Mestika Golok Naga Chapter 31

NIC

Setelah itu Tiong Li berpamit dan diantar sampai keluar dari daerah Ceng Iio ng-pang oleh ketuanya dan para anggautanya yang berterima kasih sekali. Kalau tidak ada pertolongan pemuda perkasa itu tentu Ceng- liong-pang terlanjur menjadi sebuah perkumpulan yang menyimpang dan menyeleweng! .

Tiong Li melanjutkan perjalanannya, hatinya dilip uti kekhawatiran meli hat betapa plhak Bangsa Kin agaknya berusaha benar-benar untuk bersama Perdana Menteri Jin Kui menumpas para patriot pejuang.

-0odwo0- Ban-tok Sian li Souw Hia n Li tinggal di Lembah Maut, sebuah lembah yang curam dan berbahaya di tepi Sungai Yang-ce, Karena tempat itu memang merupakan perbukitan dengan lembahnya yang curam dan banyak terdapat jurang, berbahaya sekali, maka disebut Lembah Maut. Di tempat berbahaya ini Ban-tok Sian-li mempunyai sebuah rumah gedung yang megah, tinggal di situ bersama muridnya, The Siang Hwi dan beberapa orang pembantu wanita.

Di sekeliling rumahnya terdapat pondok-pondok mungil dan ini merupakan tempat tinggal anak buahnya yang berjumlah sekitar tigapuluh orang. Para anggauta itu, yang juga merupakan murid-murid yang dilatih oleh The Siang Hwi yang mewakili gurunya, adalah wanita yang berusia dari duapuluh sampai tigapuluh tahun.

Biarpun namanya Lembah Maut, akan tetapi tempat ini mempunyai bagian yang subur sekali sehingga mereka dapat bercocok tanam di tanah subur itu.Ada pula yang setiap hari mencari ikan di Sungai Yang-ce.

Pada suatu hari, setelah mandi Siang Hwi bertemu dengan gurunya di beranda depan, Ba n-tok Sian-li Souw Hian Li sepagi itu juga sudah mandi dan namраk segar sehingga Siang Hwi menjadi kagum. Gurunya itu nampak selalu tetap muda, pantas menjadi kakaknya yang hanya berbeda satu dua tahun. Pada hal, gurunya itu sepuluh atau sebelas tahun lebi h tua darinya.

"Selamat pagi, subo."

"Selamat pagi, Siang Hwi. Kenapa engkau kelihatan wajahnya agak pucat dan muram?" "Semalam aku kurang tidur, subo Aku mendapatkan mimpi buruk sekali membuat aku sukar tidur."

Gurunya tersenyum. "Ihh, seperti anak kecil saja engkau, Siang Hwi. Keпара mimpi saja dipikirkan sampai tidak dapat tidur?"

"Entahlah," subo. Akan tetapi sungguh mimpi itu membuat teecu tidak dapat tidur dan hati merasa gelisah. S ngai Yang-ce meluap dan airnya sampa menghanyutkan semua yang berada di sini !"

Senyum Ban-tok Sian-li semakin melebar.

"Anak bodoh! Mana mungkin air Sungai Yang-ce dapat naik ke lembah ini? Andaikata benar terjadi banjir, tidak mungkin air sungai dapat naik ke tempat yang tinggi ini!"

Baru saja percakapa n mereka sampai ke situ, tiba-tiba terdengar suara hiruk plkuk dan sorak sorai. Seluruh anak buah Lembah Maut menjadi gempar karena tiba- tiba sekali tempat itu sudah diserbu oleh pasukan yang besar jumlahnya! Tidak kurang dari seratus orang perajurit Kerajaan Sung menyerbu tempat itu, dan tanpa banyak cakap ,lagi telah menyerang.

Siang Hwi dan Ban-tok Sian-li сераt berlari keluar sambil membawa pedang dan mereka segera disambut oleh Kui To Cin-jin dan Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak!. Segera terjadi pertempuran hebat antara Ban-tok Sfan-li dan Tang Boa Lu, sedangkan The Siang Hwi sudah bertanding melawan Kui To Cin-ji n yang bersenjatakan rantai baja.

"Tangkap pemberontak!" "Hancurkan mereka!" Teriakan-teriakan itu terdengar dan Ban-tok Sian-li tidak merasa perlu untuk bertanya lagi. Memang ia kini bersimpati kepada para pejuang dan semenjak peristiwa di kota raja, yaitu tewasnya An Kiong hartawan dl kota raja yang dibelanya itu, la sudah dianggap sebagai pemberontak pula.

Маkа, iapun mengamuk dan mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk merobohkan lawan, Akan tetapi lawannya, Si Muka Tengkorak, merupakan lawan yang setingkat dengannya sehi ngga pertandi ngan itu men-- jadi amat seru.

Sementara itu, para anggauta pasukan Kerajaan Sung ketika mendapat kenyataan bahwa lawan mereka semua adalah wanita yang rata-rata masih muda dan cantik, mereka merasa gembira sekali dan berusaha keras untuk menangkap mereka hid up-hidup. Karena jumlah mereka seratus orang lebi h sehingga jauh lebih besar dari pada jumlah anak buah Lembah Maut yang hanya tigapuluh orang, maka dengan cepat mereka dapat mendesak lawan.

The Siang Hwi yang mendapatkan lawan Kui To Cin- jin, merasa kewalahan. Orang yang berjubah seperti pendeta dan bersenjata rantai baja ini memang lihai bukan main. Mukanya yang seperti tikus, kini tersenyum dan Jenggotnya yang panjang bergoyang-goyang. Biarpun tubuhnya tinggi kurus, namun rantai yang menyambar-nyambar dengan amat kuat dan setiap kali bertemu dengan pedangnya, Siang Hwi merasa betapa telaраk tangannya panas dan tergetar hebat .

Setelah lewat limapuluh jurus, Siang Hwi sudah tidak kuat bertahan lagi.

"Trangggg !" Dengan keras sekali pedangnya bertemu rantai baja dan pedang itu terlepas dari pegangannya dan sebelum sempat menghi ndar, sebuah tendangan membuat ia terpelanting dan sebuah totokan menyusul, membuat ia ti dak mampu bergerak lagi.

Pada saat itu, sebagian besar anak buah Lembah Maut juga sudah tertawan dan ada pula beberapa orang yang terluka parah dan tewas. Akan tetapi lebi h banyak yang tertawan hidup-hid up.

Melihat keadaa n yang tidak menguntungkan ini, Ban- tok Sian-li memutar pedangnya dengan kecepatan hebat dan ia dapat membuat lawannya terpaksa mundur. Kesempatan ini ia pergunakan untuk meloncat jauh ke belakang dan Ban- tok Sian-li melarikan diri. la tidak ingin tertangkap atau terbunuh pula karena maklum bahwa pihaknya sudah menderita kekalahan.

Akhirnya semua anggauta Lembah Maut telah kalah. Duapuluh orang tertawan hid up-hidup dan mereka itu berada dalam rangkulan para perajurit yang tertawa-tawa penuh kemenangan. Kui To Cin-jin menawan Siang Hwi karena dia tahu bahwa muridnya, mendiang Ji n Kiat pernah tergila-gila kepada gadis ini dan seolah gadis ini yang patut dimintai pertanggungan jawab. Маkа dia bermaksud membawanya kepada Perdana Menteri Jin Kui untuk diadili karena gurunya dapat melarikan diri.

Sarang itu lalu dirampok habis-habisan, kemudian rumah gedung dan semua pondok yang mengelilingi nya dibakar oleh pasukan itu.

Kui To Cin-ji n tidak memperdulika n nasib para anggauta Lembah Maut. Dia menyerahkan mereka kepada anak buahnya yang bagaikan segerombolan serigala yang haus darah lalu mempermainkan dan memperkosa mereka sampai puas dan merekapun di tinggalkan mati di tempat itu. Meli hat ini, Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak juga tidak perduli sama sekali.

The Siang Hwi yang meli hat ini merasa sakit sekali hatinya dan diam-diam ia bersumpah bahwa kelak ia akan berusaha untuk membalas sakit hati ini kepada dalangnya yang ia duga bukan, lai n adalah Perdana Menteri Jin Kui, Akап tetapi pada saat itu ia tidak berdaya sama sekali, menjadi tawanan Kui To Cin-jin.

la memang tidak diganggu dan Kul To С in jin melarang para perajurit mengganggunya karena ia hendak diserahkan kepada Perdana Menteri Jin Kui untuk diadili, akan tetapi ia di ikat kedua tangannya dan dinaikkan kuda di depan Kui To Cin-jin, ditelungkupkan melintang di atas punggung kuda .

Kui To Cin-ji n dan Tang Boa Lu menunggamg kuda di depan pasukan itu. Mereka berdua merasa gembira karena telah berhasil membasmi para pemberontak di Lembah Maut. Perdana Menteri Jin Kui memerintahkan jagoannya yang diandalkan, yaitu Kui To Cin-jin untuk memimpin penyerangan itu, dan mengi ngat bahwa Bantok Sian-li amat lihai, maka dia minta agar Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak membantunya.

Dan ternyata mereka berhasil. Biarpun Ban-tok Sian-li dapat melarikan diri, akan tetapi muridnya dapat ditangkap dan semua anak buahnya dibasmi habis!.

Dua orang jagoan ini sama sekali tidak tahu bahwa ketika mereka tiba di sebuah jalan sunyi dan berpapasan dengan seorang pria muda yang memakai caping dan menutupi mukanya dengan caping, pria muda itu lalu membayangi mereka dari belakang. Tidak menyangka sama sekali bahwa pria muda itu adalah orang yang selama ini mereka cari-cari, yaitu Tan Tio ng Li .

Tan Tio ng Li sedang dalam perjalanan mencari puteri Sung Hiang Bwee yang terculik orang dan dibawa ke daerah Kin, dan baru saja dia meninggalkan Ceng-liong- pang ketika dia dari jauh meli hat rombongan pasukan itu. Dia menutupi mukanya dengan caping dan betapa kagetnya ketika ia melihat The Siang Hwi rebah melintang di atas kuda yang ditunggangi oleh Kui To Cin- jin!. Tahulah dia bahwa gadis itu ditawan, maka dia lalu membayangi dengan cepat. Bahkan tanpa mereka ketahui, dengan mengambil jalan pintas dia mendahului mereka dan naik ke atas pohon tepi jalan.

Dia sudah memperhitungkan dengan cermat sekali, maka ketika rombongan itu lewat, dan tepat ketika kuda yang ditunggangi Kui To Cin-jin berada di bawah pohon, pemuda itu lalu melayang turun. Bagaikan seekor burung garuda yang besar dia menyambar tubuh Siang Hwi dari atas kuda Kui To Cin-ji n, tanpa pendeta itu dapat menghalangi karena gerakan dengan ilmu Jouw-sang-hui itu cepat bukan main dan tahu-tahu Siang Hwi telah berada dalam pondongan nya ! .

Ketika melihat siара orangnya yang merampas gadis tawanannya itu,Kui To Cin-jin terkejut sekali dan cepat dia berteriak,

"Tangkap orang itu !! "

Tang Boa Lu yang lebih dulu dapat mengejar dengan loncatannya, akan tetapi Tiong Li yang sudah membebaskan ikatan tangan gadis itu, membalik dan melontarkan pukulan Thai-lek Kim-kong- jiu kepada Si Muka Tengkorak. Tang Boa Lu terkejut dan menangkis dengan pengerahan tenaga. "Desssss !"

Dua tenaga sinkang yang kuat itu bertemu di udara dan akibatnya Si Muka Tengkorak hampir terpelanting!.

"Mari kita pergi!" kata Tio ng Li sambil menggandeng tangan Siang Hwi dan membawanya loncat jauh.

Melihat ke tangguhan pemuda itu, Si Muka Tengkorak menjadi jerih kalau harus melawan sendiri, sedangkan yang lai n-lai n masih belum cukup kepandaian mereka untuk dapat melakukan pengejaran.

Terpaksa Kui To Cin-jin hanya dapat menyumpah- nyumpah dan mengajak mereka melakukan pengejaran. Akan tetapi semua usaha itu sia-sia belaka. Yang dikejar sudah lenyap entah ke mana. Dengan uring-uringan Kui To Cin-jin terpaksa mengajak mereka kembali ke kota raja, melapor kepada Perdana Menteri Jin Kui bahwa usaha pembasmian ke Lembah Maut sudah berhasil baik akan tetapi Ban-tok Sian-li dan muridnya telah berhasil melarikan diri.

-o0odwo0o-

Tiong Li berhenti berlari dan memandang kepada Siang Hwi yang terengah engah kelelahan karena dipaksa melarikan diri dengan cepat sekali itu. Dia melihat wajah gadis itu pucat dan wajahnya yang cantik jelita itu diliputi kedukaan besar.

"Hwi-moi....." tegurnya sambil memandang kepada gadis itu dengan penuh iba.

"Li-koko !" Dan tiba-tiba saja gadis itu menangis.

Tiong Li terkejut dan merangkulnya, "Hwi-moi, ada apakah ?" Siang Hwi menangis di dada pemuda itu, lupa bahwa ia telah berada dalam pelukan orang. la hanya ingin menumpahkan semua kedukaan pada saat itu dan baginya dada pemuda itu merupakan tempat bersandar yang sentausa dan aman. Karena maklum bahwa gadis itu baru saja mengalami hal yang hebat dan mungkin mendukakan, Tiong Li mendiamkan saja menangis, bahkan menahan dirinya untuk tidak bertanya tentang gurunya yang tidak nampak.

Setelah tangis itu mereda, barulah Siang Hwi sadar bahwa ia berada dalam pelukan Tiong Li. la menjauhkan diri, melihat betapa baju bagian dada Tiong Li sudah basah air matanya.

"Ah, maaf, koko, bajumu menjadi basah

Posting Komentar