Ketika tadi Gak Liu melihat Jin Kiat dan Orang- orangnya mengeroyok serang pemuda, tidak sukar baginya untuk membantu pemuda itu karena dia tahu siара Jin Kiat. Putera Perdana Menteri ini sudah berbuat dosa yang tak terhitung banyaknya. Terutama sekali merampas dan menodai wanita-wanita, baiк yang sudah bersuami maupun gadis-gadis yang dipaksanya, mengandalkan kedudukan, harta benda dan kekuatan.
Gak Liu memang membenci sekali putera Perdana Menteri ini, sebagai putera musuh besarnya dan dia segera mengamuk dengan kapaknya, mendekati Jin Kiat.
Jin Kiat mengamuk dengan pedangnya dan dia mencari jalan untuk meloloskan diri. Setelah merobohkan dua orang pengikut Gak Liu, dia melompat ke luar dari pertempuran dan hendak melarikan diri. Memang Jin Kiat ini mempunya i watak pengecut. Melihat Si Muka Tengkorak belum juga dapat menang melawan pemuda itu, dan kemudian meli hat Gak Liu, dia menjadi ketakutan dan ber usaha meloloskan diri.
Akan tetapi dengan tiga kali lompatan jauh, Gak Li u sudah dapat menghadangnya. Ked ua tangannya memegang kapaknya yang berlumuran darah dan wajahnya yang gagah itu nampak bengis sekali sehi ngga Jin Kiat menjadi semakin jerih.
"Gak Liu, minggir kaul Apakah engkau ingin dlhukum mati pula seperti ayahmu!"
Bentakan ini sungguh salah alamat. Gak Liu tidak menjadi takut atau mundur mendengar bentakan ini, bahkan amarahnya mакin berkobar.
"Jahanam busuk, engkaulah yang akan menerima hukuman mati dari ku!"
Dia menyerang dengan sepasang kapaknya dan Ji n Kiat terpaksa melayani nya bertanding.
Pertandi ngan mati-matian karena keduanya mengerti bahwa siapa yang kalah tidak akan lolos dari maut. Jin Kiat mengerahkan seluruh tenganya dan mengeluarkan semua i Imu pedangnya untuk memenangkan pertandi ngan itu.
Sementara itu, rombongan perajurit itu mendapat serangan hebat dari para pejuang sehingga mereka terdesak. Juga pertandi ngan antara Tang Boa Lu dengan Tiong Li berlangsung tidak seim bang lagi.
Betapapun lihainya Si Muka Tengkorak, namun menghadapi Tiong Li akhirnya dia kewalahan juga. Ара lagi ketika Tiong Li memai nkan ilmu silat Ngo-heng-lian- hoan-kun, dia menjadi repot sekali.
Dalam hal tenaga sinkang, dia juga tidak mampu menandingi pemuda itu. Setelah bertanding lewat limapuluh jurus, Si Muka Tengkorak mulai terengah- engah dan mandi keringat. Terlalu banyak tenaga yang dia kerahkan. Padahal, lawannya masih nampak segar dan bahkan makin lama tenaganya menjadi semаkin kuat. Tahulah Tang Boa Lu bahwa kalau dia nekat melanjutkan pertandingan itu, dia akan menderita kekalahan.
Dia tidak mau nekat mengadu nyawa karena dia hanya menjadi orang yang diperbantukan kepada Perdana Menteri Jin Kui. Untuk ара dia membela Jin Kiat sampai mati? Melihat pemuda itu terus mendesaknya, dia mengerahkan tenaga terakhir dan mengirim pukulan jarak jauh sambil mengeluarkan bentakan dahsyat. Kembali dia telah mengirim dengan pukulan jarak jauh yang bernama ilmu pukulan Angin Badai !.
Akan tetapi sekali ini Tiong Li tidak mau memberi hati kepadanya. Dia sudah menyambut pukulan itu dengan Tal lek-kim-kong-ji u! Dua tenaga sakti bertemu di udara menggetarkan bumi di sekitarnya dan akibatnya tubuh Si Muka Tengkorak terpental dan jatuh bergulingan, dari mulutnya keluar darah segar tanda bahwa dia telah terluka dalam!
Dia tahu akan bahaya, maka tubuhnya berguli ngan terus, lalu dia melompat Jauh dan melarikan diri. Tiong Li tidak mengejarnya. Biarpun Si Muka Tengkorak itu yang menyebabka n kematian suhunya, namun dia tidak mendendam, sesuai dengan ajaran mendiang Рек Hong San-ji n. Dia hanya membantu para pejuang yang menghadapi para perajurit.
Tinggal enam orang perajurit yang masih melawan dan meli hat keadaan mereka demikian terdesak, enam orang ini lalu melarikan diri cerai berai tanpa pimpinan lagi.
Cuma tinggal Ji n Kiat kini yang masih melawan Gak Liu mati-matian. Dia tidak mempunyai kesempatan untuk melarikan diri lagi karena sepasang kapak di tangan Gak Liu mendesaknya dengan hebat. Wajah Jin Kiat sudah menjadi pucat hatinya diliputi ketakutan yang amat sangat. Si Muka Tengkorak sudah melarikan diri, semua anak buahnya juga sudah tewas atau lari, tinggal dia sendiri. Akan tetapi Gak Liu juga tidak mengandalkan kawan-kawannya. Dia melarang anak buahnya yang hendak mengeroyok.
"Biarkan aku menghadapinya sendiri!" teriaknya ketika ada yang hendak membantunya.
Para anak buahnya tidak berani maju dan hanya menjadi penonton sambiI mengepung tempat itu. Tentu saja Jin Kiat makin tak dapat lolos karena pengepungan itu, maka diapun melawan dengan nekat dan mati- matian. Dia mengeluarkan seluruh ilmu pedangnya untuk melawan, akan tetapi sepasang kapak di tangan Gak Liu itu hebat bukan main, seperti sepasang naga berebut mestika, menyambar-nyambar dari segala jurusan.
"Singggg ...... tranggg !!"
Pedang yang menyambar itu ditangkis oleh sepasang kapak yang menjepitnya dan pedang itu patah menjadi dua! Sebuah tendangan kaki Gak Liu membuat Jin Kiat jatuh tersungkur. Kini Jin Kiat tidak dapat lagi menahan rasa takutnya. Dia merangkak dan berlutut mengangkat kedua tangannya ke atas dan minta-mi nta ampun.
"Hemm, ingat engkau ketika para gadis dan wanita itu minta-minta ampun kepadamu? Apakah engkau mengampuni dan melepaskan mereka! Engkau malah menertawakan mereka. Rasakan ini!" Kapak itu menyambar dan mengenai kepala Jin Kiat yang seketika roboh terpelanting dengan kepala pecah. "Ini untuk hukumanmu. Terimalah ini, dan ini, dan ini ...! "
Kedua kapak itu bertubi- tubi menghantami tubuh yang sudah tidak bernyawa lagi Itu. Di antara anak buah Gak Liu yang memaling kan muka karena tidak tahan melihat peristiwa yang mengerikan itu. Agaknya Gak Liu melampiaskan semua
dendam atas kematia n ayah dan saudara-saudaranya' dan melampiaskan amarahnya kepada putera perdana Menteri Jin Kui yang dibencinya itu.
Tiba-tiba kapaknya tertahan di udara. Ada orang yang memegangi kedua lengannya dan dia tidak mampu menggerakkan tangan lagi walaupun dia sudah mengerahkan tenaga! Gak Li u terkejut dan menoleh. Ternyata yang menahan kedua tangannya adalah pemuda yang tadi bertanding dengan Si Muka Tengkorak.
"Sudah cukup, twa-ko. Menyiksa tubuh yang sudah menjadi mayat dan yang tak dapat melawan lagi bukanlah perbuatan seorang gagah, melai nkan perbuatan seorang yang gila karena dendam."
Mendengar perkataan itu, Gak Liu menurunkan kedua kapaknya dan memandang kepada Tio ng Li penuh perhatian, lalu dia memandang kepada mayat Jin Ki at yang hancur, kemudian menghela na- pas panjang.
"Engkau benar, sobat," Lalu dia memerintahkan semua anak buahnya untuk mengubur semua jenazah, bukan hanya jenazah teman- teman, akan tetapi juga jenazah semua perajurit termasuk jenazah Jin Kiat.
Kemudian dia mengajak Ti ong Li duduk di bawah pohon untuk bercakap-cakap dan berkenalan,
"llmu silatmu hebat sekali, sobat muda. Siapakah namamu dan bagaimana engkau tahu-tahu dapat dikeroyok oleh Jin Kiat dan anak buahnya?"
"Nama saya Tan Tio ng Li, dan sebelum saya menceritakan mengapa saya diserang mereka, lebih dulu saya ingin tahu siapakah twa-ko yang gagah perkasa ini?"
"Hemm, namaku Gak Liu."
"She Gak? Mengi ngatkan aku akan Jenderal Gak Hui," kata Tiong Li lebih ramah karena meli hat Gak Liu juga ramah kepadanya.
"Mendiang Jenderal Gak Hui adalah ayahku."
Tiong Li terkejut dan cepat bangkit lalu memberi hormat.
"Ah, kirariya putera mendiang Jenderal Gak Hui yang amat terkenal gaga h perkasa dan budiman itu!? Maafkan kalau saya bersikap kurang hormat!"
Gak Liu menghela napas panjang, "Aihhh, mendiang ayahku memang seorang gagah perkasa dan budiman. Akan tetapi aku .......aku hanya seorang pejuang biasa yang kadang naik darah, sama sekali tidak budiman. Aku tidak mau membonceng ketenaran nama ayahku. Saudara Tio ng Li, aku meli hat IImu silatmu tinggi sekali. Bagaimana sampai engkau tadi dikeroyok oleh iblis kecil putera Perdana Menteri Jin Kui itu?" Kembali Tiong Li terkejut, Dia sudah lama mendengar nama Perdana Menteri Jin Kui yang dibenci, banyak orang dan dimaki sebagai seorang menteri durna yang menghasut dan membujuk Kaisar sehingga mau mengalah terhadap Bangsa Kin, Jadi pemuda yang dibantai tadi adalah putera Menteri Jin Kui itu? Kini mengertilah dia. Dia sudah mendengar bahwa kematian Jenderal Gak Hui adalah gara-gara Perdana Menteri Jin Kui. Jadi sekarang putera Jenderal Gak Hui membuat pembalasan terhadap putera Perdana Menteri Jin Kui!
"Hemm, kiranya dia itu putera Perdana Menteri Jin Kui? Pantas engkau begitu membencinya, Gak-twako, tentu karena dendam."
"Bukan hanya dendam, Tan-te (adik Tan), akan tetapi pemuda itu memang seorang yang tidak kalah jahat dari ayahnya. Dia suka mempermainkan wanita dan diapun meni ndas rakyat yang tidak mau menjilat-ji lat kepadanya. Dia sudah pantas mati seperti itu. Lalu bagaimana engkau sampai dimusuhi olehn dia?"
"Aku sendiri tidak tahu dengan jelas, twa-ko. Aku pernah menolong seorang puteri kaisar yang diculik penjahat. Aku mengantarnya pulang ke istana. Kaisar hendak memberi anugerah pangkat, akan tetapi aku tidak mau dan aku pergi meni nggalkan istana. Eh, tahu- tahu di sini dikejar oleh rombongan itu dan pemuda tadi mengatakan bahwa dia diperintah oleh kaisar untuk membunuhku dengap alasan bahwa aku seorang pemberontak. Aku minta tanda perintah kaisar, akan tetapi dia tidak dapat membuktikannya maka aku melawan ."
"Hemm, bedebah itu! Sama dengan ayahnya. Menggunakan nama Kaisar yang lemah untuk menuduh semua orang pemberontak. Tan-te, engkau seorang yang berilmu tinggi, marilah engkau bergabung dengan kami!"