Tapi majikanku memanggilnya dengan sebutan Bu Taiya.
Dia selalu berkata-kata dengan sangat sopan.
Aku tidak pernah mendengarnya seperti itu." Orang yang menahan Tu Liong dan Wie Kie-hong ternyata adalah Bu Tiat-cui.
Ini sungguh diluar dugaan.
Demi mencari kebenaran, Tu Liong bertanya lagi.
"Pak tua! Apakah yang kau omongkan adalah yang sebenarnya?" "Tu Siauya, aku juga pernah mendengar kalau anda berdua adalah orang yang sangat terkenal di kota Pakhia ini.
mana berani aku menipu kalian" Apalagi kalian berjanji akan memberiku uang orang asing.
Mana berani aku mengarang cerita?" "Baiklah! Aku pasti memberimu seratus mata uang orang luar negeri." "Tu Siauya! Kau harus ingat kalau kau berhutang padaku seratus mata uang asing." "Tidak salah.
Aku tidak akan lupa janjiku." "Aku percaya padamu....baiklah ! kalau begitu sebaiknya kita memulai transaksi jual beli yang lain" Ternyata pak tua ini matanya hijau kalau berdiskusi tentang mendapatkan uang.
"Eeee...
!" tentu saja Tu Liong merasa sangat terkejut mendengar kata kata pak tua.
"transaksi jual beli apa lagi?" "Kedua tuan muda pastilah berpikir ingin melarikan diri dari tempat ini tanpa membuat masalah" Tu Liong dan Wie Kie-hong saling berpan-dangan.
"Pak tua ada ide?"" "Tentu saja ada" pak tua menyeringai lebar.
Matanya berbinar-binar.
"Tidak perlu menggunakan senjata, tidak perlu bertarung menggunakan tinju ataupun tendangan maut.
Aku bisa membawa kedua tuan muda ini keluar dari sini" "Coba katakan apa yang sedang pak tua pikirkan.
Akal cemerlang semacam apa yang pak tua pikirkan?" "Tu Siauya! tidak perlu kau tanyakan! aku sudah mempersiapkan semuanya.
Tapi pertama-tama aku ingin bertanya...
anda berani membayarku berapa banyak?" Dari kejauhan Wie Kie-hong tampak meng-garuk-garuk kepalanya.
Tu Liong sebaliknya tampak bersemangat.
"Baiklah! bersama dengan seratus uang asing yang tadi sudah kujanjikan, total aku akan memberi-kanmu lima ratus." "Lima ratus?" pak tua itu kegirangan.
Pertama-tama dia pikir dia sudah salah dengar.
"Lima ratus!" Tu Liong berkata sekuat tenaga.
Pak tua menyeringai lebar memperlihatkan giginya yang mulai menghitam "Kapan kau akan memberikannya padaku?" "Kalau kita berdua bisa pergi sekarang juga, kami akan segera memberikan uangmu besok pagi" "Baiklah! kalau begitu kita bertiga bertemu di kedai makan besok tengah hari.
Sekarang ini...." Pak tua segera berdiri dan membuka pintu "Silahkan...." Tu Liong dan Wie Kie-hong melotot bersama sama.
"Sekarang...?" Wie Kie-hong yang selama ini diam, secara reflek bertanya, "Pergi begitu saja?" "Betul" Tu Liong juga keheranan.
Dia ikut bertanya "Pak tua! bukankah kau mengatakan kalau disini ada empat belas orang pengawal yang berjaga jaga?" "Tidak salah.
Tapi sekarang tidak seorang pun yang bisa menghalangi kalian untuk melarikan diri." "Kenapa?" "Tu Siauya! tadi kau pasti sudah tertidur lelap.
Benar tidak?" "Mmm...." "Ini karena aku sudah mencampurkan sedikit serbuk obat tidur kedalam tehmu" "Obat tidur?" "Iya, obat tidur!" pak tua itu kembali menyeringai misterius, "itu adalah siasat bulus yang biasa digunakan para pendekar dunia persilatan.
Aku sebenarnya tidak mengerti tentang obat ini....aku ada sebuah penyakit menahun, aku sulit tidur dimalam hari.
Seorang tabib sudah memberiku serbuk tanaman ini....sepertinya tanaman obat itu disebut "rumput dewi tidur" atau apalah.
Menaruh dua tiga batang dan direbus bersama dengan teh, sungguh berkhasiat....hehehe ! sekarang semua orang itu sudah tertidur dengan pulas.
Siapa yang bisa menghalangi jalan kalian?" Wie Kie-hong dan Tu Liong kembali saling bertukar pandang.
Akhirnya mereka berdua berjalan keluar.
Tu Liong berjalan didepan, Wie Kie-hong dibelakang.
"Tu Siauya!" pak tua itu mengingatkan untuk ketiga kalinya, "jangan lupa! besok tengah hari di rumah makan "Cilaisun".
Lima ratus mata uang asing" Setelah kedua orang tuan muda itu berjalan keluar dari kamar, mereka melihat kalau semua penjaga sedang bergelimpangan disana-sini tertidur pulas, dalam hati mereka berdua berkata bersamaan: "Ternyata pak tua memang tidak berbohong." Mereka terus berjalan keluar taman.
Mereka membuka pintu besar dan melangkah keluar.
Pak tua menutup pintu dibelakang mereka setelah mengucap-kan salam perpisahan.
Ditengah jalan yang sepi, Tu Liong dan Wie Kie-hong masih tampak sedikit bingung.
Seolah olah semua kejadian tadi hanya terjadi dalam mimpi.
"Tu toako! keadaan sudah berubah sampai seperti ini.
perubahannya sangat tiba-tiba" "Mmm...
memang sangat mendadak.
Aku curiga pak tua itu bukan sembarangan orang tua." "Aku juga merasa seperti itu.
tapi aku ada cara untuk membuktikannya" "Apa akalmu untuk membuktikannya?" "Kita sekarang pergi ke gang San-poa" "Mencari Bu Tiat-cui?" "Mmm!" Tu Liong terdiam sesaat, dia kembali berkata: "Kurasa terlalu gamblang kalau kita berdua pergi kesana sekarang.
Mirip seperti polisi yang sedang mengejar penjahat, sambil berlari sambil teriak 'maling'.
Sebaiknya kita memikirkan cara lain yang lebih diam-diam" "Apakah maksudmu kita menerobos masuk rumahnya diam-diam?" "Betul.
Karena itu kita tidak perlu segera pergi" "Diam-diam masuk kerumahnya, aku tidak keberatan.
Hanya saja kita berdua malam ini harus pergi melihat Bu Tiatcui" "Apakah ada alasannya?" "Bu Tiat-cui adalah seorang peramal.
Siang hari dia menjalankan usaha meramal.
Malam hari dia mengerjakan hal yang lain" "Masuk akal.
Ayo kita pergi"
0-0-0
Kedua orang itu segera berjalan menuju gang San-poa ke depan rumah Bu Tiat-cui.
Mereka tidak mengetuk daun pintu.
Mereka hanya meneliti dinding pembatas rumahnya.
Tidak terlalu tinggi...
dengan kemampuan ilmu silat mereka, mereka berdua bisa melompatinya dengan mudah.
Kedua pemuda ini mendarat dengan indah kedalam taman.
Dari dalam kamar samping segera terdengar suara orang bercakap-cakap.
"Bu Tiat-cui! kau sungguh orang yang sangat lihai! HUH! Seorang peramal namun memiliki kekuasaan sangat besar seperti ini.
katakanlah ! mengapa bisa begini?" Orang yang sedang berkata itu adalah Cu Siau-thian.
Mereka berdua lalu mengendap-endap mendekat.
Jendela kamar tertutup rapat.
"Cu Taiya !" terdengar jawaban Bu Tiat-cui yang berkata pada Cu Siau-thian dengan sopan, "kamu sudah menanyakan padaku setengah harian ini.
aku betul-betul tidak memiliki kekuasaan apa apa...." "Bu Tiat-cui, kalau kau tetap berbelit-belit seperti ini, aku tidak akan sungkan lagi padamu.
Apakah kau pikir aku datang tengah malam seperti ini hanya untuk mendengarkan bualanmu ?" "Cu Taiya! Tolong dengar penjelasanku." "Aku hanya ingin mendengar apa yang ingin ku ketahui.
Aku tidak ingin mendengar omong kosongmu" "Baiklah...
baiklah ...baiklah..." "Aku bertanya satu kalimat, kau menjawab satu kalimat.
Kau sudah mengetahui banyak hal, kau juga pasti tahu kalau aku Cu Siau-thian ini tidak gampang ditipu.
Jangan sampai berbohong didepanku." "Baiklah ...baiklah ...baiklah..." "Pertanyaan pertama: "Dimana kau menyekap Tu Liong dan Wie Kie-hong" Bu Tiat-cui...
kalau kau tidak menjawab satu pertanyaan ini dengan jujur, kau tidak perlu menjawab pertanyaan yang lain, karena kau tidak akan punya kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang lain..." Setelah ini suasana kembali sunyi sangat lama.
Tampaknya Bu Tiat-cui sedang menimbang-nimbang keadaan Cu Siau-thian sepertinya tidak memaksanya untuk segera menjawab.
Setelah sangat lama terdengar kata-kata Bu Tiat-cui: "Cu Taiya...
aku tidak berani menutupmu.
Mereka berdua sekarang sedang disekap dalam sebuah rumah di gang Sakura." "Siapa yang sudah menyuruhmu menyekap mereka?" "Leng Souw-hiang" "Bohong!" "Cu Taiya! Aku tidak berbohong padamu" "Leng Taiya sudah mati" "Apa" tadi pagi dia masih mengutus orang datang kemari..." "Mengutus siapa?" "Aku tidak mengenalinya" "Kalau tidak kenal, bagaimana kau bisa tahu dia sudah diutus Leng Taiya untuk mengabarkanmu?" "Aku tidak ingin menutupimu.
Antara aku dengan Leng Taiya ada sebuah rahasia" "HUH! kau tidak usah berpura-pura.
Kau sudah tahu kalau Leng Taiya sudah mati, karena itu kau berusaha melempar kesalahan padanya." "Cu Taiya, yang aku katakan adalah yang sebenarnya" "Aku akan bertanya lagi.
kau sudah berapa lama kenal dengan Leng Taiya?" Tidak ada jawaban lagi.
tampaknya Bu Tiat-cui sedang berusaha menghitung dengan cermat Wie Kie-hong menarik Tu Liong, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi dia takut gerak-geriknya diketahui oleh kedua orang didalam.
Tu Liong menempelkan telunjuknya ke bibir-nya yang monyong.
Dia mengisyaratkan agar Wie Kie-hong tidak berbicara dulu.
"Aku sudah kenal Leng Taiya selama sepuluh tahun" "Mengingat kedudukan Leng Taiya yang tinggi, mengapa dia bisa menjalin hubungan denganmu?" "Sebenarnya aku juga salah seorang pendekar kalangan dunia persilatan.
Aku sudah lama membantunya mengurus banyak hal.
Aku sudah menjadi anak buah kepercayaannya.
Aku membuka usaha meramal disini sebenarnya adalah kedok saja.
Diam-diam aku membantunya mencari informasi" "Mencari informasi apa?" "Ketika dynasti hampir runtuh, pemerintahan bergejolak tidak menentu.
Leng Taiya sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Dia menggunakan aku untuk mencari informasi dari rakyat tentang apa tanggapan mereka pada pemerintahan.
Dia menyensor berita ini agar tidak terdengar oleh raja Su-cen." "Apakah kau mengetahui bagaimana kejadian sesungguhnya ketika TiatLiong-san dicelakai?" "Cu Taiya! sebenarnya aku tidak ingin menceritakan tentang rahasia ini pada siapapun.
Tapi sekarang Leng Taiya sudah meninggal, sepertinya aku tidak perlu menutupinya lagi! sebenarnya kabar tentang gerak-gerik Tiat Liong-san pada waktu itu aku yang siidah mencari tahu" "HUH! Lalu apa maksud Leng Taiya men-celakai TiatLiongsan?" "Demi harta" "Bohong! Leng Taiya sangat kaya.