Gadis itu memutar pedangnya dan menangkis tiga batang golok itu lalu balas menyerang, akan tetapi pedangnya bertemu dengan golok-golok lai n yang menangkis.
Tiong Li menggunakan gerakan Jauw sang-hui, dengan cepat tubuhnya berkelebat di antara gulungan sinar golok dan semua bacokan golok. Akan tetapi tiga batang golok lain sudah menyusui! dan segera kedua orang itu dikepung dan dikeroyok dengan hebatnya. Meman hebat sekali barisan golok itu.
Akan tetapi tidak terilalu hebat bagi Tiong Li, bahkan Siang Hwi juga dapat membela diri dengan pedangnya. Memang rapi sekali susunan penyerangan golok itu, akan tetapi karena kepandaian pribadi masing-masi ng tidaklah terlalu tinggi, tenaga sinkang mereka tidak terlalu kuat, maka mudah bagi Tiong Li untuk mulai membalas beberapa orang sudah bergelimpangan jatuh bangun.
Setelah merobohkan delapan orang dengan tendangan dan tamparan tangannya, Tiong Li mengajak Siang Hwi untuk melarikan diri, Dia bahkan menyambar tangan gadis itu dan diajaknya berlari cepat menggunakan ilmu Jouw-sang-hui.Biarpun para anggauta barisan golok itu melakukan pengejaran, namun sebentar saja kedua orang itu lenyap di balik pohon-pohon .
Selagi Tiong Li dan Siang Hwi berlari cepat tiba-tiba muncul seorang hweshio tua di depan mereka yang mengangkat tangan ke atas menahan mereka. Tiong Li dan Siang Hwi berhenti akan tetapi mereka curiga. Jangan-jangan hwe-shio inipun kaki tangan Panglima Besar Wu Chu, seorang mata-mata! .
"Siapakah lo-suhu dan ada keperluan apakah menghadang perjalanan kami?" tanya Tiong Li dengan suara tegas.
"Omitohud, pinceng meli hat kailan dikejar-kejar pasukan Golok Naga, sebaiknya kalau pi nceng membantu kalian bersembunyi, Bukankah kalian ini warga Sung yang setia?"
"Dan lo-cianpwe, bukankah seorang mata-mata dari Panglima Wu C hu?" tanya Siang Hwi yang juga curiga, dan pedangnya sudah siap-untuk menyerangnya.
"Omitohud, kalau benar pi nceng mata-mata, engkau lalu mau apa nona?"
"Engkau layak mampus!" Bentak Siang Hwi yang segera membacokkan pedangnya. Akan tetapi dengan lincah sekali hwe-shio tua gemuk itu mengelak. Siang Hwi menyerang terus sampai tujuh kali beruntun, akan tetapi semua serangannya mengenai tempat kosong dan hwe-shio itu ki ni meloncat ke atas sebuah dahan pohon yang tinggi.
Tiong Li melihat gerakan ginkang yang hebat itu dan mencegah Siang Hwi mengejar terus.
"Lo-suhu, benarkah lo-suhu mata-mata dari Wu Chu yang ditugaskan menangkap kami?" tanyanya karena kalau benar demikian, dia sendiri hendak melawannya.
Hwe-shio itu melayang turun. "Omitohud, ilmu pedang yang hebat sekali. Nona, harap jangan terburu nafsu. Aku juga seorang yang setia kepada Kerajaan Sung. Bagaimana engkau tega menyangka pin-ceng itu pengkhianat yang mengabdi kepada Kin ? Percayalah, pinceng bermaksud untuk menyembunyikan kalian dan kalau keadaan sudah mereda, baru kalian boleh melanjutkan perjalanan. Sekarang ini setelah kalian dikejar Barisan Golok Naga, keadaan kalian berbahaya dan kemanapun kalian pergi ke wilayah ini, tentu akan menjadi orang buruan. Pinceng Ceng Ho Hwe-shio, seorang murid Siauw-lim-pai, apakah kalian masih juga tidak percaya?"
Tiong Li cepat memberi hormat. "Kalau begitu, kami percaya dan sebelumnya kami menghaturkan terima kasih atas kebaikan lo-suhu."
"Marilah, jangan bicara saja, ikuti pin-ceng," kata hwe- shio Itu yang lalu mendaki sebuah lereng menuju ke kuil yang berada di puncak bukit. Tio ng Li dan Siang Hwi mengikutinya dan ternyata hweshio itu dapat berlari cepat sekali sehingga Siang Hwi terpaksa harus mengerahkan tenaga agar jangan sampai tertinggal. Tentu saja tidak demikian dengan Tiong Li yang dapat mengikuti hwe-shio itu tanpa, banyak mengerahkan tenaga.
Kuil itu cukup besar dan di huni oleh duapuluh orang hwe-shio. Dan ternyata mereka ini, walaupun tidak menentang pemerintah Kin secara terang-terangan, semua adalah orang-orang yang masih setia kepada Kerajaan Sung.
Tiong Li dan Siang Hwi mendapatkan dua buah kamar di sebelah dalam, dan mereka mendengar pula ketika diluar ba nyak orang berdatangan. Rombongan itu adalah Barisan Golok Naga yang mengejar sampai ke kuil, akan tetapi ketika Ceng Ho Hwe-shio mengatakan bahwa dua orang yang dicari tidak kelihatan datang ke kuil, rombongan itu tanpa memeriksa percaya saja lalu pergi.
Hal ini menunjukkan bahwa para hwe-shio itu dipercaya oleh pemerintah Kin. Dan memang hal ini adalah karena Siauw-lim pai tidak pernah memberontak atau memperlihatkan sikap melawan. Dan di antara para pejabat Bangsa Kin yang menganut agama Buddha, maka mereka itu menghormati para hwe-shio dari kuil itu.
Setelah percaya benar kepada Ceng Ho Hwe-shio, Tiong Li dan Siang Hwi dengan terus terang menceritakan pengalaman mereka dan maksud mereka memasuki wilayah Kin.
"Lo-suhu, saya adalah orang yang difitnah oleh Perdana Menteri Jin Kui, di tuduh menculik puteri Sung Hiang Bwee sehi ngga di Kerajaan Sung saya menjadi buruan pemerintah yang hendak menangkap saya sebagai seorang pemberontak. Kemudian saya mendengar bahwa sebetulnya yang menculik sang puteri adalah kaki tangan Perdana Menteri Jin Kui sendiri, dan sang puteri diserahkan kepada Panglima Wu Chu sebagai hadiah. Oleh karena itulah maka kami datang ke sini untuk membuktikan apakah benar sang puteri berada di sini dan kalau mungkin saya akan menolongnya untuk dikembalikan ke kota raja sehingga nama saya dapat menjadi bersih, dan ke kejaman dan pengkhianatan Perdana Menteri Jin Kui dapat terbongkar."
"Omitohud! Perdana Menteri Jin Kuj adalah seorang yang amat jahat dan licik. Jenderal Gak Hui yang gagah perkasa dan setia itu sampai tewas secara sia-sia hanya karena kelicikan Perdana Menteri Jin Kui itu. Andai kata engkau dapat menolong sang puteri keluar dari sini dan kembali ke kota raja Hang-couw, bagaimana engkau dapat menuduhnya? Tidak ada bukti bahwa yang menculik adalah orangnya. Engkau harus berhati-hati sekali berhadapan dengan orang macam Ji n Kui itu, orang muda."
"Biarpun begitu, saya harus menolong sang puteri. dengan kesaksian sang puteri bahwa saya bukan penculik nya, nama saya akan dapat dibikin bersih, tidak lagi dicap sebagai pemberontak. Akan tetapi saya tidak tahu dengan pasti, apakah berita yang saya terima itu benar bahwa sang puteri berada di tempat tinggal Panglima Wu Chu?"
"Pin-ceng juga mendengar bahwa Panglima Besar Wu Chu menerima hadiah seorang puteri kaisar. Dan dari keluarga wanita panglima itu yang bersembahyang di sini, pinceng mendengar bahwa sang puteri menolak dijadikan selir panglima itu, dan karenanya sekarang masih menjadi orang tahanan."
"Di rumah panglima itu?" "Tentu saja, karena tahanan itu merupakan tahanan istimewa, agaknya untuk membujuk agar sang puteri mau menjadi selirnya."
Tiong Li mengangguk-angguk. Bagaimanapun juga, dia harus menyelidiki sendiri ke tempat tinggal panglima itu. "Lo-suhu, saya melihat Barisan Golok Naga itu amat tangguh. Dan senjata golok mereka hebat sekali. Apakah lo-suhu mengetahui asal usul barisan golok itu?"
"Barisan Golok Naga itu merupakan pasukan khusus yang dibentuk oleh Panglima Besar Wu Chu, dan memang terdiri dari orang-orang yang lihai. Dibentuknya juga belum begitu lama, mungki n mendapat latihan khusus di benteng panglima itu. Engkau harus berhati- hati menghadapi mereka, orang-muda. Mereka itu selain lihai, juga kabarnya kejam dan dengan mudah membunuh orang yang dimusuhi."
Kini Tiong Li merasa yakin. Agaknya Mestika Golok Naga ada pula pada panglima besar Bangsa Kin itu.Ini berarti bahwa pencuri Mestika Golok Naga, yaitu Hak Bu Cu yang tewas ditangan Ban-tok Sian-li telah menyerahkan pusaka itu kepada panglima besar itu. Dia percaya bahwa Hak Bu C hu, seperti juga Tang Boa Lu, adalah kaki tangan Kin yang sengaja dikirim untuk membantu usaha Perdana Menteri Jin Kui untuk menghadapi golongan yang membenci pemerintah Kin. Orang-orang seperti Hak Bu Cu dan Tang Boa Lu itu cukup lihai untuk melakukan penculika n itu, di samping beberapa orang jagoan yang menjadi kaki tangan perdana menteri itu. Menurut dugaannya, baik Mestika Golok Naga maupun puteri Sung Hiang Bwee berada di rumah Panglima Besar Wu Chu ! .
Sehari itu Tiong Li memeras otaknya untuk mencari jalan bagaimana dia akan dapat merampas kembali Mestika Golok Naga dan sekaligus membebaskan sang puteri. Dia harus menggunakan akal. Kalau hanya mempergunakan kepandaian silatnya saja, mungkin dia akan dapat keluar masuk dari tempat itu mengandalkan kepandaian, akan tetapi untuk membawa keluar sang puteri? Sungguh merupakan pekerjaan yang amat sukar, bahkan tidak mungki n dilaksanakan! .
"Lo-suhu," dia ninta keterangan kepada Ce ng Ho Hweshio. "Apakah lo-suhu mengetahui, siapa yang menjadi orang kesayangan Panglima Besar Wu Chu.? Barangkali seorang di antara puteranya, atau selirnya?"
"Dia hanya mempunyai seorang putera biarpun ada beberapa orang puterinya, karena itu dia amat menyayang puteranya itu lebih dari segalanya."
"Berapa usia puteranya itu?"
"Masih kecil, paling banyak lima tahun usianya.
Kenapa engkau menanyakan hal itu?"
"Tidak apa-apa, lo-suhu. Saya hanya sedang berpikir dan mencari akal bagaimana saya dapat membebaskan sang puteri dan sekaligus mencari kembali pusaka Kerajaan Sung yang dicuri orang."
Tiong Li kini mendapat akal. Dia harus menggunakan akal itu, kalau dia ingin berhasil. Malam itu dia menemui Siang Hwi di kuil itu, dan mengajaknya bercakap-cakap.
"Hwi-moi, aku Sudah mendapatkan, akal. Kuharap saja akal ini berhasil baik, karena kalau tidak, akan sia- sia perjalanan kita, bahkan mungkin berbalik akan membahayakan kita."
"Bagaimana akalmu itu, koko?"
Dengan berbisik-bisik Tiong LI berkata kepadanya. "Kita sekarang, malam ini juga, pergi ke gedung Pangiima Besar Wu C hu. Engkau tidak perlu ikut masuk, melainkan menanti di luar sambil bersembunyi. Aku akan memaksa panglima itu untuk menyerahkan pusaka itu dan membebaska n sang puteri. Setelah berhasil, engkau membawa sang puteri ke sini dan menyembunyikan di sini."
"Bagaimana engkau akan dapat memaksanya, koko?" tanya Siang Hwi khawatir.
"Jangan khawatir, aku telah mengetahui kelemahannya. Aku tentu akan dapat memaksanya melakukan itu. Tugasmu hanya mengantar sang puteri ketempat ini dan bersembunyi di sini menanti sampai aku datang."
"Baik, koko. Akan tetapi berhati hatilah. Ciu Bhok Hi itu dengan Pasukan Golok Naganya amat berbahaya."
"Aku tahu dan aku akan selalu berhati-hati. Kita harus mengenakan pakaian serba hitam, Hwi-moi dan setelah berganti pakaian, kita berangkat."
Demikianlah, diantar oleh Ceng Ho Hwe-shio sampai keluar dari kuil, dua orang muda itu meni nggalkan kuil melalui tembok belakang kuil agar tidak kelihatan oleh orang lain. Kemudian, keduanya mempergunakan ilmu lari cepat menuruni lereng bukit itu dan menuju ke Lok- yang. dengan mudah mereka melompati pagar tembok tinggi yang mengelilingi kota Lok-yang, kemudian memasuki kota itu, menyelinap di antara rumah-rumah penduduk. Karena gerakan mereka memang ringan dan cepat, maka mereka hanya nampak seperti dua bayangan hitam saja.
Akhirnya mereka dapat mendekati rumah gedung Panglima Besar Wu C hu. "Engkau menanti di sini. Baru keluar dari sini kalau engkau melihat aku keluar dari pintu gerbang itu membawa sang puteri. Sebelum aku muncul, jangan sekali-kali memperlihatkan diri, Hwi-moi."
"Baik, koko."