudah terkenal, sedang penontonpun kelihatan merasa kuatir dengan turunnya tosu telengas itu, menguatirkaa Kie cin sebagai lawannya akan mendapat celaka.
Memang betul berat bagi Kie cin menghadapi Taycu ini tapi ia masih coba pertahankan dirinya jangan sampai cuma dua tiga gebrakan sudah kalah. Ban Siong Tojin melihat dalam lima jurus masih juga kelihatan Kie cin alot dijatuhkan, hatinya sudah menjadi jengkel. Wajahnya tampak menghitam hingga penonton kaget. Hanya dalam tiga jurus kemudian saja Kie cin dibikin jatuh dari atas luitay.
Tapi belum lama Ban Siong Tojin menikmati kebanggaannya tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin dari arah sebelah timur panggung, yang dengan suara keras berkata.
"Hmmmm Lo cit yang namanya terkenal sebagai pendekar pada masa tiga puluh tahun yang lampau di dua propinsi oaw-lam dan ouw pak. tidak tahunya kepandaiannya cuma sebegitu saja. IHei, Lo cit apakah masih kenali pada aku ini Beng Siang?"
Sambil berkata Beng siang berbangun dari duduknya, menghampiri kepanggung luitay, kemudian lompat naik keatas luitay menghadapi Ban siong Tojin-Si tosu kaget juga melihat Beng Siang yang naik.
"orang she Lo," kata Beng Siang sambil menjura lucu kepada Ban Siong Tojin- "Tiga puluh tahun kita tak bertemu, aku tidak menyangka kau sudah berubah menjadi imam. kau tentu masih kenali aku Beng Siang, bukan? Ha ha ha... "
Ban Siong Tojin ketawa dingin.
"Beng sicu, tentu saja aku kenali kau. Apakah kau hendak menagih kekalahanmu tempo hari? Bagus."
Antara dua orang ini kira-kiranya ada yang mempunyai ganjalan-ganjalan pada tiga puluh tahun yang lampau. Pada masa itu Ban Siong Tojing masih bernama Lo cit, terkenal sebagai jagoan dalam kalangan rimba hijau (kawanan penjahat) dalam dua propinsi oaw lam dan oew-pak.
Selagi ia menjalankan operasinya dalam dua propinsi itu telah ketemu dengan Beng Siang, yang pada saat itu masih muda baru berusia tujuh belas tahun dan belum lama bekerja menjadi piauwsu (pelindung antaran). Beng Siang tidak mau menyerahkan barang yang dihubungnya hendak di ganggunya oleh Lo cit, maka mereka lantas bertempur.
BENG SIANG hanya tahan di dalam dua puluh gebrakan saja lantas sudah dilemparkan oleh lawannya. Sejak mana ia masih penasaran kepada Lo cit, yang sekarang sudah tukar bulu menjadi imam bernama Ban Siong Tojin.
Beng Siang belakangan telah menceburkan diri juga kalangan hitam, kepandaian ilmu silatnya bertambah tinggi, hingga merebut nama harum dikalangan kang-ouw. Kini dikalangan pendekar berjalan hitam, ia merupakan salah satu jago yang dimalui.
Seng Pocu tidak tahu ganjalan diantara dua orang itu, diam-diam merasa heran melihat mereka berhadapan seakan-akan hendak menyelesaikan urusan lama. Sambil mengurut- urut jenggotnya ia perdengarkan tertawanya bergelak-gelak.
Suara tertawa yang penuh mengandung teka-teki untuk orang yang tahu siapa "Seng-Eng", tapi untuk mereka yang tidak tahu riwayatnya Seng Pocu menganggap ketawanya itu sebagai tertawanya tuan rumah yang gembira dan berdiri tidak kesana kemari (netral). Terdengar Beng Siang berkata lagi.
"Lo cit, eh, totiang, aku bukan saja hendak menagih, tapi juga mau tau apa kau bisa melemparkan diriku lagi atau tidak? Aku lihat kau tadi begitu mudah mengalahkan lawan, membuat hatiku ketarik untuk mencoba kepandaianmu yang tinggi... " ia berkata sambil mengeluarkan senjatanya dua belas belati yang berbentuk senapan berbendera warna merah satu set senjata aneh yang belum dilihat pada sebelumnya.
"Bagus" kata Ban Siang Tojin- "Tapi Beng Sicu harap sabar dahulu, sebab kau harus
mengalahkan wakil Taycu baru ketemu dengan aku "
"Hm " Beng Siang memotong. "Silahkan kau turun dan lantas panggil wakil Taycu itu naik
panggung." Ia kelihatan sangat mendongkol pada musuhnya, yang ia anggap takut untuk menghadapi ia.
Belum lama Ban Siong Tojin turun, lantas naik panggung seorang pemuda dengan mata jahat dan wajah yang bengis. Banyak penonton tidak kenali siapa orang itu, akan tetapi Ho Tiong Jong lantas kenali ia ada Song Boe Ki, muridnya Sisiluman Khoe Tok yang mempunyai julukan si Tangan Telengas.
Ho Tiong Jong diam diam girang melihat Boe Ki akan mempertunjukkan kepandaiannya diatas lutay, sebab ia nanti akan dapat mengukur sampai dimana tingginya murid kepala dari Khoe Tok yang kejam itu.
sebaliknya hatinya tidak enak. karena saat itu ia tidak melihat Khoe Kie, sahabat karibnya yang sangat baik kepadanya.
Ho Tiong Jong pikir, mungkin Khoe Kie karena saking banyak musuhnya ia tidak berani menongolkan dirinya disitu.
Penonton kebanyakan menganggap Song Boe Ki hanya mencari mati melawan Beng Siang yang sudah terkenal namanya.
"Sahabat aku bernama Song Boe Ki. Seorang tidak ternama, tapi dengan kemurahan Seng Pocu aku telah diangkat menjadi wakilnya Taycu. Maaf, kalau kau tidak begitu bernapsu melayani aku, orang tidak ternama." demikian Song Boe Ki membuka mulut ketika sudah berhadapan dengan Beng siang.