Mestika Golok Naga Chapter 07

NIC

Ketika Tiong Li siuman dan satu-satunya kata yang keIuar dari mulutnya adalah "si Golok Nagal" kemudian pingsan kembali, tentu saja hati Bantok Sian-li menjadi tertarik sekali.

Kunjungannya ke Liong-san memang ada hubungannya dengan Golok Naga. la mendengar tentang golok pusaka yang di curi itu dan sudah sepuluh tahun belum juga dapat ditemukan kembali.

Mendengar bahwa Kaisar menjanjikan hadiah besar bagi siapa yang dapat mengembalikan golok pusaka itu tidaklah begitu menarik perhatiannya. Yang menarik perhatiannya adalah golok itu sendiri karena la mendengar bahwa Golok Naga itu adalah sebuah senjata mestika yang amat ampuh. la ingin mencarinya, bukan untuk dikemballkan kepada Kaisar, melai nkan untuk dimilikinya sendiri..

la mendengar pula bahwa empat orang-tokoh dari perkumpulan besar yang melakukan penyelidikan telah terbunuh di Liong-san. Maka ia mengambil kesimpulan bahwa ia. dapat mulai melakukan penyelidikan dari Liong-san. Tentu ada hubungannya antara Liong-san dengan pembunuh itu dan agaknya pembunuh itu tahu soal golok pusaka yang dicuri. Kalau tidak begitu, mengapa dia membunuh empat orang tokoh partai-partai besar yang kabarnya difitnah oleh si pencuri golok!

Demikianlah, mendengar pemuda remaja itu menyebut Golok Naga, tentu saja ia tertarik sekali.ia lalu memeriksa pemuda itu dan mengertilah ia mengpa pemuda itu setelah si uman lalu pingsan kembali. Pemuda itu menderita luka dalam yang amat parah, akibat dari pukulan beracun yang entah dilakukan oleh siapa.

Karena ia memang ahli tentang pukulan-pukulan beracun, maka Ban tok Sian-li lalu menyingsingkan lengan bajunya sehi ngga sepasang lengannya yang putih mulus itu nampak sebatas siku.

Kemudian ja menempelkan kedua telapak tangannya ke punggung Tiong Li setelah menelungkupkan pemuda itu. Muridnya hanya berdiri menonton gurunya mengobati pemuda yang pingsan itu.

Seperempat jam kemudian setelah pengobatan dengan penyaluran tenaga sinkang itu dilakukan Ban-tok Sian-li pernapasan Tio ng Li yang tadinya terengah dan satu-satu, mulai normal kembali dan setelah ditotok di beberapa bagian jalan darah di tubuhnya,diapun siuman.

Ban-tok Sian-li bangkit berdiri, menghapus sedikit keringat dileher dan dahi nya. la telah mengerahkan banyak tenaga untuk menyembuhkan pemuda itu. Akan tetapi ia rela karena ia tentu akan mendapatkan keterangan yang banyak dari pemuda itu tentang Golok Naga

Tiong Li membuka mata, bergerak bangkit duduk dan terkejut heran meli hat wanita cantik dan gadis remaja itu.

"Siapakah Ji-wi (anda berdua)?" tanyanya. Akan tetapi dia teringat, menoleh dan melihat suhunya masih menggèletak di· atas bangku dalam keadaa n tidak bernyawa lagi, maka dia lalu menjatuhkan diri berlutut dekat bangku dan menangis.

"Suhu. ! "

Tiong Li merasa ada sentuhan halus sebuah tangan di pundaknya. Ketikadia menengok, ternyata gadis remaja itu yang menyentuh pundaknya dan gadis itu berkata.

"Engkau tadi terluka parah dan subo (guru) yang telah menyembuhkanmu. Jangan menangis dan ceritakan semuanya kepada subo.”

Mendengar ini, Tio ng Li lalu bangkit dan memberi hormat kepada Ban-tok Sian-li, dengan air mata masih membasahi pipinya. "Terima kasih atas pertolongan bibi "

"Aku bukan bibimu!" terdengar jawaban menyentak marah. Memang merupakan pantangan begi Ban-tok Sian-li kalau ia disebut sebagai orang yang lebih tua! Muridnya yang sudah mengenal watak subonya lalu berkata kepada Tiong Li, "Subo adalah Ban-tok Sian-li, engkau boleh menyebutnya Sian-li (Dewi) bukan bibi."

Tiong Li yang mengenal baik sopan santun lalu berkata, "Maaf, terima kasih atas pertolongan Sian-li kepadaku."

"Aku tidak butuh terima kasihmu lebih baik kau cepat ceritakan dimana adanya Golok Naga!" kata pula Ban-tok Sian-li sambil memandang tajam penuh selidik.

"Golok Naga...?" Tiong Li memandang heran. "Aku tidak tahu tentang golok itu ...".

"Jangan bohong !" bentak Ban-tok Sian-li. "Ketika engkau sluman, tadi engkau berkata Si Golok Naga! Dan sekarang mengatakan tidak tahu?"

"Ahh,.Si Golok Naga? Memang benar, Sianli. Akan tetapi yang kumaksudkan adalah Si Golok Naga raksasa hitam itu yang bersama-temannva. Tengkorak Hid up itu telah membunuh guruku dan melukai aku.”

"Apa hubungannya raksasa hitam dengan Mestika Golok Naga? hayo ceritakan semuanya! "

Tentu saja Tio ng Li sudah dapat menduga bahwa raksasa hitam yang membunuhi empat tokoh partai besar dan juga membunuh ayahnya, kemudian bersama orang seperti tengkorak hidup itu membunuh suhunya, agaknya menjadi pencuri Mestika Golok Naga. akan tetapi dia tidak ingin menceritakan hal itu kepada wanita galak ini. Dia hendak merahasiakannya untuk dirinya sendiri. Dia sendiri yang akan mencari raksasa hitam itu yang telah membunuh ayah kandungnya kemudian membunuh pula suhunya. "Aku tidak tahu, Sianli. Raksasa hitam itu menyebut dirinya sendiri Golok Naga dan dia datang bersama orang yang mukanya seperti tengkorak hidup."

"Mengapa dia datang membunuh gurumu dan melukaimu? Apa sebabnya?"

"Aku juga tidak tahu. Suhu tidak pernah mempunyal musuh, akan tetapi Golok Naga itu tiba-tiba muncul bersama temannya dan mengeroyok suhu."

"Dan hubungannya dengan Mesti Golok Naga?" "Aku tidak tahu."

"Keparat! Aku sudah susah payah membuang banyak tenaga untuk menghidupkanmu kembali dan engkau tidak dapat memberi petunjuk tentang Mestika Golok Naga? Kalau begitu, apa perlunya aku mengobatimu? Lebih baik kau kubunuh saja karena engkau telah mengecewakan hatiku!"

Wanita itu sudah mengangkat tangannya, akan tetapi tiba-tiba gadis remaja itu melangkah maju menghadang dan menyembunyika n Tiong Li di belakang tubuhnya.

"Subo, aku tidak setuju! Pemuda itu tadi belum mati ketika subo menolongnya. Dan diapun tidak minta ditolong. Adalah subo sendiri yang menolongnya, kenapa sekarang subo hendak membunuhnya? Lihat, subo, gurunya sudah tewas dan siapa yang akan mengurus jenazah suhunya kalau ki ni muridnya subo bunuh pula? Subo, kita boleh bertindak keras kepada seorang yang bersalah kepada kita, akan tetapi pemuda ini sama sekali tidak bersalah kepada subo!"

Anak itu kelihatan berani sekali menentang kehendak subonya, dan sungguh aneh, ketika bertemu pandang dengan muridnya yang meli ndungi Tio ng Li, Ban-tok Sian-li menurunkan lagi tangannya dan menarik napas panjang.

"Sudahlah, membunuh anak inipun tak ada gunanya!

Mari kita pergi!"

Dan sekali berkelebat Ban-tok Sian-li telah lenyap dari tempat itu. Demikian cepat gerakannya seolah-olah ia pandai menghi lang saja.

Tiong Li memegang tangan gadis remaja itu. "Nona, engkau telah menyelamatkan nyawaku! Aku selama hidup tidak akan melupakanmu dan semoga kelak aku dapat membalas jasamu ini. Namaku Tan Tiong Li, nona. Dan bolehkah aku mengetahui namamu?"

"Namaku The Siang Hwi. Sudahlah, aku harus pergi agar subo tidak marah kepadaku!"

Siang Hwi menarik lepas tangannya lalu ia meloncat dengan tubuh ringan dan berlari cepat, sebentar saja sudah lenyap dari situ.

Tiong Li menghela napas panjang. Baru saja nyawanya beberapa kali terancam maut akan tetapi kalau memang Tuhan belum menghendaki dia mati, seperti wejangan gurunya, tetap saja dia tertolong. Mula- mula dia terancam maut ketika terpukul oleh Si Golok Naga, Tapi Ban-tok Sian-li yang menyembuhkannya.

Kemudian mestinya dia mati di tangan Ban-tok Sian-li, akan tetapi ada The Siang Hwi yang menyelamatkannya. Dan peristiwa yang baru saja terjadi membuka matanya bahwa setelah selama sepuluh tahun dia mempelajari ilmu, ternyata masih jauh untuk dapat dlpakai membela diri. Melawan Si Golok Naga dan Si Muka Tengkorak Hidup saja tidak mampu, apa lagi melawan Ban-tok Sian- li ! Ilmu yang telah dikuasainya belum ada artinya.

Tentu saja pemuda remaja itu tidak tahu bahwa yang dihadapinya itu adalah datuk-datuk persilatan yang sakti. Kalau dia bertemu dengan tokoh-tokoh yang leblh rendah tingkatnya, maka ilmunya sudah lebih dari cukup.

Dia lalu mengangkat jenazah suhunya. Terasa ringan sekali jenazah itu dan baru sekarang dia menyadari betapa ringkih dan kurus tubuh suhunya. Heran bagaimana tubuh seringkih itu memiliki kesaktian yang hebat. Akan tetapi sekarang, di mana adanya semua kesaktian itu? Lenyap bersama matinya raga!

Kalau begitu, yang dinamakan ilmu kepandaian itu hanya untuk sementara saja, tidak kekal seperti adanya tubuh ini. Benar suhunya. Semua ini hanya alat! Dan sudah sepatutnya semua orang berusaha untuk menjadi alat yang baik bukan alat yang merusak! Alat yang baik akan dipergunakan Tuhan mengutarakan kekuasaannya, sebaliknya alat yang buruk hanya akan dipakai oleh setan untuk merajalela!

"Suhu, teecu bersumpah untuk menjadi alat yang baik bagi Tuhan Yang Maha Kuasa."

Dia teringat akan pesan terakhir suhunya sebelum meni nggal. Suhunya minta agar jenazahnya dibakar bersama gubuk tempat tinggalnya. Hal ini hanya mengandung arti bahwa sepeninggal suhu nya, dia harus pula meni nggalkan tempat itu, maka gubuknya disuruh bakar Dia merebahkan jenazah itu ke pembaringan suhunya.

Melihat pakaian suhunya berlepotan darah, dengan hati terharu dan tangan gemetar dia lalu mengganti pakaian suhunya itu dengan pakaian yang bersih. Kemudian dia mengemasi pakaiannya sendiri, disatukan dalam buntalan, setelah sekali lagi memberi hormat sambil berlutut delapan kali di depan jenazah suhunya sambil menangis, dia berkata,

"Selamat tinggal, suhu, selamat tinggal dan., selamat jalan... !"

Dia sendiri menjadi bingung, harus mengucapkan selamat tinggal atau kah selamat jalan kepada gurunya! .

Dia lalu mengumpulkan kayu bakar, menumpuknya di sekitar pembaringan suhunya, kemudian, dengan air mata bercucuran, mulailah dia membakar tumpukan kayu bakar itu. Setelah api berkobar besar barulah dia keluar dari rumah itu, berdiri di pekarangan memandang api berkobar membakar pondok itu dengan air mata bercucuran membasahi kedua pipinya.

" Suhu ......... suhu .... ahh , suhu "

Posting Komentar