Mestika Golok Naga Chapter 25

NIC

Setelah berkata demikian, Si Mijka Tengkorak yang berkedok itupun keluar dari kamar itu dan menjaga di luar kamar bersama para pengawal .

Hiang Bwee membuka daun pi ntu yang segera ditutupnya kembali ketika la menghadapi todongan tombak empat orang pengawal. Ketika ia membuka daun jendela, iapun melihat ujung tombak dan dua orang penjaga di luar jendela.

Ditutupkannya kembali daun jendela itu dan iapun duduk di atas kursi. Mengapa ia diculik ? Siapa penculik nya ? Tidak, bukan orang berkedok itu. Tentu orang berkedok itu hanya seorang utusan, dan ada orang di balik semua ini yang mendalanginya. Akan tetapi ара maunya orang itu menyuruh menculiknya? Hatinya mulai merasa takut dan teringatlah ia kepada Tan Tio ng Li! Ah, kalau saja Tiong Li menjadi pengawalnya dan berada di Istana, belum tentu ia akan dapat diculik orang. Akan tetapi, siapa tahu pendekar itu akan muncul lagi menolongnya.

la ingin berteriak, ingin menjerit minta tolong. Akan tetapi ia teringat dan menahan keinginannya. Menjerit belum tentu terdengar orang dan akibatnya ia akan ditotok kembali. Ah, tidak enak. Lebih baik begini. Setidaknya ia masih dapat bebas bergerak dan bicara.

Akhirnya sang puteri melupakan segalanya dan merebahkan dirinya di tempat tidur yang indah itu dan dapat tidur pulas.

Pada keesokan harinya, pagi pagi sudah muncul dua orang dayang yang membawa air untuk mencuci badan, bahkan melayaninya. Akan tetapi ketika ia mencoba untuk menanyai mereka, keduanya hanya menggeleng kepala dan tidak mengeluarkan suara, tidak berani bicara sepatah katapun! Hiang Bwee tidak perduli, setelah membersihkan badan ia lalu makan sarapan yang dibawa oleh dua orang wanita pembantu itu. Setelah selesai, dua orang wanita itu keluar lagi .

Таk lama kemudian, si kedok hitam masuk lagi. Hiang Bwee segera meregurnya.

"Siapakah engkau? Mengapa engkau menculikk u dan membawaku ke si ni? Араkah engkau tidak takut akan hukuman berat kalau sampai tertangkap?" "Nona, harap jangan banyak bertanya dan menurutlah saja," kata si kedok hitam dan tiba-tiba saja tangannya menyambar. Hiang Bwee terkulai dalam keadaan pingsan.

la lalu dipondong dan diangkat keluar dari dalam kamar dan tak lama kemudian la sudah berada di dalam sebuah kereta, di tengah-tengah antara empat orang selir Perdana Menteri Jin Kui! Karena dijepit di tengah- tengah, puteri itu nampaknya seperti seorang di antara selir-selir itu. Pada hal puteri itu berada dalam keadaan pingsan.

Kereta itu dijalankan menuju ke pintu gerbang utara, dikawal oleh seorang perwira pengawal yang menunggang kuda. Ketika melewati penjagaan pintu gerbang, Semua perwira memberltahukan kepada para penjaga bahwa para selir Perdana Menteri pagi Itu hendak pergi mengunjungi kui I yang berada di luar kota.

Para penjaga tidak berani banyak rewel, hanya menjenguk sebentar ketika tirai kereta disingkap oleh seorang selir dan meli hat bahwa yang berada di dalam kereta adalah selir-selir yang muda dan cantik. Kereta lalu malewati plntu gerbang dan menuju ke utra.

Setelah agak jauh dari pintu gerbang, telah menanti sebuah kereta lain yang lebi h kecil. Kereta ini dikusiri oleh Ciang Sun Hok sendiri dan bahkan dikawal oleh Si Muka Tengkorak. Sang puteri lalu dipindahkan ke dalam kereta dan kemudian kereta para selir melanjutkan perjalanan ke kui l.

Setelah sang puteri dipindahkan ke dalam kereta kecil, ditemani Si Muka Tengkorak, dengan cepat tangan Tang Boa Lu membebaskan totokannya. Hiang Bwee sadar kembali, membuka matanya dan ia menahan jerltnya ketika melihat seorang yang mukanya seperti tengkorak duduk dl depannya.

"Sssst, tidak perlu menjerit nona. Tidak akan ada yang mendengar dan kalau engkau menjerit, terpaksa aku akan menotokmu pingsan lagi. Aku tidak akan mengganggumu!"

Hiang Bwee memandang muka itu dengan jijik dan ngeri. "Siapakah engkau? Da n aku.... akan dibawa ke manakah?"

"Aku adalah seorang panglima Kerajaan Kin "

"Ohhh ......... .!" Hiang Bwee terkejut sekali mendengar bahwa ia telah terjatuh ke tangan musuh!"

"Jangan takut, nona kami tidak akan mengganggumu engkau hanya dijadikan tawanan dan akan kuserahkan kepada panglima kami. Kalau nona diam saja dan menurut, kami akan memperlakukanmu dengan baik."

Hiang Bwee hanya mengangguk-angguk,matanya masih terbelalak, mukanya masih pucat. la maklum bahwa untuk sementara ini ia tidak dapat berbuat sesuatu dan memang lebi h baik menurut saja dari pada dibuat pingsan seperti tadi.

Kereta lalu dibalapkan menuju ke utara, memasuki daerah antara Kin dan Sung yang merupakan daerah tak bertuan.

Kereta itu berjalan dengan cepat karena ditarik oleh empat ekor kuda. Akan tetapi ketika kereta sudah mendekati daerah Kin, tiba-tiba saja dari balik rumpun alang-alang dan batang-batang pohon berlompatan belasan orang, Kereta terpaksa berhenti karena dihadang orang-orang yang memegang pedang dan golok, Jumlah mereka ada limabelas orang, dipimpin seorang pemuda yang tampan dan gagah memegang pedang.

"Berhenti! Siapa di kereta dan hendak pergi ke- mana?" Bentak pemuda itu.

Mendengar ini, dan melihat ada belasan orang menghadang kereta Hia ng Bwee berteriak,

"Aku puteri Kaisar diculik " Suaranya terhenti karena

Si Muka Tengkorak sudah menotoknyal Tafig Boa Lu segera meloncat keluar dari dalam kereta dan bersama Ciang Sun Нбk menghadapi belasan orang itu.

"Kalian Jangan mencampuri urusan каmi ...!!" bentak Ciang Sun Hok. "Aku adalah Seorang panglima perrgawal dari Perdana Menteri Jin Kui, dan harus mengantarkan gadis ini ke suatu tempat."

"Bebaskan sang puteri!" terdengar teriakan.

"Bunuh antek Menteri Jin Kui yang jahat!" terdengar teriakan lain.

Akan tetapi pemuda yang memimpi n gerombolan itu mengangkat tangan kiri ke atas menyuruh anak buahnya berhenti berteriak, kemudian dia berkata kepada Ciang Sun Hok.

"Benarkah gadis itu puteri kaisar yang diculik? Tidak mungki n engkau panglima Perdana Menteri kalau engkau menculik seorang puteri istana!"

Karena didesak demlklan itu, Ciang Sun Hok menjadt marah dan dia membentak,

"Kalian memang harus dlbasmi!"

Dan dia sudah menubruk kedepan dengan cengkeramannya. Pemuda Itu terkejut meli hat serangan yang amat dahsyat Itu. Dia melompat ke belakang dan menggerakkan pedangnya menyerang dan begitu dia malnkan pedangnya, tahulah Ciang Sun Hok bahwa dia berhadapan dengan seorang murid Kun-lun-pai yang hebat sekali llmu pedangnya. Мака diapun mencabut pedang dari punggungnya dan mereka sudah terlibat dalam perkelahia n yang seru.

Sementara itu, belasan orang sudah mengepung dan hendak membantu pimpinan mereka, akan tetapi Si Muka Teng korak mengamuk. Amukannya demikian hebatnya sehi ngga dalam beberapa detik saja empat orang sudah roboh oleh hantaman tangannya. Ара lagi ketika dia melolos sehelai sabuk rantai baja yang ujungnya runcing tajam lebih banyak lagi anak buah para pejuang itu yang roboh bermandikan darah.

Melihat ini, pemuda Kun-lun-pai terkejut bukan main dan sebelum dia dapat berbuat sesuatu, Si Muka Tengkorak sudah melompat dekat membantu Ciang Sun Hok. Rantainya yang panjang sudah melibat pedang pemuda itu dan sekali renggut pedang itupun terampas dan di lain saat Ciang Sun Hok sudah mengirim sebuah tendangan yang membuat pemuda itu terjungkal dan pingsan! Para anak buah pejuang yang tinggal lima orang itu lalu melarikan diri, tak sanggup melawan dua orang yang ilmunya tinggi itu.

"Kita tangkap pemuda Kun-lun-pai ini, bawa menghadap sebagai hadiah kepada panglima!" kata Si Muka Tengkorak dan Ciang Sun Hok setuju saja.

Pemuda itu lalu dibelenggu dan dilemparkan ke dalam kereta, sedangkan Si Muka Tengkorak duduk di depan bersama Ciang Sun Hok. Kereta lalu dibalapkan lagi menuju ke utara, memasuki perbatasan daerah Kin. Hiang Bwee terkejut dan juga khawatir sekali melihat pemuda yang dilempar masuk. Tadinya ia mengira bahwa pemuda itu Tan Tio ng Li, akan tetapi ternyata bukan dan hatinya menjadi agak lega.

Kini ia memperhatikan pemuda itu. Seorang pemuda yang tampan dan dalam keadaan terbelenggu kaki tangannya. Ketika pemuda itu merintih, Hiang Bwee membantunya untuk bangkit dan duduk di atas bangku kereta di depannya. Pemuda itu membuka matanya dan menjadi bengong ketika memandang wajah seorang gadis cantik jelita yang duduk didalam kereta.

Kemudian dia teringat dan berusaha untuk meronta dan melepeskan diri dari ikatan, namun sia-sia, ikatan itu terlampau kuat, Dia lalu menyadari keadaannya. Ked ua orang itu terlalu kuat buat dia dan mereka duduk didepan. Andaikata dia mampu melepaskan ikatannyapun akan percuma saja.

Dia ti dak dapat melepaskan diri dari mereka berdua. Dia teringat akan teriakan tadi lalu mengangkat muka, memandang lagi kepada gadis itu. Hiang Bwee juga sedang memandang kepadanya. Dua sorot mata bertemu dan Hiang Bwee menunduk.

"Nona, benarkah engkau puteri Sri baginda Kaisar?" "Benar., aku diculik dari Istana," kata Hiang Bwee lirih.

Akan tetapi betapapun lirihnya mereka bicara, tetap saja

dapat terdengar oleh dua orang yang duduk dl depan. Dan agaknya kedua orang itu tidak perduli karena yakin bahwa dua orang tawanan mereka itu tidak akan dapat berbuat sesuatu untuk membebaskan diri.

"Mau dibawa ke mana, nona?"

"Aku tidak tahu. Siapakah namamu?" "Saya bernama Souw Cun Ki, murid Kun-lun-pai yang bergabung dengan para pejuang."

"Souw-enghiong (pendekar Souw), engkau harus berusaha untuk membebaska n aku namaku Sung Hia ng Bwee,puteri kaisar ..."

"Ha-ha-ha, jangan bermimpi!" tiba tiba terdengar Ciang Sun Hok tertawa. "Kalian tidak akan dapat bebas dan kalau banyak membuat ulah, kami akan memukul pingsan kalian!"

Mendengar ini, Cun Ki memberi isyarat dengan matanya kepada puteri itu agar berdiam diri. Dia maklum bahwa ucapan itu bukan bualan kosong belaka. Ked ua orang itu memiliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi, dan andaikata dia dapat membebaska n kedua kaki tangannya sekalipun, dia tidak akan mampu menandingi mereka. Ара lagi dia telah kehilangan pedangnya.

Akhirnya kereta dapat mencapai perbentengan di mana Panglima Besar Wu C hu berada. Panglima ini seorang laki- laki yang gagah, berusia empatpuluh tahun lebih, tubuhnya tinggi besar dan wajahnya gagah perkasa dengan jenggot lebat, matanya lebar dan dia memang sejak mudanya menjadi perwira. Ketika dia mendengar laporan pembantunya, Si Muka Tengkorak bahwa Hak Bu Cu tewas di tangan seorang pemberontak, dia marah sekali.

"Kenapa Perdana Menteri Jin tidak suruh tangkap pembunuh itu dan menghadapkannya kepadaku?" Bentaknya marah.

Ciang Sun Hok yang menjadi utusan Perdana Menteri Jin Kui segera memberi hormat. "Harap thai-ciangkun tidak berkecil hati. Kami akan mencari sampai dapat pembunuh itu dan sekarangpun sudah menjadi buruan kami. Sementara itu, Jin-taijin mohon maaf dan untuk menghib ur hati thai-ciangkun, Jin- tai- jin mengirimkan seorang siuli (wanita cantik) untuk menghibur hati Ciang- kun."

"Hemm, terima kasih atas perhatian Jin-taiji n. Akan tetapi aku sudah mempunyai cukup banyak selir dan tidak membutuhkan wanita cantik," kata panglima besar itu dengan suara masih mengandung kemarahan.

"Akan tetapi thai ciangkun belum tahu siapa yang dikirimkan kepada thai ciangkun. ia adalah puteri Kaisar Sung!"

Posting Komentar