Walet Besi Chapter 52

NIC

Mereka terus berjaga tanpa curiga.

Setelah beberapa lama, pria tua itu kembali mengantarkan teh yang diminta.

"Tu Siauya, ini adalah teh Liong-kim lokal yang sangat terkenal" "Mmm..

sungguh harum...." jawab Tu Liong dengan suara keras.

Mendadak dia membungkukkan badan dan kembali berbisik pada pria tua itu: "Apakah kau sudah berpikir baik-baik?" Pria tua itu ikut-ikutan mencondongkan kepalanya ke dekat Tu Liong dan berkata: "Tadi kau mengatakan akan memberiku seratus uang luar negeri.

Apa yang harus kukerjakan?" Ternyata pria tua ini sudah memakan umpannya.

"Kau hanya perlu pergi mengantarkan pesan.

Setelah itu kau bisa mengambil seratus uang orang asing" "Apakah semudah itu?" "Kau sudah sangat tua.

Aku tidak mungkin mempermainkan dirimu." "Baiklah, kalau begitu aku akan menyam-paikan pesanmu." "Apakah kau bisa keluar masuk tempat ini dengan mudah?" "Tentu saja bisa.

Aku adalah pesuruh yang bertugas mengatur persediaan barang barang didalam rumah ini.

mereka tidak mungkin membatasi kebebasanku pulang pergi" "baiklah.

Dengarkan baik-baik, aku she Tu.

Kau pergilah ke sebelah timur, empat blok rumah bertingkat, komplek perumahan mewah didekat sepuluh gang kecil.

Di kediaman keluarga besar Leng, carilah Wie Siauya dan ceritakan tentang keadaanku disini.

Ini sudah cukup." Pria tua itu berpikir sejenak.

Dia lalu bertanya: "Siapa yang akan memberikan uangnya padaku?" Tu Liong juga ikut diam sejenak.

Ternyata pria tua ini lihai juga...

"Kau ambillah uangnya dari Wie Siauya.

Kalau dia tidak memberikannya, kau jangan katakan apapun padanya.

Kalau kau pergi, aku berani menjamin kau tidak akan dirugikan." Pria tua ini memandang Tu Liong dengan tatapan percaya tidak percaya.

Setelah itu dia segera berjalan keluar.

Percakapan bisik bisik antara Tu Liong dengan orang tua tadi lumayan lama.

Tu Liong hanya berharap para pengawal yang berjaga diluar tidak curiga.

Tu Liong sudah memeriksa semuanya dengan seksama.

Para penjaga semuanya adalah pria kasar.

Mereka semua memiliki otak yang sangat sederhana dan hanya patuh mendengarkan perintah.

Selain masalah itu mungkin mereka tidak memperdulikan apa-apa lagi.

kalau mereka memang merasa curiga, dari awalpun mereka pasti akan masuk kedalam dan mengusir pria tua.

Sekarang Tu Liong terpaksa menunggu sambil merasa khawatir, Tidak ada lagi yang bisa dilakukan-nya selain menunggu...

menunggu...

dan menunggu...

tak terasa dia menunggu sangat lama., dia bahkan sampai tertidur.

Pada saat dia terbangun, di sekelilingnya terasa sangat sunyi.

Dia tidak dapat memastikan berapa lama dia sudah tertidur disana.

tapi dia berani memastikan kalau Wie Kie-hong tidak mungkin datang.

Alasannya ada dua.

Pertama: orang tua itu tidak menyampaikan berita sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Kedua: walaupun Wie Kie-hong sudah mendapatkan berita, dia tidak berani datang.

Tu Liong sungguh berharap bahwa kemungkinan pertama lah yang terjadi.

Ketika seseorang menaruh harapan besar pada diri orang lain, dan orang itu membuat dirinya kecewa, ini adalah sebuah hal yang sangat menyakitkan hati.

Lampu lilin dalam kamar nyaris kehabisan minyak.

Karena itu nyala apinya sangat redup.

Suasana dalam kamar terlihat remang-remang.

Tu Liong duduk dari posisi berbaring.

Dia mendadak terlonjak kaget.

Ternyata ada seseorang yang sedang duduk di bangku didepan meja.

Orang ini sedang tertidur.

Walaupun orang ini sedang tertidur dan menundukkan kepala, Tu Liong masih mengenali kalau orang ini adalah Wie Kie-hong.

Ternyata Wie Kie-hong belum mengecewakan dirinya, hanya saja dia tidak bisa membantunya kabur dari sini.

Jangankan kabur...

dia sendiri juga akhirnya sama sama terperangkap dalam kamar ini.

Mengapa Wie Ceng mau mempersulit anaknya sendiri" Tu Liong berjalan mendekat.

Perlahan lahan dia menggerak gerakan bahu Wie Kie-hong untuk membangunkannya.

Wie Kie-hong segera sadar.

"Tu toako, kau..." "Kie-hong, mengapa bisa terjadi seperti ini?" "Bukankah kau sudah mengutus seorang tua untuk memberi kabar padaku?" "Betul.

Kau juga pasti sudah memberinya mata uang orang luar negeri kan" "Iya! bukankah kau yang sudah menyuruh-nya mengambil uang itu dariku?" "Belakangan dia membawamu kemari" mendadak Tu Liong merasa kecewa.

"Hmm...!" Wie Kie-hong mengangguk dengan semangat.

"Lalu mengapa kau menunggu disini?" "Itu perintah ayahku.

Dia menyuruhku untuk menemanimu" "Ayahmu! apakah kau melihat ayahmu?" Tu Liong buruburu bertanya dengan semangat "Tidak.

Ada orang yang datang memberitahukannya padaku" "KIE-HONG!! Apakah kau percaya?" "Mengapa aku harus tidak percaya" Ayahku berkata kalau besok pagi dia pasti akan menjumpaiku" Tu Liong hanya menunduk diam dan menggelenggelengkan kepala.

Mendadak dia mengangkat kepalanya dan berseru pada Wie Kie-hong.

"Kie-hong! Ada orang yang meminjam nama ayahmu untuk menipu kita.

Kita berdua sudah masuk perangkap.

Semua hal ini tidak ada hubungannya dengan ayahmu....Kie-hong, pada waktu kau datang kemari, apakah kau memperhatikan keadaan diluar?" "Aku sudah memeriksanya.

Diluar dijaga sangat ketat" "Ugh...! kalau begitu kita tidak mungkin melarikan diri.

Kiehong ! aku sungguh merasa sangat menyesal.

Aku sudah terjebak disini, ya sudahlah.

Mengapa aku harus mengundangmu masuk dalam perangkap yang sama." "Tu toako! tiba-tiba aku mengerti tentang sebuah masalah.

Sepertinya ada orang yang mengingin-kan kita menghilang dari peredaran.

Sepertinya kalau kita sedang bersama-sama, ada orang yang merasa dirugikan." "Karena itu kau datang kemari?" "Betul sekali! kau sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari tahu tentang keberadaan ayah kandungku.

Aku hanya bisa bersembunyi di rumah bersenang senang.

Ini........aku tidak bisa berkata apa apa.

Aku seharusnya malu" "Wie Kie-hong, mempunyai seorang sahabat seperti dirimu, mati pun aku rela, dan tidak menyesal" "Tu toako jangan berkata seperti ini" Mereka berdua lalu sama sama diam Mendadak Wie Kie-hong menurunkan nada bicaranya.

Setengah berbisik dia memanggil Tu Liong.

"Ketika aku datang kemari, aku memperhati kan semua penjaga dengan sangat teliti.

Tidak ada satu mukapun yang aku kenali.

Sepertinya mereka semua datang dari luar kota" "Wie Kie-hong.

Apakah ada manfaatnya kamu membuat kesimpulan itu?" "aku menebak, keadaan disini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Leng Souw-hiang.

Dengan Cu Taiya pun tidak ada hubungannya." "Oh...! Mengapa kau membuat dugaan seperti ini?" "Kalau kejadian disini masih memiliki hubungan dengan salah seorang diantara mereka, mereka pasti akan menaruh seseorang yang dapat dipercaya disini.

Mereka tidak mungkin menggunakan pengawal yang semuanya belum mereka kenal.

Betul tidak?" "Wie Kie-hong ! sebenarnya aku sendiri merasa tidak percaya kalau hal ini ada hubungannya dengan ayah mu." "Tu toako! apakah kau bisa memastikannya?" "Tentu saja bisa" "Kalau memang tidak ada hubungannya dengan ayahku, untuk apa menunggu sampai langit terang" Lagipula kita berdua tidak bisa kabur dari sini" "Wie Kie-hong, apakah kau mau mencoba-nya?" "Sebaiknya sekarang kita langsung mencoba-nya" "Aku masih sedikit ragu" "Ragu apa?" "Aku khawatir ternyata dugaanku salah.

Kalau ternyata hal ini ada hubungannya dengan ayahmu, ayahmu pasti akan merasa kecewa.

Ketika kau menemui ayahmu nanti, bagaimana kau akan menerangkan padanya?" Wie Kie-hong hanya menunduk tidak berkata kata.

Pada waktu ini, pria tua pembawa teh kembali masuk kedalam kamar.

"Tu Siauya! Aku datang membawakan teh untukmu" sambil menuangkan teh, dia melirik ke arah Tu Liong.

Tu Liong langsung mencondongkan tubuhnya mendekat, dengan suara yang nyaris tidak terdengar dia bertanya: "Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?" "Terimakasih untuk seratus uang orang asingnya.

Apakah Tu Siauya masih ingin aku menjalankan tugas yang lain?" ternyata orang tua ini masih berharap bisa mendapatkan uang seratus mata uang orang luar negeri kedua.

"Aku ingin bertanya tiga pertanyaan padamu.

Nanti aku akan memberikan seratus lagi.

tapi sekarang aku tidak membawa uang.

Tapi nanti aku pasti akan memberitahumu dimana kau bisa mengambilnya" "Baiklah! silahkan bertanya" "Siapa pemilik bangunan ini?" "Siapa pemiliknya, aku juga tidak jelas, yang pasti Bu Tiatcui yang tinggal di gang San-poa datang kemari mengobrol dengan majikanku.

Katanya dia mendapat perintah dari majikannya" Tu Liong dan Wie Kie-hong saling bertukar pandang.

Mereka tidak menunjukkan maksud apa apa.

Tu Liong juga tidak bertanya lebih jauh tentang masalah ini.

"Para pengawal yang tinggal disini ada berapa orang" apakah mereka mempunyai senjata?" "Disini semuanya ada empat belas orang penjaga.

Sepertinya ada tiga orang yang membawa senjata.

Dua orang membawa aneh....Tu Siauya! Ketiga pertanyaan ini sudah semuanya aku jawab! tapi pertanyaanmu sangat mudah, rasanya aku tidak sampai hati menerima uangmu begitu saja." Tu Liong melanjutkan pertanyaannya.

"Apakah kau pernah mendengar orang yang bernama tuan Wie ?" Orang tua ini mengangguk-angguk.

Tu Liong dan Wie Kiehong segera menyimaknya.

Orang tua itu lalu menunjuk ke arah Wie Kie-hong.

Semangat yang berkobar langsung sirna.

"Sepertinya dia tidak pernah mendengar tentang ayahmu" Tu Liong lalu berpaling pada orang tua itu dan melanjutkan pertanyaannya.

"Ketika kau berbicara dengan Bu Tiat-cui, apakah kau mendengar nama Leng Souw-hiang ataupun Cu Siau-thian?" Orang tua ini tampak berusaha keras meng-ingat-ingat.

Setelah beberapa lama dia berkata: "Aku tidak pernah mendengarnya.

Aku hanya mendengar nama Bu Tiat-cui.

Posting Komentar