Walet Besi Chapter 41

NIC

Sekarang bahu ini sudah kuobati.

Kalau tidak percaya, silahkan lihat" "Aku percaya....hanya saja pendapatmu yang mengatakan bahwa Boh Tan-ping sudah membunuh Hiong-ki, aku tidak setuju" "Kenapa?" "Selain senjata pedang bergigi gergaji yang digunakan Boh Tan-ping, dia tidak memiliki senjata yang lain.

Terlebih lagi pengalamannya berkelana di dunia persilatan, Boh Tan-ping tidak mungkin menye-rang seseorang dari belakang." "Aku percaya kesimpulan yang kau buat.

Apakah mungkin ada orang lain yang ikut ambil peran" Siapakah orang ini?" "Aku curiga Cu Siau-thian" Tebakan yang dibuat oleh kedua orang ini terasa saling menuding...

"Mengapa kau curiga dirinya?" walaupun hati Tu Liong mulai panas, namun dia tetap terlihat tenang.

"Hiong-ki selalu mengorek-ngorek dan menye- barkan rahasia pribadi Cu Siau-thian.

Tentu saja Cu Siau- thian harus membunuhnya...." "Sekarang aku akan mengantarmu pulang.

Malam ini sebelum kau bertemu dengan Cu Siau-thian, aku ingin bertemu dulu denganmu." Berkata sampai sini, Tu Liong segera memp-rintahkan sais kereta kuda agar berputar kembali ke gang San-poa untuk mengantar Thiat-yan.

Setelah Thiat-yan turun, kereta kuda berputar kembali menuju timur ke arah perumahan mewah.

Tidak lama kereta kuda sampai di depan kediaman Leng Taiya.

Wie Kie-hong sedang murung dan mengurung diri didalam kamarnya.

Setelah Tu Liong datang, barulah Wie Kie-hong mau membuka pintu.

"Kau kenapa" sedang murung?" "Tu toako! melihat gelagatmu sepertinya ada urusan yang penting" "Aku ingin memberitahumu sebuah kabar buruk" "Oh...?" "Hiong-ki sudah mati" "Oh!" Wie Kie-hong langsung loncat dari tempat duduknya.

Didalam benaknya Hiong-ki sudah sangat dekat baginya.

"Mati" Bagaimana matinya?" "Sebuah pisau menancap di punggungnya" "Bagaimana mungkin" Kungfunya...." "Kie-hong! orang yang memiliki ilmu silat yang lebih hebatpun belum tentu bisa terus hidup kalau pisau menancap di punggungnya.

Kejadian ini sangat mengerikan." "Sepertinya ada hal lain yang ingin kau katakan" "Aku tidak bermaksud mengatakan hal yang lain.

Aku hanya berharap kau bisa meningkatkan kewaspadaan.

Diamdiam ada musuh lain yang sedang memperhatikan kita" "Siapa?" "Aku juga tidak tahu siapa orangnya.

Tapi bagaimanapun tetap saja ada seorang musuh yang seperti ini, mungkin lebih dari satu orang.

Bagaimana pun sebaiknya kita waspada" "A pakah kau datang kemari untuk menyampaikan ini?" "Ya" "Kau tidak perlu berkata pun aku sudah tahu.

Melihat dari gelagat ketika kau datang, aku tahu pasti sudah terjadi suatu hal genting." "Wie Kie-hong!" Bagaimanapun kalau Wie Kie-hong dibandingkan dengan dirinya, tampak Tu Liong lebih dewasa, ini karena dia lebih bisa mengontrol emosinya.

"Setidaknya ada satu hal yang membuat mu senang, yaitu kabar kalau ayahmu masih hidup.

Bagaimanapun juga ini lebih baik daripadaku.

Aku sendiri bahkan tidak tahu bagaimana rupa ayah kandungku sendiri" "Tu toako! aku...." "Kau dengar dulu apa yang ingin ku katakan.." Tu Liong menghirup nafas dalam-dalam.

Suaranya yang nyaring dan bertenaga itu perlahan lahan berkata: "Selama orang masih hidup di dunia, selain kasih sayang antar sesama keluarga, masih ada banyak hal yang lebih berharga.

Hal ini adalah hal penting yang harus diperhatikan.

Selain tata krama, masih banyak aturan yang harus dipatuhi.

Wie Kie-hong, selain memikirkan ayah kandungmu, selain berharap agar dirinya selamat dari bahaya, berharap hidup tenang sampai tua, apakah kau tidak memikirkan hal lainnya?" Kata-kata ini lumayan panjang, lumayan menusuk.

Namun tetap saja Tu Liong mengatakan semuanya sekaligus.

Dia bahkan tidak memasang banyak jeda ditengah kata-katanya.

Wie Kie-hong mendengar semua nasihat ini, sepertinya dia terkejut mendengar setiap patah kata nasihatnya.

Setelah Tu Liong selesai mengatakan semuanya, segera dia berkata: "Tu toako! aku bukanlah orang seperti itu.

aku selalu mementingkan tata krama, tapi juga menjunjung tinggi kepercayaan pada teman...." "Tiga kata terakhir yang kau ucapkan tadi, tentang "kepercayaan pada teman" apakah kau sedang menunjuk pada diriku?" "Tentu saja" "Tadi di dalam kediaman Cu Taiya, aku sudah bertindak keras padamu.

Apakah kau menyalahkan-ku?" "Tentu saja aku tidak menyalahkanmu.

Cu Taiya sudah memperlakukanmu dengan sangat baik, kau pun tidak bisa tidak menolongnya ketika dia sedang mendapat masalah.

Karena itu tadi aku segera pergi meninggalkannya.

Aku tidak ingin berselisih dengan dirimu" "Kie-hong!" Tu Liong mengangkat tangannya, lalu menepuk bahu Wie Kie-hong.

Dia berkata dengan sangat senang.

"Kau sungguh seorang adik yang sangat baik.

baiklah kalau begitu, sekarang kita akan membahas masalah yang penting" "Aku tahu kau ada urusan yang penting" "Berkata kesana kemari tetap saja ingin membicarakan tentang ayahmu...." "Aku sangat berterima kasih atas perhatianmu.

Apakah kau sudah mendengar kabar baru?" "Ayahmu masih hidup, ini sangat jelas, hanya saja banyak orang yang bercerita, dan masing-masing versinya berbeda, katanya ayahmu sedang berada di bawah tekanan Cu Siauthian, tidak ada kebebasan untuk berbuat apa-apa...." "Betul.

Aku sudah mendengar gosip yang berkata seperti itu." Wie Kie-hong menambahkan.

"Ini adalah kata yang sudah dikatakan oleh Hiong-ki dan Thiat-yan.

Tapi aku mendengar berita lain yang nadanya bertolak belakang dengan yang pertama.

Wie Kie-hong, apakah kau pernah mendengarnya?" "Belum" "Menurut gosip itu, ayahmu sama sekali tidak keluar menunaikan tugas.

Leng Souw-hiang sudah menyuruhnya memalsukan berita membuat alibi palsu, sehingga dia bisa menjadi prajurit khusus bagi dirinya.

Dia bisa menyuruhnya setiap saat untuk melakukan kejahatan apapun tanpa diketahui umum.

"Apakah....apakah ini adalah kenyataan?" "Jujur saja aku katakan.

Pertama kali aku tidak percaya gosip semacam ini.

sekarang ini aku sedikit goyah.

Mungkin juga berita ini benar" "Tidak !" Wie Kie-hong menggeleng-geleng kepalanya dengan sangat sedih, "Ayah angkatku adalah generasi tua yang penuh kasih sayang dan tanggung jawab, dia bukan orang semacam itu" "Kau salah! siasat para pejabat pemerintahan sangat dalam bagaikan lautan.

Mereka jauh lebih berbahaya daripada para pendekar yang sudah berkecimpung di dunia persilatan.

Leng Taiya sudah puluhan tahun berkecimpung dalam dunia pemerintahan.

Dia pasti sudah punya karakter semacam itu.

kau yang sudah melihatnya sendiri" "Aku ........aku sungguh tidak tahu harus bagaimana menghadapi masalah ini.

bisakah kau beri aku sedikit petunjuk" "Kita sudah mendengar dua macam gosip yang beredar.

Kedua gosip ini tidak boleh kita percaya begitu saja.

Kita harus menyelidiki kebenarannya dengan kepala dingin.

Untuk menghindari masalah hubungan dengan majikan, sebaiknya kita berbagi tugas.

Kau pergi menyelidiki Cu Siau-thian, aku akan pergi menanyai Leng Taiya." "Diantara mereka terdapat perbedaan yang sangat besar" "Apa perbedaannya?" "Cu Taiya masih sehat.

Leng Taiya sedang sakit berat dan hanya bisa berbaring di ranjang.

Kita tidak bisa menggunakan cara yang sama untuk menghadapi mereka" "Kie-hong! bagaimana rencanamu untuk menghadapi Leng Taiya?" "Pertama-tama aku akan memohon dengan segenap hati.

kalau sampai terakhir aku tidak berhasil, aku terpaksa menggunakan kekerasan..." "Kau tenang saja, aku tidak akan menggunakan kekerasan untuk menghadapi Leng Taiya.

Pertama, dia juga tidak menguasai ilmu silat, kedua umurnya pun sudah sangat tua.

Ketiga, dia sedang merawat luka.

Kalau aku menghadapinya dengan tidak baik, bukankah ini namanya tidak sopan?" "Tu toako, tiba-tiba aku menyadari bahwa kata-katamu bertentangan" Tu Liong terkejut.

Dia lalu bertanya: "Kata-kataku bertentangan" coba kau katakan apa yang bertentangan itu" "Tadi kau mengatakan bahwa selain hubungan kekeluargaan, masih ada banyak hal yang harus lebih di junjung tinggi.

Namun sekarang kau membuat pengaturan seperti ini, semuanya demi mencari tahu keberadaan ayahku.

Sepertinya semua urusan selain hal ini sudah kau anggap tidak terlalu penting.

Bukankah ini adalah hal yang bertentangan?" "Kita membuat pengaturan seperti ini bukan untuk menolong ayahmu, juga bukan untuk mempertemukan kau dengan ayahmu.

Kita melakukan ini untuk mencari tahu kebenaran.

Apakah kau mengerti" Kita sekarang sedang mencari kebenaran, mungkin pada waktu pencarian kita harus melukai perasaan beberapa orang, namun kita terpaksa melakukannya." "Baiklah! kalau begitu ayo kita lakukan" Mereka berdua memutuskan sebuah rencana lalu mengatur apa yang akan dikerjakan.

Setelah selesai, Wie Kie-hong segera pergi ke kediaman Cu Taiya meninggalkan Tu Liong di dalam kamarnya seorang diri.

0-0-0

Kediaman Cu Taiya tampak lebih ramai.

Wie Kie-hong datang kesana mengetuk pintu, seperti sebelumnya dia memohon untuk bertemu.

Diluar dugaan, Cu Taiya mau menemuinya.

Malah dia menyambutnya dengan ramah.

"Kie-hong! apakah kesalahpahaman mu kemarin sudah jelas?" "Diantara kita berdua tidak pernah ada salah paham" "Kau masih berkata tidak ada salah paham" Itu bukan suatu urusan kecil, kau harus melihat kemarin ini betapa besar emosimu.

Masih untung aku masih bisa mengalah dan menenangkan diri.

kalau tidak...." "Sekarang aku datang kemari bukan untuk meminta maaf.

Aku juga datang kemari bukan untuk mendengar penjelasanmu.

Aku datang kemari karena aku masih ingin mencari tahu jawaban dari pertanyaanku kemarin.

Aku punya beberapa bukti yang bisa membuktikan bahwa ayahku sekarang sedang berada dibawah tekanan mu." "Aku tidak mengakuinya" "Tadi aku pergi karena Tu Liong ada disini.

Anda harus mengerti hubunganku dengan Tu Liong." "Kalau aku tidak sedang menghargai perasaan diantara kalian, apakah kau pikir aku akan mengijinkanmu pergi dengan begitu mudah?" "Bagaimana dengan sekarang?" "Sekarang" Ada apa dengan sekarang?" "Sekarang Tu toako sudah memutuskan hubungan denganmu.

Kau tidak perlu lagi mempertimbangkan dirinya, betul tidak?" "Kie-hong! kau adalah seorang generasi muda, pandanganku tidak seperti pandanganmu.

Kau datang kemari dengan harapan setelah memecahkan misteri, kau bisa mendapat jawaban yang sebenarnya" "Kau tidak perlu berkompromi denganku.

Kau juga tidak perlu mengatakan kata-kata yang enak didengar.

Aku punya kepercayaan diri, aku tidak perduli betapa kata-kataku sangat melukai hatimu, kau tidak mungkin melukaiku" "Mengapa?" "Karena ayahku tidak mungkin dengan begitu mudahnya membiarkanmu melukai anaknya sendiri, cobalah, pada waktunya ayahku pasti akan keluar" Wajah Cu Taiya menjadi hijau.

Nafasnya mulai memburu.

Sepertinya amarah yang ada di dalam hatinya sudah membuat tenggorokannya tercekat.

Dia ingin mengatakan sesuatu tapi tiada kata yang keluar.

Posting Komentar