Si Teratai Emas Chapter 20

NIC

“Orang she Li, di mana kau sembunyikan Shi Men? Hayo katakan, atau engkau akan merasakan pukulan tanganku” Li tak mampu bicara saking takutnya. Dia hanya bangkit berdiri dan menggigil seperti orang terserang penyakit demam tanpa mangeluarkon sepatahpun kata. Kediamannya membuat Bu Siong menjadi semakin marah Dengan sebuah tendangan Bu Siong menjungkirbalikkan meja di depan Li. Piring, mangkok dan cawan terbanting ke atas lantai dengan suara hiruk pikuk. Dua orang gadis penyanyi yang berbedak tebal itu jatuh pingsan saking takutnya. Si Calo Li yang sadar akan keadaannya yang terancam bahaya, berusaha untuk melarikan diri. Akan tetapi sekali saja tangan kiri Bu Siong menangkap Li dan menyambar, dia sudah mencengkeram, “Jahanam, mau lari ke mana kau? Kamu tidak mau bicara, ya? Baiklah, rasakan tanganku!” Tangan Bu Siong menampar.

“Plakk!!” Li merasa betapa mukanya seperti hancur dan diapun mengeluh kesakitan.

“Shi Men baru saja lari dari sini. Biarkan aku pergi, aku tidak ada sangkut pautnya dengan urusanmu.” Bu Slong sudah marah sekall. Dia membuka daun jendela dan tubuh Li telah tergantung dari loteng, diluar jendela.

“Engkau ingin pergi, bukan? Nah, pergilah!” Bu Siong melemparkan tubuh calo Li dan ketika tubuh itu meluncur ke bawah dan menimpa jalan, kepalanya retak dan diapun tewas. Namun Bu Siong tidak perduli dan dia sudah meloncat untuk mengejar dan mencari shi Men. Akan tetapi dari tempat persembunyiannya, tadi Shi Men mendengar segala yang terjadi. Dengan hati terbang melayang ketakutan, Shi Men cepat melanjutkan pelariannya, melompati tembok memasuki taman rumah sebelah dan terus berlari pergi seperti dikejar setan. Ketika Bu Siong tak dapat menemukan Shi Men dan melihat tubuh Li menggeletak di jalan, dia menendang tubuh yang sudah tak bernyawa itu.

“Ah, itu adalah sekretaris Li,” kata para penonton kepada Bu Siong.

“Apa yang telah dia lakukan kepadamu sampai engkau membunuhnya, Bu-Ciangkun?”

“Yang ingin kubunuh adalah Shi Men. Dia ini menyembunyikan Shi Men, maka dia kubunuh!” jawab Bu Siong Karena terjadi pembunuhan, maka para petugas keamanan segera berdatangan ke tempat itu.

Akan tetapi, tak seorangpun dari mereka berani menangkap Bu Siong. Mereka hanya mengepung sehingga Bu Siong tak dapat pergi dari situ. Kemudian mereka membujuk Bu Siong untuk menyerah untuk dibawa kepada yang berwajib. Bu Siong melihat kesalahannya. Dia merasa menyesal sekali mengapa harus membunuh Li dalam kemarahannya, padahal yang dicari adalah Shi Men. Namun, segala telah terjadi dan dia kemudian menyerah, dibawa ke pengadilan bersama para saksi dan dua orang gadis penyanyi, ditahan sebagai seorang pembunuh. Peristiwa di Jalan singa ini menggemparkan seluruh kota dan seperti biasa terjadi dengan kabar angin, segera ditambah-tambahlah berita tentan peristiwa itu, bahkan ada Yang mengabarkan bahwa yang terbunuh adalah Shi Men.

Segala sesuatu yang terdapat di dalam dunia ini mengalami perubahan. Tiada sesuatu yang abadi di dunia ini. Musim pun telah berganti menguasai permukaan bumi. Ada terang ada gelap, ada panas ada hujan, seperti juga kehidupan manusia yang selalu jatuh bangun, ada kalanya orang hidup penuh dengan kesenangan, akan tetapi segera terganti oleh kesusahan yang melanda. Kita condong untuk mengejar- ngejar kesenangan dan menjauhi kesusahan. Mengapa kita tidak mau menyelami kesusahan, mempelajari dengan secermat-cermatnya apakah sebenarnya yang kita namakan duka itu?

Mengapa kita hanya membiarkan diri menikmati kesenangan belaka dan tidak mau tengok ke dalam apa yang dinamakan duka dengan sadar sepenuhnya, dengan kewaspadaan sehingga kita mengenal benar apa itu yang dinamakan duka? Kita biasanya melarikan diri dari duka, dengan cara menghibur diri, melupakannya melalui miuman, tontonan dan hiburan lain. Akan tetapi dengan demikian berarti kita belum mengenal benar apa itu duka dan tidak dapat menyembuhkan penyakit atau sebab dari timbulnya penyakit duka itu. Ketika dalam pelariannya yang penuh rasa takut itu Shi Men memasuki pekarangan rumah di sebelah restoran, seorang pelayan perempuan yang kebetulan berada di kebun itu berteriak kaget,

“Maling! Maling..!” Lo Fu, Tabib yang memiliki rumah itu datang berlari dan ketika dia melihat Shi Men, dia tersenyum.

“Ah, kiranya anda, Shi-Kongcu. Untunglah bahwa Bu Siong tidak menangkapmu dan sebaliknya dia malah membunuh temanmu. Sekarang mereka membawanya. ke kantor pengadilan. Pembunuhan itu tentu akan, membuat dia dihukum berat, mungkin hukuman mati. Anda tak perlu takut dan kini dapat pulang dengan aman, Shi Kongcu” Bakan main rasa girang dan lega di hati Shi Men mendengar berita yang amat baik, ini. Diapun berpamit, melangkah keluar dengan gaya seolah olah dia baru saja datang berkunjung sebagai tamu keluarga Tabib itu. Lupalah dia sudah betapa tadi dia lari tunggang-langgang seperti seekor tikus dikejar kucing.

Begitu tiba di rumah, segera Shi Men menceritakan seluruh peristiwa itu kepada Kim Lian. Mereka bersorak gembira bahwa Bu Siong telah ditangkap karena membunuh Li sehingga mereka berdua bebas dari ancaman bahaya. Menuruti nasihat Kim Lian, Shi Men lalu mengirim lagi hadiah kepada kantor pengadilan. Kepala jaksa disogoknya dengan lima puluh tail perak murni dan satu stel tempat minum arak terbuat dari perak terukir indah. Juga semua pengawal di kantor itu kebagian hadiah dan tak seorangpun di antara mereka ada yang menolak. Hasil penyuapan itu segera nampak ketika pada keesokan harinya Bu Siong dibawa menghadap Kepala Jaksa. Sikap pembesar ini sama sekal berubah di banding dengan sikapnya ketika Bu Siong mengajukan surat pengaduan. Dia mengerutkan alisnya, memandang bengis dan suaranya kaku.

Posting Komentar